26.7 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Shio Anjing, Tahunnya Kerja Keras

Foto: Sopian/Sumut Pos
Ketua Yayasan Vihara Avalokites Vara See Sun Temple, Suhu Darma Surya di Jalan Tengku Hasyim Kota Tebingtinggi.

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO -Jelang Hari Raya Imlek, warga etnis Tionghoa yang bermukim di Kota Tebingtinggi berbondong-bondong mendatangi beberapa vihara. Salah satunya Vihara Avalokites Vara San see Temple di Jalan Tengku Hasyim Kota Tebingtinggi, Senin (5/2).

Selain sembahyang memohon kesehatan dan rejeki, warga juga membersihkan vihara. Pengurus Vihara Avalokites Vara See Temple, Suhu Darma Surya mengatakan, sembahyang ritual pada imlek tahun Anjing ini, warga yang datang ke vihara membawa berbagai sesajen. Mereka melakukan ritual sembahyang di penyimpanan abu jenazah dan tempat makam para keluarganya telah dikuburkan.

“Keluarga memberikan sesajen dengan membakar dupa dan memohon kemudahan rezeki dan kesehatan keluarga,” papar Darma Surya.

Pada tahun Anjing ini, warga etnis Tionghoa memohon kemudahan dan kemurahan rezeki. Sebab, menurut keyakinan etnis Tionghoa, shio Anjing ini sifatnya gesit, lincah serta kuat tenaganya.

Isyaratnya, tahun Anjing adalah tahun yang penuh kerja keras untuk mencari rezeki.

“Vihara juga akan menggelar ibadah kebaktian umum untuk mendoakan supaya semua lintas agama dan budaya di Kota Tebingtinggi aman dan tentram,” paparnya.

Untuk kegiatan, Vihara Avalokites Vara See Temple melaksanakan kegiatan bhakti sosial. Seperti memberikan sumbangan sosial kepada warga miskin, yaitu bantuan beras, minyak goreng dan gula.

Selain itu, vihara juga akan melaksanakan kegiatan barongsai dan pesta kembang api pada malam perayaan imlek. Pihaknya juga akan membuat open house dengan mengundang tokoh-tokoh agama yang ada di Kota Tebingtinggi.

Politik di tahun Anjing cukup panas. Darma Surya berharap agar pelaksanaan Pilgubsu di Provinsi Sumatera Utara bisa berjalan damai dan tentram.

“Semoga masyarakat Sumatera Utara kedepan bisa hidup harmonis berdampingan dengan berbagai lintas etnis agama,” terang Suhu Darma Surya.

Dijelaskan Suhu Darma Surya, pada perayaan Hari Raya Imlek tahun ini, warga yang datang ke vihara akan melaksanakan kegiatan sembahyang arwah dengan membawa berbagai sesajen. Seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, buah-buahan segar, berbagai kue dan gincua (kertas berbetuk uang) dan Cuasa (kertas berbentuk baju) untuk di bakar kemudian dipersembahkan kepada arwah leluhur yang telah meninggal.

Sebelum melakukan ritual sembahyang leluhur, keluarga terlebih dahulu harus melakukan ritual pembakaran dupa sambil memohon doa-doa untuk diberikan kemurahan rezeki kepada arwah leluhur yang telah meninggal. Kemudian mereka mengambil Siangpoe (bahan yang terbuat dari akar bambu), dilemparkan keatas sembari membawa sesajen.

Apabila siangpoe dilempar dan jatuh tertutup sebelah, maka sesajen yang di bawah diterimah arwah leluhur.

“Apabila siangpoe dilempar keatas dan jatuh tertutup keduanya, maka sesajen yang dibawah belum diterima oleh arwah leluhur dan harus di ulang melempar hingga tiga kali. Apabila siangpoe di lempar dan terbuka keduanya, maka arwah leluhur tersenyum menerima sesajen dan kedatangan keluarga yang melakukan ritual sembahyang,” ujarnya.(ian/ala)

 

 

Foto: Sopian/Sumut Pos
Ketua Yayasan Vihara Avalokites Vara See Sun Temple, Suhu Darma Surya di Jalan Tengku Hasyim Kota Tebingtinggi.

