27.8 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Menpar Resmikan The Kaldera Toba Nomadic Escape, Lebih Luas dari Nusa Dua dan Tanjung Kelayang

BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos TANDATANGAN: Menteri Pariwisata Arief Yahya menandatangani prasasti peresmian The Kaldera Toba Nomadic Escape, Kamis (4/4) sore.

The Kaldera Toba Nomadic Escape merupakan objek wisata baru yang merupakan pariwisata kelas dunia, di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), diklaim lebih luas dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nusa Dua Bali dan Tanjung Kelayang, Kepulauan Bangka Belitung.

MENTERI Pariwisata Arief Yahya resmi membuka The Kaldera Toba Nomadic Escape, Kamis (4/4) sore. Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pelepasan burung merpati. Menurut Menpar, The Kaldera akan menjadi nomadic amenitas dan fasilitas-fasilitas yang ada menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

“Jadi harus dipahami. The Kaldera Toba Nomadic Escape itu berada di kawasan Toba Caldera Resort. Dan lebih luas dari Nusa Dua dan Tanjung Kelayang, Belitung,” ucap Arief Yahya dalam kata sambutannya pada acara tersebut.

Untuk diketahui, Pembangunan Toba Nomadic Escape di lahan zona otorita, pembangunan dilakukan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) sejak awal tahun 2019. Pembangunan ini, dilaksanakan setelah proses penyerahan sertifikat hak pengelolaan (HPL) Tahap I seluas 279 Ha dari 386,72 Ha di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir. HPL diserahkan pada Desember 2018 yang lalu.

Arief mengungkapkan alasan Toba Nomadic Escape di bangun untuk nomadic tourism di kawasan Danau Toba. Diharapkan, wisatawan berkunjung akan merasakan keindahan alam dan pesona danau vulkanik terbesar di dunia itu. “Tentu ada alasan mengapa kita bangun The Kaldera ini. Saya menyebutnya sebagai nomadic tourism. Artinya bisa berpindah pindah. Kenapa bisa berpindah? Karena membangun amenitas yang tetap itu butuh waktu yang cukup lama,” sebut Mantan Direktur Utara (Dirut) PT Telkom itu.

Arief mengungkapkan, amenitas seperti hotel berbintang, wahana permainan hingga mal akan menelan waktu hingga 5 tahun ke depan. Dengan begitu, pembangunan di kawasan ini akan dilakukan secara bertahap dengan investasi yang besar juga. “Dan mungkin saya tidak akan menikmati hasil dari pembangunan itu. Karena butuh watu lama. Sebagai solusi, kita hadirkan nomadic tourism. Saya yakin solusi ini untuk selamanya,” jelas Arief.

Dengan karakternya, The Kaldera dinilai sangat cocok untuk menerapkan nomadic amenitas. Arief menyampaikan Pemerintah Indonesia sangat serius membangun Danau terbesar di Asian itu, lebih baik lagi dan menjadikan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba. “Jadi, kita membuat klasifikasi untuk wisata nomadic ini. Seperti nomadic atraksi kita terapkan di Borobudur. Di Labuan Bajo, kita buat nomadic akses. Karena disana dilengkapi dengan yacht dan lainnya. Tantangan The Kalder adalah membuat atraksi di luar The Kaldera. Dan ini menjadi tugas Kepala BPDOT,” ujar Arief.

Menpar asal Banyuwangi itu juga memberikan contoh nomadic tourism yang namanya sudah sangat populer. Namanya, Cikole Orchid Forest di Lembang, Jawa Barat. “Fokus Orchid Forest adalah nomadic attraction. Karena, di sana ada acara live musik seperti Forchestra,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Menpar juga berharap Danau Toba bisa lebih menjual. Dan cara yang paling mudah adalah memakai 3A, yakni atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.? Ia sedang fight agar Danau Toba dapat sertifikat sebagai Unesco Global Geopark. Menurutnya, Kemenpar akan terus berupaya agar Danau Toba mendapatkan status Unesco Global Geopark.

“Harus ada atraksinya. Kalau Kita ingin menjadikan Danau Toba destinasi utama, maka 3A harus kelas dunia. Yang ada saat ini baik atraksi budaya, manmade, alam semua bagus, belum mendunia,” pungkasnya.

Direktur Utama (Dirut) Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo, mengungkapkan urusan amenitas The Kaldera memberikan pilihan-pilihan yang terbaik buat para wisatawan. Untuk Pemerintah melalui Kemenpar sangat memperhatikan hal tersebut. Hal itu, untuk kenyamanan wisatawan selama berada di Danau Toba ini. “Amenitas yang kita tampilkan di The Kaldera sangat beragam. Wisatawan memiliki banyak pilihan. Ada Bell Tent yang berjumlah 15, ada 2 Bubble Tent, 2 Cabin, juga Ecopod. Semuanya menawarkan pengalaman yang berbeda. Dan ini menjadi keunggulan The Kaldera,” jelas Arie.

Arie mengungkapkan keunggulan lain The Kaldera adalah posisinya yang berada di ketinggian. Sekitar 1390 mdpl. Dengan posisinya, yang ditawarkan The Kaldera adalah view Danau Toba yang sangat eksotis. “Konsep seperti ini mungkin sudah ada di tempat lain di Danau Toba. Tapi kita jelas memberikan sesuatu yang berbeda. Pertama, The Kaldera ini menggabungkan atraksi dan amenitas. Nantinya, kita akan bikin konsep agar ada atraksi yang ditampilkan di Amphitheater setiap minggunya,” tutur Arie.

Dijelaskannya, konsep pembangunan masih akan diterapkan di The Kaldera. Dijelaskan Arie, BPODT sebagai pengelola The Kaldera sedang memikirkan konsep untuk menambah spot atau kenyamanan bagi anak-anak dan lansia. “Itu akan masuk dalam pengembangan. Kita sedang pikirkan konsep terbaik yang bisa diterapkan. Tapi akan kita pikirkan sambil berjalan. Untuk sementara ini, fokus kita adalah peresmian dan semua sudah dipersiapkan dengan maksimal,” sebut Arie.

Site Plan Nomadic Tourism ini didesain memiliki dengan fasilitas area-area camping ground. yang nantinya bisa dinikmati oleh wisatawan. Seperti Nomadic Bubble Tent, Nomadic Cabin, Nomadic Caravan Park, dan Nomadic Bell Tent. Di lahan ini sudah memiliki fasilitas Helipad yang bisa digunakan sebagai akses khusus tamu VIP. “Destinasi ini akan menjawab kebutuhan kita akan destinasi berkualitas di Danau Toba. Konsep nomadic sangat tepat di terapkan di Danau Toba. Dan kita harus memaksimalkan potensi yang ada di sana,” tandas Arie.

Pada acara launching kemarin, panitia sudah menyiapkan berbagai atraksi. Ada Toba Coffee Show yang menampilkan Lisa & Leo Organic Coffee, salah satu Q Processor tingkat dunia. Dalam 10 tahun belakangan Lisa & Leo Organic Coffee telah ekspor kopi berkualitas dari Simalungun ke coffee shop beken di Amerika, Eropa dan Australia, termasuk Blue Bottle Coffee.

Kemudian, Toba Gastronomy Show yang menghadirkan fine dining ala hotel bintang lima dengan view spektakuler lembah Sigapiton dan Danau Toba.? Sedangkan, ?lokasi The Kaldera tidak terlalu jauh. Posisinya hanya 20 Menit dari Parapat, atau sekitar 1 Jam 30 Menit dari Balige. The Kaldera juga berjarak 2 Jam dari Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), dan hanya 10 Menit dari Bandara Sibisa. (gus)

BAGUS SYAHPUTRA/Sumut Pos TANDATANGAN: Menteri Pariwisata Arief Yahya menandatangani prasasti peresmian The Kaldera Toba Nomadic Escape, Kamis (4/4) sore.

The Kaldera Toba Nomadic Escape merupakan objek wisata baru yang merupakan pariwisata kelas dunia, di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), diklaim lebih luas dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Nusa Dua Bali dan Tanjung Kelayang, Kepulauan Bangka Belitung.

MENTERI Pariwisata Arief Yahya resmi membuka The Kaldera Toba Nomadic Escape, Kamis (4/4) sore. Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pelepasan burung merpati. Menurut Menpar, The Kaldera akan menjadi nomadic amenitas dan fasilitas-fasilitas yang ada menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

“Jadi harus dipahami. The Kaldera Toba Nomadic Escape itu berada di kawasan Toba Caldera Resort. Dan lebih luas dari Nusa Dua dan Tanjung Kelayang, Belitung,” ucap Arief Yahya dalam kata sambutannya pada acara tersebut.

Untuk diketahui, Pembangunan Toba Nomadic Escape di lahan zona otorita, pembangunan dilakukan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) sejak awal tahun 2019. Pembangunan ini, dilaksanakan setelah proses penyerahan sertifikat hak pengelolaan (HPL) Tahap I seluas 279 Ha dari 386,72 Ha di Desa Pardamean Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir. HPL diserahkan pada Desember 2018 yang lalu.

Arief mengungkapkan alasan Toba Nomadic Escape di bangun untuk nomadic tourism di kawasan Danau Toba. Diharapkan, wisatawan berkunjung akan merasakan keindahan alam dan pesona danau vulkanik terbesar di dunia itu. “Tentu ada alasan mengapa kita bangun The Kaldera ini. Saya menyebutnya sebagai nomadic tourism. Artinya bisa berpindah pindah. Kenapa bisa berpindah? Karena membangun amenitas yang tetap itu butuh waktu yang cukup lama,” sebut Mantan Direktur Utara (Dirut) PT Telkom itu.

Arief mengungkapkan, amenitas seperti hotel berbintang, wahana permainan hingga mal akan menelan waktu hingga 5 tahun ke depan. Dengan begitu, pembangunan di kawasan ini akan dilakukan secara bertahap dengan investasi yang besar juga. “Dan mungkin saya tidak akan menikmati hasil dari pembangunan itu. Karena butuh watu lama. Sebagai solusi, kita hadirkan nomadic tourism. Saya yakin solusi ini untuk selamanya,” jelas Arief.

