32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Kejatisu Didesak Tangkap Wabup Tapteng

Foto: Bayu/PM/JPNN Aksi demo dari Aliansi Mahasiswa Tapteng saat demo di depan Kejatisu, Rabu (5/3).
Foto: Bayu/PM/JPNN
Aksi demo dari Aliansi Mahasiswa Tapteng saat demo di depan Kejatisu, Rabu (5/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Oposisi Mahasiswa Tapanuli Tengah, mendesak Kajatisu memeriksa Wakil Bupati Tapteng H Syukran Jamilan Tanjung, Selasa (5/3).

Desakan itu disampaikan saat mahasiswa melakukan aksi demo ke Kajatisu untuk mempertanyakan penangangan kasus dugaan penggelapan dana pembangunan Museum Barus Raya, Kec. Barus, