29 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Profesor USU: PTAR Lakukan Melebihi Syarat Amdal

Pemeliharaan Kualitas Air Sungai Batangtoru

Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, Profesor Limnology, Jurusan Biology, University Sumatera Utara, Medan, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).

BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – PT Agincourt Resources yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru-Tapanuli Selatan, disebut telah melakukan manajemen lingkungan –salahsatunya pemeliharaan kualitas air Sungai Batangtoru–, jauh melebihi AMDAL yang diwajibkan pemerintah.
“Survey biota air di Sungai Batangtoru hingga 2 km ke arah hulu dan hingga 3 km ke arah hilir, dilakukan secara berkala sekali 3 bulan. Sementara survey kualitas air Aek Pahu dan sekitarnya dilakukan sekali 6 bulan. Belum yang dilakukan secara internal oleh PTAR sendiri sekali sebulan, yang dilakukan transparan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait. Saya kira, PTAR sudah melakukan jauh melebihi AMDAL yang disyaratkan pemerintah,” kata Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, Profesor Limnology, Jurusan Biology, University Sumatera Utara, Medan, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).
Mewakili Lembaga Penelitian USU yang diminta PTAR melakukan pengambilan sampel dan survei biota air di perairan sekitar PTAR sejak tahun 2012 lalu, Prof. Ternala mengatakan, pihaknya melakukan inventarisasi biota perairan berupa ikan, benthos, bentik alga, dan plankton. Juga melakukan analisa logam berat untuk melihat pengaruh kegiatan proyek Tambang Emas Martabe terhdap keberadaan biota perairan.
“Lokasi penelitian meliputi aliran Aek Pahu Hutamosu (timur) dan Aek Pahu Tambak (barat), Tor Uluala, Garoga, Sungai Batangtoru, dan Aek Bongbongan yang bermuara ke Sungai Batangtoru. Ada 20 titik pengambilan sampel secara periodik, mulai dari Garoga sampai Batangtoru,” jelasnya.
Tujuan pengambilan sampel untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan biota perairan (plankton, ganggang, bentik, makroinverbrata, ikan dan lainnya).
“Kita bandingkan biota air di hulu, dengan biota di titik pembuangan sisa air proses, serta biota di hilir. Yang diukur ada sejumlah parameter kunci, seperti kelarutan oksigen (DO), temperatur air, pH, TDS, konduktivitas, turbiditas, kadar logam, dan sebagainya,” katanya.

Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, Profesor Limnology, Jurusan Biology, University Sumatera Utara, Medan, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).

Hasil penelitian, menurut Prof. Ternala, faktor-faktor fisik masih memenuhi baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
“Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan parameter aquatik mulai dari hulu hingga hilir. Hanya saja, air di sungai-sungai kecil di hulu memang masih lebih jernih karena relatif belum ada kegiatan manusia. Sementara Sungai Batangtoru yang lebih besar dan dalam, airnya lebih keruh karena banyak aktivitas pertanian, perkebunan, domestik, hingga galian C di sana,” jelasnya.
Nilai indeks makroinvertebrata, lanjutnya, menunjukkan clean stream (aliran bersih). Atau belum ada pencemaran. Kualitas daging ikan yang ditangkap sebagai sampel, ditemukan tidak mengkhawatirkan.
“Ikan di aliran sungai Batangtoru yang kami inventarisir ada 32 jenis, mulai dari ikan jurung, cencen, rasbora, dan sebagainya. Kebanyakan dikonsumsi masyarakat. Selama 9 tahun, panjang dan berat ikan relatif sama. Analisis logam berat pada jaringan tubuh biota air, seperti kandungan arsen, kadmiun, merkuri, chromium, dan sebagainya, masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan,” katanya.
Artinya, tidak ada dampak signifikan pembuangan air sisa proses ke Sungai Batangtoru terhadap biota air. “Selama ikan masih ada dan nyaman di Batangtoru, artinya lingkungannya masih aman. Kalau air sudah tercemar, biasanya ikan akan pergi atau mati,” katanya, menjawab pertanyaan peserta webinar.

Manajer Lingkungan PTAR, Mahmud Subagja, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).

Senada, Manajer Lingkungan PTAR, Mahmud Subagja, dalam webinar tersebut mengatakan, pihaknya juga rutin melakukan penelitian lingkungan. Bahkan dilakukan sekali sebulan. PTAR, kata dia, disiplin mengelola air sisa proses tambang sebelum dialirkan ke Sungai Batangtoru. “Air sisa proses dianalisa dan diproses dulu hingga memenuhi ambang baku mutu,” katanya.
Kepedulian PTAR menjaga lingkungan, lanjutnya, dilakukan lebih dari sekadar taat. “Kami menjaganya melampaui syarat yang ditetapkan. Pengambilan sampel dilakukan melibatkan masyarakat dan stakeholder. PTAR juga menjaga lingkungan dengan merehabilitasi lebih dari 20 hektare lahan yang sudah dibuka. Juga mengurangi pembukaan lahan seminimal mungkin,” katanya.
Webinar dihadiri Senior Manager Corporate Communication PTAR, Katarina Siburian Hardono. (mea)

Pemeliharaan Kualitas Air Sungai Batangtoru

Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, Profesor Limnology, Jurusan Biology, University Sumatera Utara, Medan, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).

BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – PT Agincourt Resources yang mengelola Tambang Emas Martabe di Batangtoru-Tapanuli Selatan, disebut telah melakukan manajemen lingkungan –salahsatunya pemeliharaan kualitas air Sungai Batangtoru–, jauh melebihi AMDAL yang diwajibkan pemerintah.
“Survey biota air di Sungai Batangtoru hingga 2 km ke arah hulu dan hingga 3 km ke arah hilir, dilakukan secara berkala sekali 3 bulan. Sementara survey kualitas air Aek Pahu dan sekitarnya dilakukan sekali 6 bulan. Belum yang dilakukan secara internal oleh PTAR sendiri sekali sebulan, yang dilakukan transparan melibatkan masyarakat dan stakeholder terkait. Saya kira, PTAR sudah melakukan jauh melebihi AMDAL yang disyaratkan pemerintah,” kata Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, Profesor Limnology, Jurusan Biology, University Sumatera Utara, Medan, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).
Mewakili Lembaga Penelitian USU yang diminta PTAR melakukan pengambilan sampel dan survei biota air di perairan sekitar PTAR sejak tahun 2012 lalu, Prof. Ternala mengatakan, pihaknya melakukan inventarisasi biota perairan berupa ikan, benthos, bentik alga, dan plankton. Juga melakukan analisa logam berat untuk melihat pengaruh kegiatan proyek Tambang Emas Martabe terhdap keberadaan biota perairan.
“Lokasi penelitian meliputi aliran Aek Pahu Hutamosu (timur) dan Aek Pahu Tambak (barat), Tor Uluala, Garoga, Sungai Batangtoru, dan Aek Bongbongan yang bermuara ke Sungai Batangtoru. Ada 20 titik pengambilan sampel secara periodik, mulai dari Garoga sampai Batangtoru,” jelasnya.
Tujuan pengambilan sampel untuk mengetahui keragaman dan kelimpahan biota perairan (plankton, ganggang, bentik, makroinverbrata, ikan dan lainnya).
“Kita bandingkan biota air di hulu, dengan biota di titik pembuangan sisa air proses, serta biota di hilir. Yang diukur ada sejumlah parameter kunci, seperti kelarutan oksigen (DO), temperatur air, pH, TDS, konduktivitas, turbiditas, kadar logam, dan sebagainya,” katanya.

Prof. Dr. Ing. Ternala Alexander Barus, Profesor Limnology, Jurusan Biology, University Sumatera Utara, Medan, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).

Hasil penelitian, menurut Prof. Ternala, faktor-faktor fisik masih memenuhi baku mutu air berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air.
“Hasilnya, tidak ada perbedaan signifikan parameter aquatik mulai dari hulu hingga hilir. Hanya saja, air di sungai-sungai kecil di hulu memang masih lebih jernih karena relatif belum ada kegiatan manusia. Sementara Sungai Batangtoru yang lebih besar dan dalam, airnya lebih keruh karena banyak aktivitas pertanian, perkebunan, domestik, hingga galian C di sana,” jelasnya.
Nilai indeks makroinvertebrata, lanjutnya, menunjukkan clean stream (aliran bersih). Atau belum ada pencemaran. Kualitas daging ikan yang ditangkap sebagai sampel, ditemukan tidak mengkhawatirkan.
“Ikan di aliran sungai Batangtoru yang kami inventarisir ada 32 jenis, mulai dari ikan jurung, cencen, rasbora, dan sebagainya. Kebanyakan dikonsumsi masyarakat. Selama 9 tahun, panjang dan berat ikan relatif sama. Analisis logam berat pada jaringan tubuh biota air, seperti kandungan arsen, kadmiun, merkuri, chromium, dan sebagainya, masih jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan,” katanya.
Artinya, tidak ada dampak signifikan pembuangan air sisa proses ke Sungai Batangtoru terhadap biota air. “Selama ikan masih ada dan nyaman di Batangtoru, artinya lingkungannya masih aman. Kalau air sudah tercemar, biasanya ikan akan pergi atau mati,” katanya, menjawab pertanyaan peserta webinar.

Manajer Lingkungan PTAR, Mahmud Subagja, pada Virtual Media Gathering Ramadan 1442 H PTAR, Selasa (4/5).

Senada, Manajer Lingkungan PTAR, Mahmud Subagja, dalam webinar tersebut mengatakan, pihaknya juga rutin melakukan penelitian lingkungan. Bahkan dilakukan sekali sebulan. PTAR, kata dia, disiplin mengelola air sisa proses tambang sebelum dialirkan ke Sungai Batangtoru. “Air sisa proses dianalisa dan diproses dulu hingga memenuhi ambang baku mutu,” katanya.
Kepedulian PTAR menjaga lingkungan, lanjutnya, dilakukan lebih dari sekadar taat. “Kami menjaganya melampaui syarat yang ditetapkan. Pengambilan sampel dilakukan melibatkan masyarakat dan stakeholder. PTAR juga menjaga lingkungan dengan merehabilitasi lebih dari 20 hektare lahan yang sudah dibuka. Juga mengurangi pembukaan lahan seminimal mungkin,” katanya.
Webinar dihadiri Senior Manager Corporate Communication PTAR, Katarina Siburian Hardono. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/