Dengan karakternya, The Kaldera dinilai sangat cocok untuk menerapkan nomadic amenitas. Arief menyampaikan Pemerintah Indonesia sangat serius membangun Danau terbesar di Asian itu, lebih baik lagi dan menjadikan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba. “Jadi, kita membuat klasifikasi untuk wisata nomadic ini. Seperti nomadic atraksi kita terapkan di Borobudur. Di Labuan Bajo, kita buat nomadic akses. Karena disana dilengkapi dengan yacht dan lainnya. Tantangan The Kalder adalah membuat atraksi di luar The Kaldera. Dan ini menjadi tugas Kepala BPDOT,” ujar Arief.

Menpar asal Banyuwangi itu juga memberikan contoh nomadic tourism yang namanya sudah sangat populer. Namanya, Cikole Orchid Forest di Lembang, Jawa Barat. “Fokus Orchid Forest adalah nomadic attraction. Karena, di sana ada acara live musik seperti Forchestra,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Menpar juga berharap Danau Toba bisa lebih menjual. Dan cara yang paling mudah adalah memakai 3A, yakni atraksi, amenitas, dan aksesibilitas.? Ia sedang fight agar Danau Toba dapat sertifikat sebagai Unesco Global Geopark. Menurutnya, Kemenpar akan terus berupaya agar Danau Toba mendapatkan status Unesco Global Geopark.

“Harus ada atraksinya. Kalau Kita ingin menjadikan Danau Toba destinasi utama, maka 3A harus kelas dunia. Yang ada saat ini baik atraksi budaya, manmade, alam semua bagus, belum mendunia,” pungkasnya.

Direktur Utama (Dirut) Badan Pengelola Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo, mengungkapkan urusan amenitas The Kaldera memberikan pilihan-pilihan yang terbaik buat para wisatawan. Untuk Pemerintah melalui Kemenpar sangat memperhatikan hal tersebut. Hal itu, untuk kenyamanan wisatawan selama berada di Danau Toba ini. “Amenitas yang kita tampilkan di The Kaldera sangat beragam. Wisatawan memiliki banyak pilihan. Ada Bell Tent yang berjumlah 15, ada 2 Bubble Tent, 2 Cabin, juga Ecopod. Semuanya menawarkan pengalaman yang berbeda. Dan ini menjadi keunggulan The Kaldera,” jelas Arie.

Arie mengungkapkan keunggulan lain The Kaldera adalah posisinya yang berada di ketinggian. Sekitar 1390 mdpl. Dengan posisinya, yang ditawarkan The Kaldera adalah view Danau Toba yang sangat eksotis. “Konsep seperti ini mungkin sudah ada di tempat lain di Danau Toba. Tapi kita jelas memberikan sesuatu yang berbeda. Pertama, The Kaldera ini menggabungkan atraksi dan amenitas. Nantinya, kita akan bikin konsep agar ada atraksi yang ditampilkan di Amphitheater setiap minggunya,” tutur Arie.

Dijelaskannya, konsep pembangunan masih akan diterapkan di The Kaldera. Dijelaskan Arie, BPODT sebagai pengelola The Kaldera sedang memikirkan konsep untuk menambah spot atau kenyamanan bagi anak-anak dan lansia. “Itu akan masuk dalam pengembangan. Kita sedang pikirkan konsep terbaik yang bisa diterapkan. Tapi akan kita pikirkan sambil berjalan. Untuk sementara ini, fokus kita adalah peresmian dan semua sudah dipersiapkan dengan maksimal,” sebut Arie.

Site Plan Nomadic Tourism ini didesain memiliki dengan fasilitas area-area camping ground. yang nantinya bisa dinikmati oleh wisatawan. Seperti Nomadic Bubble Tent, Nomadic Cabin, Nomadic Caravan Park, dan Nomadic Bell Tent. Di lahan ini sudah memiliki fasilitas Helipad yang bisa digunakan sebagai akses khusus tamu VIP. “Destinasi ini akan menjawab kebutuhan kita akan destinasi berkualitas di Danau Toba. Konsep nomadic sangat tepat di terapkan di Danau Toba. Dan kita harus memaksimalkan potensi yang ada di sana,” tandas Arie.

Pada acara launching kemarin, panitia sudah menyiapkan berbagai atraksi. Ada Toba Coffee Show yang menampilkan Lisa & Leo Organic Coffee, salah satu Q Processor tingkat dunia. Dalam 10 tahun belakangan Lisa & Leo Organic Coffee telah ekspor kopi berkualitas dari Simalungun ke coffee shop beken di Amerika, Eropa dan Australia, termasuk Blue Bottle Coffee.

Kemudian, Toba Gastronomy Show yang menghadirkan fine dining ala hotel bintang lima dengan view spektakuler lembah Sigapiton dan Danau Toba.? Sedangkan, ?lokasi The Kaldera tidak terlalu jauh. Posisinya hanya 20 Menit dari Parapat, atau sekitar 1 Jam 30 Menit dari Balige. The Kaldera juga berjarak 2 Jam dari Bandara Silangit di Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), dan hanya 10 Menit dari Bandara Sibisa. (gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/