30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Prada Bambang Gantung Diri di Sel Subdenpom Psp

Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).
Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Kematian Prada Bambang Budiansyah Sitepu (23), Rabu (4/2) pagi membuat keluarga curiga. Ada sejumlah tanda tak lazim di tubuh prajurit Yonif 123/RW yang ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan (Psp) itu.

Awalnya, sekitar pukul 10.00, wartawan grup Sumut Pos menerima informasi soal kematian Bambang. Untuk memastikan, wartawan menyambangi Subdenpom 1/2-3 yang beralamat di Jl. Serma Lian Kosong, Kota Psp. Sayangnya, kondisi kantor Polisi Militer (PM) itu terlihat sepi.

Bertanya kepada warga sekitar, mereka mengakui sekitar pukul 09.30 ada mobil ambulance yang parkir di depan kantor tersebut.

“Memang tadi pagi sekitar pukul 09.30 ada mobil ambulance yang saya lihat parkir di depan kantor PM itu. Sempat saya tanya sama orang yang kerja di dalam, katanya ada tahanan yang meninggal dunia,” ujar salah seorang warga. “Mungkin sudah dibawa ke rumah sakit TNI di Losung Batu, karena saya lihat tadi ambulans yang digunakan milik rumah sakit TNI,” lanjut pria yang membuka usaha warung tersebut.

Wartawan pun bergerak ke rumah sakit TNI di Jl. Sudirman Losung Batu Kota Psp tersebut. Sesampainya di sana, sejumlah aparat dengan pakaian loreng hijau terlihat berdiri di depan ruang UGD. Suasananya pun terlihat berduka. Dan terdengar tangisan dari beberapa wanita yang diduga adalah pihak keluarga yang meninggal.

Lagi, upaya peliputan dihalangi beberapa petugas memohon untuk tidak meliputnya. “Nanti saja ya, untuk sementara kami tidak bisa kasih komentar, lagian kondisi sedang berduka,” tukas beberapa petugas dan meminta menjauh dari UGD.

Info dari sejumlah sumber yang bertugas di Yonif 123/RW, jenazah itu merupakan rekan mereka yang bernama Prada Bambang Budiansyah Sitepu (23) yang bertugas di Kompi Markas Yonif 123/RW.

“Kalau penyebab meninggalnya, yang kami tahu hanya karena sakit. Memang selama ini dia ditahan di Subdenpom karena disersi, kalau tidak salah sudah lebih dari 20 hari,” tukas mereka.

Dandim 0212/TS Letkol Inf Uyat Harahap SIP yang melihat jenazah mantan anggotanya mengatakan, keterangan dari pihak rumah sakit menyatakan, almarhum meninggal akibat sakit.

“Menurut pihak rumah sakit akibat sakit, saya juga belum jelas informasinya,” ujar Mantan Danyonif 123/RW itu.

Untuk memastikannya, Dr Asrial yang kebetulan saat itu sedang bertugas di rumah sakit coba dikonfirmasi. Sayangnya, lagi-lagi ia menolak untuk memberikan keterangan. “Mohon maaf saya tidak bisa beri keterangan, karena ada larangan dari pihak tempat saya bekerja. Mohon dimaklumi ya,” jawabnya, Rabu (4/2).

Sekitar pukul 16.00, di rumah duka yang terletak di Jalan BM Muda Silandit Psp Selatan Kota Psp, tampak dipenuhi pelayat. Mulai dari pihak TNI, baik Yonif 123/RW, Kodim 0212/TS dan Subdenpom 1/2-3 Psp. Lalu sekitar pukul 17.00 WIB, tampak beberapa unit mobil keluar dari dalam rumah, dan salah satunya adalah jenis ambulance yang diketahui hendak membawa jenazah almarhum ke Medan untuk otopsi.

Erminawati yang diketahui sebagai Ibu Almarhum melalui pihak keluarganya, HM Tua Siregar mengatakan,pihaknya ingin mendapat keterangan yang pasti tentang penyebab kematian anak ke-3 dari 4 bersaudara tersebut.

