27.8 C
Medan
Tuesday, May 28, 2024

Tradisi Sembelih Kerbau dengan Menombak

Pergelaran mangalahat horbo, salah satu tradisi Batak Toba yang digelar di Kabupaten Samosir beberapa waktu lalu. Kerbau atau horbo yang sudah ditambatkan lalu ditombak oleh penombak dan selanjutnya disembelih.

SUMUTPOS.CO – Indonesia memiliki kekayaan yang begitu melimpah. Tidak hanya alamnya, namun juga kebudayaannya. Kebudayaan tiap suku yang ada di Indonesia begitu ragam dan memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri.

Berbagai bagian dari kebudayaan suku seperti upacara adat, kebiasaan masyarakat, kepercayaan, dan sebagainya yang berbau etnis inilah yang kemudian menjadi ikon serta lambang kekayaan negara.

Salah satu suku yang memiliki beragam tradisi kebudayaan adalah suku Batak Toba. Adat budayanya banyak menyimpan filosofi kehidupan. Salah satu adat budaya yang dapat dikatakan tidak biasa pada suku Batak Toba adalah Mangalahat Horbo (menyembelih kerbau).

Mangalahat Horbo adalah tradisi tua milik suku Batak Toba yang merupakan perayaan kurban kerbau kepada Mula Jadi Na Bolon, pencipta segala sesuatu atau (Tuhan Yang Maha Besar). Dulu, upacara mangalahat horbo dilakukan untuk mengawali atau pembukaan sebelum orang Batak turun ke sawah. Namun, seiring perkembangan zaman upacara mangalahat horbo telah menjadi pertunjukan pada acara-acara penting suku Batak Toba. Di antaranya, pada Pesta Danau Toba (PDT) atau Festival Danau Toba (FDT). Tradisi turun temurun suku Batak ini pun cukup menarik simpati dan mampu menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Prosesi upacara mangalahat horbo meliputi seekor kerbau dipersiapkan jauh-jauh hari akan ditambatkan di sebuah borotan, yaitu sebuah tiang dengan berbagai jenis aneka tumbuhan. Tumbuhan-tumbuhan tersebut biasanya kerap digunakan oleh suku Batak sebagai obat tradisional.

Horbo ditarik dan diikatkan pada borotan diiringi musik tradisional batak gondang sabangunan setelah mengelilingi borotan sebanyak 7 kali. Petugas eksekusi kemudian masuk ke area, mengenakan pakaian berwarna merah, memegang tombak sambil menari dan tetap diiringi oleh musik.

Petugas eksekusi ini dalam bahasa Batak Toba disebut Pamantom. Pengambil keputusan yang akan mengizinkan Pamantom untuk menombak kerbau dinamakan Malim Parmangmang.

Pamantom harus terlebih dahulu bertanya kepada Malim Parmangmang, apakah kerbau siap untuk ditombak. Atas izin tersebut, Pamantom akan menombak kerbau hingga darah dari hewan itu benar-benar bercucuran. Prosesi ini bermakna penghapusan dosa oleh Mula Jadi Nabolon. Setelah itu, para raja yang menyaksikan akan menikam leher kerbau untuk memastikan bahwa hewan tersebut telah mati.

Bagi masyarakat Batak Toba tradisi tersebut dilakukan agar Sang Pencipta menyucikan kembali diri, sehingga mereka seakan terlahir kembali. Kegiatan budaya ini menghadirkan keturunan raja dan perwakilan dari 10 kabupaten terutama bagi mereka yang daerahnya dilalui Danau Toba. Turut menyaksikan ratusan warga dan pengunjung yang tampak antusias. Bahkan, tak melewatkan momen-momen langka itu dengan mengabadikan foto.

Pergelaran mangalahat horbo, salah satu tradisi Batak Toba yang digelar di Kabupaten Samosir beberapa waktu lalu. Kerbau atau horbo yang sudah ditambatkan lalu ditombak oleh penombak dan selanjutnya disembelih.

SUMUTPOS.CO – Indonesia memiliki kekayaan yang begitu melimpah. Tidak hanya alamnya, namun juga kebudayaannya. Kebudayaan tiap suku yang ada di Indonesia begitu ragam dan memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri.

Berbagai bagian dari kebudayaan suku seperti upacara adat, kebiasaan masyarakat, kepercayaan, dan sebagainya yang berbau etnis inilah yang kemudian menjadi ikon serta lambang kekayaan negara.

Salah satu suku yang memiliki beragam tradisi kebudayaan adalah suku Batak Toba. Adat budayanya banyak menyimpan filosofi kehidupan. Salah satu adat budaya yang dapat dikatakan tidak biasa pada suku Batak Toba adalah Mangalahat Horbo (menyembelih kerbau).

Mangalahat Horbo adalah tradisi tua milik suku Batak Toba yang merupakan perayaan kurban kerbau kepada Mula Jadi Na Bolon, pencipta segala sesuatu atau (Tuhan Yang Maha Besar). Dulu, upacara mangalahat horbo dilakukan untuk mengawali atau pembukaan sebelum orang Batak turun ke sawah. Namun, seiring perkembangan zaman upacara mangalahat horbo telah menjadi pertunjukan pada acara-acara penting suku Batak Toba. Di antaranya, pada Pesta Danau Toba (PDT) atau Festival Danau Toba (FDT). Tradisi turun temurun suku Batak ini pun cukup menarik simpati dan mampu menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Prosesi upacara mangalahat horbo meliputi seekor kerbau dipersiapkan jauh-jauh hari akan ditambatkan di sebuah borotan, yaitu sebuah tiang dengan berbagai jenis aneka tumbuhan. Tumbuhan-tumbuhan tersebut biasanya kerap digunakan oleh suku Batak sebagai obat tradisional.

Horbo ditarik dan diikatkan pada borotan diiringi musik tradisional batak gondang sabangunan setelah mengelilingi borotan sebanyak 7 kali. Petugas eksekusi kemudian masuk ke area, mengenakan pakaian berwarna merah, memegang tombak sambil menari dan tetap diiringi oleh musik.

Petugas eksekusi ini dalam bahasa Batak Toba disebut Pamantom. Pengambil keputusan yang akan mengizinkan Pamantom untuk menombak kerbau dinamakan Malim Parmangmang.

Pamantom harus terlebih dahulu bertanya kepada Malim Parmangmang, apakah kerbau siap untuk ditombak. Atas izin tersebut, Pamantom akan menombak kerbau hingga darah dari hewan itu benar-benar bercucuran. Prosesi ini bermakna penghapusan dosa oleh Mula Jadi Nabolon. Setelah itu, para raja yang menyaksikan akan menikam leher kerbau untuk memastikan bahwa hewan tersebut telah mati.

Bagi masyarakat Batak Toba tradisi tersebut dilakukan agar Sang Pencipta menyucikan kembali diri, sehingga mereka seakan terlahir kembali. Kegiatan budaya ini menghadirkan keturunan raja dan perwakilan dari 10 kabupaten terutama bagi mereka yang daerahnya dilalui Danau Toba. Turut menyaksikan ratusan warga dan pengunjung yang tampak antusias. Bahkan, tak melewatkan momen-momen langka itu dengan mengabadikan foto.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/