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO -Jelang Hari Raya Imlek, warga etnis Tionghoa yang bermukim di Kota Tebingtinggi berbondong-bondong mendatangi beberapa vihara. Salah satunya Vihara Avalokites Vara San see Temple di Jalan Tengku Hasyim Kota Tebingtinggi, Senin (5/2).

Selain sembahyang memohon kesehatan dan rejeki, warga juga membersihkan vihara. Pengurus Vihara Avalokites Vara See Temple, Suhu Darma Surya mengatakan, sembahyang ritual pada imlek tahun Anjing ini, warga yang datang ke vihara membawa berbagai sesajen. Mereka melakukan ritual sembahyang di penyimpanan abu jenazah dan tempat makam para keluarganya telah dikuburkan.

“Keluarga memberikan sesajen dengan membakar dupa dan memohon kemudahan rezeki dan kesehatan keluarga,” papar Darma Surya.

Pada tahun Anjing ini, warga etnis Tionghoa memohon kemudahan dan kemurahan rezeki. Sebab, menurut keyakinan etnis Tionghoa, shio Anjing ini sifatnya gesit, lincah serta kuat tenaganya.

Isyaratnya, tahun Anjing adalah tahun yang penuh kerja keras untuk mencari rezeki.

“Vihara juga akan menggelar ibadah kebaktian umum untuk mendoakan supaya semua lintas agama dan budaya di Kota Tebingtinggi aman dan tentram,” paparnya.

Untuk kegiatan, Vihara Avalokites Vara See Temple melaksanakan kegiatan bhakti sosial. Seperti memberikan sumbangan sosial kepada warga miskin, yaitu bantuan beras, minyak goreng dan gula.

Selain itu, vihara juga akan melaksanakan kegiatan barongsai dan pesta kembang api pada malam perayaan imlek. Pihaknya juga akan membuat open house dengan mengundang tokoh-tokoh agama yang ada di Kota Tebingtinggi.

Politik di tahun Anjing cukup panas. Darma Surya berharap agar pelaksanaan Pilgubsu di Provinsi Sumatera Utara bisa berjalan damai dan tentram.

“Semoga masyarakat Sumatera Utara kedepan bisa hidup harmonis berdampingan dengan berbagai lintas etnis agama,” terang Suhu Darma Surya.

Dijelaskan Suhu Darma Surya, pada perayaan Hari Raya Imlek tahun ini, warga yang datang ke vihara akan melaksanakan kegiatan sembahyang arwah dengan membawa berbagai sesajen. Seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, buah-buahan segar, berbagai kue dan gincua (kertas berbetuk uang) dan Cuasa (kertas berbentuk baju) untuk di bakar kemudian dipersembahkan kepada arwah leluhur yang telah meninggal.

Sebelum melakukan ritual sembahyang leluhur, keluarga terlebih dahulu harus melakukan ritual pembakaran dupa sambil memohon doa-doa untuk diberikan kemurahan rezeki kepada arwah leluhur yang telah meninggal. Kemudian mereka mengambil Siangpoe (bahan yang terbuat dari akar bambu), dilemparkan keatas sembari membawa sesajen.

Apabila siangpoe dilempar dan jatuh tertutup sebelah, maka sesajen yang di bawah diterimah arwah leluhur.

“Apabila siangpoe dilempar keatas dan jatuh tertutup keduanya, maka sesajen yang dibawah belum diterima oleh arwah leluhur dan harus di ulang melempar hingga tiga kali. Apabila siangpoe di lempar dan terbuka keduanya, maka arwah leluhur tersenyum menerima sesajen dan kedatangan keluarga yang melakukan ritual sembahyang,” ujarnya.(ian/ala)

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/