“Kami hanya ingin memastikan saja, apa sebenarnya penyebab meninggalnya adek kami ini, mungkin setelah dibawa otopsi ke Medan, keluarga tahu dan merasa puas,” ungkapnya. “Kalau rumah sakitnya mau dibawa ke Pirngadi Medan, mungkin di sana yang bisa mengotopsi,” pungkasnya dan merasa terpukul dengan kepergian almarhum yang semasa hidupnya dikenal baik itu.

Dibawa naik ambulan milik TNI, jasad Bambang tiba di RSU dr. Pirngadi Medan pada Kamis (5/2) sekitar pukul 05.00 Wib. Terlihat juga rombongan keluarganya, menyusul sekitar setengah kemudian, naik mobil pribadi. Saat kru koran ini tiba di sana sekira pukul 06.30, terlihat 2 provoost berjaga di pintu masuk kamar jenazah rumah sakit milik Pemko Medan itu.

Setengah jam kemudian, datang 4 personil Polisi Militer (PM) TNI. Mereka ikut berjaga bersama kedua provoost itu. Sebagian keluarga Bambang, terlihat berada di dalam. Sesekali, terdengar suara ratapan dari dalam. Di luar, di bangku kayu yang terletak di depan pintu masuk, ada juga keluarga Bambang yang ngobrol. Mereka membahas soal kematian Bambang.

Sekitar pukul 10.00, tim medis yang bertugas untuk mengotopsi jenazah Bambang, tiba. Mereka langsung masuk, diikuti provoost dan PM yang berjaga di depan. Pintu ruang jenazah juga ditutup rapat. Sementara, sopir ambulan yang juga personil TNI, terlihat mendampingi keluarga yang duduk di bangku.

Menjelang pukul 13.30, tim medis yang mengotopsi terlihat keluar. Disusul jenazah Bambang yang dimasukkan ke ambulan. Ketika itulah, Bibi Bambang, Hajair Erminawati Siregar (46) mengaku melihat ada kejanggalan terkait kematian Bambang dan jadi pertanyaan keluarga.

“Katanya gantung diri di sel tahanan. Tapi ada banyak kejanggalan. Di tubuhnya ada mirip luka lebam. Di kepalanya ada luka di sebelah kiri, lukanya itu seperti dipukul atau diantukkan ke dinding,” ujarnya di sel-sela pemberangkatan jenazah Bambang.

“Dia memang ditahan di sana. Katanya sih ada masalah, tapi kami gak tau masalahnya. Sebelum ditahan, dia datang ke rumah kita di Batu Dua Padangsidempuan. Ada tiga hari juga dia di rumah kita. Lalu kami bicarakan permasalahan ini ke orangtuanya untuk mengurus ke batalion. Supaya Bambang kembali tugas dan tidak dihukum,” jelasnya.

Lanjutnya, Bambang akhirnya menyerahkan diri kemudian ditahan selama 20 hari. “Kemarin dia menyerahkan diri dan ditahan selama 20 hari. Setelah

Lepas, dia dijemput lagi ditahan,” ujarnya.

Sementara, Veni (28), kakak kandung korban, mengaku sebelum menyerahkan diri ke batalionnya, Bambang sempat komunikasi dengannya via BlackBerry Messenger (BBM). “Masih sempat ngomong kami setelah dia pergi dari rumah. Katanya kalau dia kembali ke batalion dia akan mati. Tiba tiba malam pas kami lagi BBM-an, kontaknya di BB-ku hilang gitu aja Bang,” ungkapnya.

Sementara itu, abang korban mengatakan kalau adiknya ditemukan tak

bernyawa dengan leher terikat. Di tubuh korban juga ditemukan luka-luka mirip tusukan di bagian badannya. “Korban ditemukan dengan leher terikat, di badannya pun ditemukan seperti bekas luka tusukan. Kami juga belum tahu banyak penyebabnya,” ungkap abang korban yang bertubuh gempal dan berkulit gelap, serta mengenakan kaos putih, celana jeans biru.

