25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tradisi Sembelih Kerbau dengan Menombak

Dengan pakaian ulos yang sangat beragam dan corak yang bervariasi, mereka tak henti-hentinya melakukan gerakan Tor Tor ketika iringan musik dilantunkan. Perwakilan kabupaten dan keturunan raja ini pun membentuk posisi saling berhadapan dengan borotan di tengahnya.

Keduanya saling sahut-sahutan dengan menggunakan bahasa Batak. Awalnya dimulai dengan sambutan selamat datang dari pemilik acara kepada para perwakilan kabupaten. Kemudian dibalas dengan ucapan terima kasih dan doa untuk terus bersatu serta harapan kepada Sang Pencipta agar Danau Toba terus berkembang dan lestari.

Proses ini cukup lama dan menimbulkan suasana khidmat, ditambah lagi dengan Gondang Batak yang terus mengiang di telinga. Beberapa saat kemudian, tibalah waktunya proses penyembelihan horbo. Dengan posisi kaki terikat dan dijaga oleh pria dewasa lainnya, seorang algojo kemudian melakukan aksinya.

Pisau tajam yang menjadi senjatanya dalam waktu menit telah memisahkan bagian kepala kerbau dengan badannya. Pemandangan ini mungkin akan terkesan menyeramkan terutama bagi mereka yang takut melihat darah.

Hal yang menarik, dalam tradisi ini dikenal budaya pembagian jambar. Ini merupakan pembagian daging kerbau kepada pihak-pihak yang dihormati atau tamu kehormatan. Pembagian daging tersebut melambangkan persatuan dan solidaritas untuk merangkul berbagai kalangan dalam struktur budaya Batak.

“Tradisi ini dilakukan untuk Sang Pencipta dan juga dilakukan bersama. Pembagian jambar pun untuk perwakilan kabupaten dan sebagai doa untuk Danau Toba,” ungkap salah seorang warga, Queen Keren Happuck Samosir yang menyaksikan pagelaran tersebut di Kabupaten Samosir beberapa waktu lalu saat berada di Medan, kemarin.

Diutarakan mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Unimed ini, menurut salah seorang panitia dan sekaligus budayawan setempat bahwa tujuan diadakan Mangalahat Horbo adalah untuk melestarikan budaya Batak Toba yang sudah hampir punah dalam kehidupan masyarakat Toba itu sendiri. Sekaligus juga, untuk menjaga warisan nenek moyang pada zaman dahulu. Sehingga, masyarakat mampu menjaga, mengembangkan dan mempertahankan budaya yang berpusat pada kegiatan mangalahat horbo di daerah Toba.(ris/azw)

 

 

Dengan pakaian ulos yang sangat beragam dan corak yang bervariasi, mereka tak henti-hentinya melakukan gerakan Tor Tor ketika iringan musik dilantunkan. Perwakilan kabupaten dan keturunan raja ini pun membentuk posisi saling berhadapan dengan borotan di tengahnya.

Keduanya saling sahut-sahutan dengan menggunakan bahasa Batak. Awalnya dimulai dengan sambutan selamat datang dari pemilik acara kepada para perwakilan kabupaten. Kemudian dibalas dengan ucapan terima kasih dan doa untuk terus bersatu serta harapan kepada Sang Pencipta agar Danau Toba terus berkembang dan lestari.

Proses ini cukup lama dan menimbulkan suasana khidmat, ditambah lagi dengan Gondang Batak yang terus mengiang di telinga. Beberapa saat kemudian, tibalah waktunya proses penyembelihan horbo. Dengan posisi kaki terikat dan dijaga oleh pria dewasa lainnya, seorang algojo kemudian melakukan aksinya.

Pisau tajam yang menjadi senjatanya dalam waktu menit telah memisahkan bagian kepala kerbau dengan badannya. Pemandangan ini mungkin akan terkesan menyeramkan terutama bagi mereka yang takut melihat darah.

Hal yang menarik, dalam tradisi ini dikenal budaya pembagian jambar. Ini merupakan pembagian daging kerbau kepada pihak-pihak yang dihormati atau tamu kehormatan. Pembagian daging tersebut melambangkan persatuan dan solidaritas untuk merangkul berbagai kalangan dalam struktur budaya Batak.

“Tradisi ini dilakukan untuk Sang Pencipta dan juga dilakukan bersama. Pembagian jambar pun untuk perwakilan kabupaten dan sebagai doa untuk Danau Toba,” ungkap salah seorang warga, Queen Keren Happuck Samosir yang menyaksikan pagelaran tersebut di Kabupaten Samosir beberapa waktu lalu saat berada di Medan, kemarin.

Diutarakan mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Unimed ini, menurut salah seorang panitia dan sekaligus budayawan setempat bahwa tujuan diadakan Mangalahat Horbo adalah untuk melestarikan budaya Batak Toba yang sudah hampir punah dalam kehidupan masyarakat Toba itu sendiri. Sekaligus juga, untuk menjaga warisan nenek moyang pada zaman dahulu. Sehingga, masyarakat mampu menjaga, mengembangkan dan mempertahankan budaya yang berpusat pada kegiatan mangalahat horbo di daerah Toba.(ris/azw)

 

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/