29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Jalur Alternatif Menuju Parapat Perlu Ditambah

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah warga melintasi jalan lintas sumatera menuju danau toba, Kabupaten Tapanuli Utara, Selasa (22/3)

PARAPAT, SUMUTPOS.CO -Setiap libur tahun baru, Parapat Danau Toba menjadi spot yang paling padat dikunjungi wisatawan untuk kawasan Sumatera Utara. Selain wisatawan lokal, pengunjung juga datang dari Palembang, Jambi, Bengkulu, Batam dan daerah lainnya termasuk dari Pulau Jawa, Kalimantan.

Padatnya pengunjung me­nuju Parapat Danau To­ba, di jalan Pe­matangsiantar (persisnya di Simpang Dua) setiap hari mulai pagi hingga malam hari, dipadati kenda­raan ang­kutan umum. Bahkan, mobil pribadi dan sepeda mo­tor antri panjang hing­ga beberapa kilometer.

Akibatnya, dari Kota Pema­tang­siantar menuju Pa­­rapat Danau Toba bisa memakan waktu em­pat jam. Padahal sebe­lumnya paling lama satu jam.

Sejumlah pengunjung mengaku ke­walahan me­lintasi jalan Kota Pema­tang­­siantar – Parapat Danau Toba. Sebab, padatnya arus lalulintas di sepanjang jalan yang pulang dan hen­dak me­nuju obyek wisata andalan Sumut itu.

Kepada wartawan, C. Manurung, pe­ngun­jung yang datang dari Palembang mengaku, sudah saatnya Pe­merintah Sumatera Uta­ra atau Pusat memikirkan jalan-jalan alternatif yang kondusif me­nu­ju obyek wisata Parapat Danau Toba.

“Dari masa kecil saya, jalan dari Pe­matang­si­antar menuju Parapat Danau Toba tidak pernah berubah. Bagai­mana kita mau bersaing dengan daerah lain kalau seperti ini,” ujar Manurung.

“Obyek wisata Pa­rapat Danau Toba, memang sudah ter­sohor ke­ma­na mana dan selalu dipadati pe­ngunjung disetiap hari hari besar. Na­mun, kalau kondi­sinya seperti ini pe­ngunjung itu merasa tidak nyaman dan gilirannya kesal,” sambung Ma­nurung.

Selain sarana infrastruktur jalan menu­ju Parapat Danau Toba mende­sak untuk diper­baiki dan ditambah, peme­rin­tah daerah juga harus sung­guh-sungguh membina masya­rakat. Khususnya pela­ku pariwisata agar berjualan atau menawarkan jasa ho­tel, penginapan dengan ramah.

“Keramahtamahan itu modal besar meng­gaet pengunjung,” kata Ma­nurung seraya mengaku su­dah mengelilingi sejumlah obyek wi­sata di Sumatera Utara.

Terhitung sejak Senin (1/1) hingga Kamis (4/1) malam, arus pengunjung me­nuju berbagai obyek wisata Pa­rapat Danau Toba termasuk Pulau Sa­mosir masih berda­tangan. Sehingga se­jumlah ruas jalan yang dipadati ken­daraan masih padat merayap.

Akibatnya pihak Satlantas Polres Simalungun dan kota Pema­tangsiantar membuka jalan jalan alternatif. Polsek setempat merekayasa jalan ke lokasi-lokasi hotel dan restoran.

Dengan demikian, kema­cetan arus lalu lintas bisa di­minimalisir. Membludaknya pe­ng­un­jung ke Parapat Danau To­ba, membuat pe­laku pari­wisata seperti peda­gang, hotel, res­to­ran, per­kapalan, parkir meraup untung besar.(bbs/ala)

 

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
Sejumlah warga melintasi jalan lintas sumatera menuju danau toba, Kabupaten Tapanuli Utara, Selasa (22/3)

PARAPAT, SUMUTPOS.CO -Setiap libur tahun baru, Parapat Danau Toba menjadi spot yang paling padat dikunjungi wisatawan untuk kawasan Sumatera Utara. Selain wisatawan lokal, pengunjung juga datang dari Palembang, Jambi, Bengkulu, Batam dan daerah lainnya termasuk dari Pulau Jawa, Kalimantan.

Padatnya pengunjung me­nuju Parapat Danau To­ba, di jalan Pe­matangsiantar (persisnya di Simpang Dua) setiap hari mulai pagi hingga malam hari, dipadati kenda­raan ang­kutan umum. Bahkan, mobil pribadi dan sepeda mo­tor antri panjang hing­ga beberapa kilometer.

Akibatnya, dari Kota Pema­tang­siantar menuju Pa­­rapat Danau Toba bisa memakan waktu em­pat jam. Padahal sebe­lumnya paling lama satu jam.

Sejumlah pengunjung mengaku ke­walahan me­lintasi jalan Kota Pema­tang­­siantar – Parapat Danau Toba. Sebab, padatnya arus lalulintas di sepanjang jalan yang pulang dan hen­dak me­nuju obyek wisata andalan Sumut itu.

Kepada wartawan, C. Manurung, pe­ngun­jung yang datang dari Palembang mengaku, sudah saatnya Pe­merintah Sumatera Uta­ra atau Pusat memikirkan jalan-jalan alternatif yang kondusif me­nu­ju obyek wisata Parapat Danau Toba.

“Dari masa kecil saya, jalan dari Pe­matang­si­antar menuju Parapat Danau Toba tidak pernah berubah. Bagai­mana kita mau bersaing dengan daerah lain kalau seperti ini,” ujar Manurung.

“Obyek wisata Pa­rapat Danau Toba, memang sudah ter­sohor ke­ma­na mana dan selalu dipadati pe­ngunjung disetiap hari hari besar. Na­mun, kalau kondi­sinya seperti ini pe­ngunjung itu merasa tidak nyaman dan gilirannya kesal,” sambung Ma­nurung.

Selain sarana infrastruktur jalan menu­ju Parapat Danau Toba mende­sak untuk diper­baiki dan ditambah, peme­rin­tah daerah juga harus sung­guh-sungguh membina masya­rakat. Khususnya pela­ku pariwisata agar berjualan atau menawarkan jasa ho­tel, penginapan dengan ramah.

“Keramahtamahan itu modal besar meng­gaet pengunjung,” kata Ma­nurung seraya mengaku su­dah mengelilingi sejumlah obyek wi­sata di Sumatera Utara.

Terhitung sejak Senin (1/1) hingga Kamis (4/1) malam, arus pengunjung me­nuju berbagai obyek wisata Pa­rapat Danau Toba termasuk Pulau Sa­mosir masih berda­tangan. Sehingga se­jumlah ruas jalan yang dipadati ken­daraan masih padat merayap.

Akibatnya pihak Satlantas Polres Simalungun dan kota Pema­tangsiantar membuka jalan jalan alternatif. Polsek setempat merekayasa jalan ke lokasi-lokasi hotel dan restoran.

Dengan demikian, kema­cetan arus lalu lintas bisa di­minimalisir. Membludaknya pe­ng­un­jung ke Parapat Danau To­ba, membuat pe­laku pari­wisata seperti peda­gang, hotel, res­to­ran, per­kapalan, parkir meraup untung besar.(bbs/ala)

 

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/