Sementara, tim otopsi yang enggan namanya dikorankan tak mau banyak berkomentar. “Yang jelas, korban mengalami luka di leher, kepala luka dan tubuhnya seperti ada bekas-bekas luka,” ujar pria berseragam putih itu, dengan masker tergantung di leher. (ril/mag2/trg)

 

Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).
Prada Bambang Budiansyah Sitepu tewas di sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan, Rabu (4/2/2015).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Kematian Prada Bambang Budiansyah Sitepu (23), Rabu (4/2) pagi membuat keluarga curiga. Ada sejumlah tanda tak lazim di tubuh prajurit Yonif 123/RW yang ditemukan tewas gantung diri di kamar mandi sel tahanan Subdenpom 1/2-3 Padangsidimpuan (Psp) itu.

Awalnya, sekitar pukul 10.00, wartawan grup Sumut Pos menerima informasi soal kematian Bambang. Untuk memastikan, wartawan menyambangi Subdenpom 1/2-3 yang beralamat di Jl. Serma Lian Kosong, Kota Psp. Sayangnya, kondisi kantor Polisi Militer (PM) itu terlihat sepi.

Bertanya kepada warga sekitar, mereka mengakui sekitar pukul 09.30 ada mobil ambulance yang parkir di depan kantor tersebut.

“Memang tadi pagi sekitar pukul 09.30 ada mobil ambulance yang saya lihat parkir di depan kantor PM itu. Sempat saya tanya sama orang yang kerja di dalam, katanya ada tahanan yang meninggal dunia,” ujar salah seorang warga. “Mungkin sudah dibawa ke rumah sakit TNI di Losung Batu, karena saya lihat tadi ambulans yang digunakan milik rumah sakit TNI,” lanjut pria yang membuka usaha warung tersebut.

Wartawan pun bergerak ke rumah sakit TNI di Jl. Sudirman Losung Batu Kota Psp tersebut. Sesampainya di sana, sejumlah aparat dengan pakaian loreng hijau terlihat berdiri di depan ruang UGD. Suasananya pun terlihat berduka. Dan terdengar tangisan dari beberapa wanita yang diduga adalah pihak keluarga yang meninggal.

Lagi, upaya peliputan dihalangi beberapa petugas memohon untuk tidak meliputnya. “Nanti saja ya, untuk sementara kami tidak bisa kasih komentar, lagian kondisi sedang berduka,” tukas beberapa petugas dan meminta menjauh dari UGD.

Info dari sejumlah sumber yang bertugas di Yonif 123/RW, jenazah itu merupakan rekan mereka yang bernama Prada Bambang Budiansyah Sitepu (23) yang bertugas di Kompi Markas Yonif 123/RW.

“Kalau penyebab meninggalnya, yang kami tahu hanya karena sakit. Memang selama ini dia ditahan di Subdenpom karena disersi, kalau tidak salah sudah lebih dari 20 hari,” tukas mereka.

Dandim 0212/TS Letkol Inf Uyat Harahap SIP yang melihat jenazah mantan anggotanya mengatakan, keterangan dari pihak rumah sakit menyatakan, almarhum meninggal akibat sakit.

“Menurut pihak rumah sakit akibat sakit, saya juga belum jelas informasinya,” ujar Mantan Danyonif 123/RW itu.

Untuk memastikannya, Dr Asrial yang kebetulan saat itu sedang bertugas di rumah sakit coba dikonfirmasi. Sayangnya, lagi-lagi ia menolak untuk memberikan keterangan. “Mohon maaf saya tidak bisa beri keterangan, karena ada larangan dari pihak tempat saya bekerja. Mohon dimaklumi ya,” jawabnya, Rabu (4/2).

Sekitar pukul 16.00, di rumah duka yang terletak di Jalan BM Muda Silandit Psp Selatan Kota Psp, tampak dipenuhi pelayat. Mulai dari pihak TNI, baik Yonif 123/RW, Kodim 0212/TS dan Subdenpom 1/2-3 Psp. Lalu sekitar pukul 17.00 WIB, tampak beberapa unit mobil keluar dari dalam rumah, dan salah satunya adalah jenis ambulance yang diketahui hendak membawa jenazah almarhum ke Medan untuk otopsi.

Erminawati yang diketahui sebagai Ibu Almarhum melalui pihak keluarganya, HM Tua Siregar mengatakan,pihaknya ingin mendapat keterangan yang pasti tentang penyebab kematian anak ke-3 dari 4 bersaudara tersebut.

“Kami hanya ingin memastikan saja, apa sebenarnya penyebab meninggalnya adek kami ini, mungkin setelah dibawa otopsi ke Medan, keluarga tahu dan merasa puas,” ungkapnya. “Kalau rumah sakitnya mau dibawa ke Pirngadi Medan, mungkin di sana yang bisa mengotopsi,” pungkasnya dan merasa terpukul dengan kepergian almarhum yang semasa hidupnya dikenal baik itu.

Dibawa naik ambulan milik TNI, jasad Bambang tiba di RSU dr. Pirngadi Medan pada Kamis (5/2) sekitar pukul 05.00 Wib. Terlihat juga rombongan keluarganya, menyusul sekitar setengah kemudian, naik mobil pribadi. Saat kru koran ini tiba di sana sekira pukul 06.30, terlihat 2 provoost berjaga di pintu masuk kamar jenazah rumah sakit milik Pemko Medan itu.

Setengah jam kemudian, datang 4 personil Polisi Militer (PM) TNI. Mereka ikut berjaga bersama kedua provoost itu. Sebagian keluarga Bambang, terlihat berada di dalam. Sesekali, terdengar suara ratapan dari dalam. Di luar, di bangku kayu yang terletak di depan pintu masuk, ada juga keluarga Bambang yang ngobrol. Mereka membahas soal kematian Bambang.

Sekitar pukul 10.00, tim medis yang bertugas untuk mengotopsi jenazah Bambang, tiba. Mereka langsung masuk, diikuti provoost dan PM yang berjaga di depan. Pintu ruang jenazah juga ditutup rapat. Sementara, sopir ambulan yang juga personil TNI, terlihat mendampingi keluarga yang duduk di bangku.

Menjelang pukul 13.30, tim medis yang mengotopsi terlihat keluar. Disusul jenazah Bambang yang dimasukkan ke ambulan. Ketika itulah, Bibi Bambang, Hajair Erminawati Siregar (46) mengaku melihat ada kejanggalan terkait kematian Bambang dan jadi pertanyaan keluarga.

“Katanya gantung diri di sel tahanan. Tapi ada banyak kejanggalan. Di tubuhnya ada mirip luka lebam. Di kepalanya ada luka di sebelah kiri, lukanya itu seperti dipukul atau diantukkan ke dinding,” ujarnya di sel-sela pemberangkatan jenazah Bambang.

“Dia memang ditahan di sana. Katanya sih ada masalah, tapi kami gak tau masalahnya. Sebelum ditahan, dia datang ke rumah kita di Batu Dua Padangsidempuan. Ada tiga hari juga dia di rumah kita. Lalu kami bicarakan permasalahan ini ke orangtuanya untuk mengurus ke batalion. Supaya Bambang kembali tugas dan tidak dihukum,” jelasnya.

Lanjutnya, Bambang akhirnya menyerahkan diri kemudian ditahan selama 20 hari. “Kemarin dia menyerahkan diri dan ditahan selama 20 hari. Setelah

Lepas, dia dijemput lagi ditahan,” ujarnya.

Sementara, Veni (28), kakak kandung korban, mengaku sebelum menyerahkan diri ke batalionnya, Bambang sempat komunikasi dengannya via BlackBerry Messenger (BBM). “Masih sempat ngomong kami setelah dia pergi dari rumah. Katanya kalau dia kembali ke batalion dia akan mati. Tiba tiba malam pas kami lagi BBM-an, kontaknya di BB-ku hilang gitu aja Bang,” ungkapnya.

Sementara itu, abang korban mengatakan kalau adiknya ditemukan tak

bernyawa dengan leher terikat. Di tubuh korban juga ditemukan luka-luka mirip tusukan di bagian badannya. “Korban ditemukan dengan leher terikat, di badannya pun ditemukan seperti bekas luka tusukan. Kami juga belum tahu banyak penyebabnya,” ungkap abang korban yang bertubuh gempal dan berkulit gelap, serta mengenakan kaos putih, celana jeans biru.

Sementara, tim otopsi yang enggan namanya dikorankan tak mau banyak berkomentar. “Yang jelas, korban mengalami luka di leher, kepala luka dan tubuhnya seperti ada bekas-bekas luka,” ujar pria berseragam putih itu, dengan masker tergantung di leher. (ril/mag2/trg)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/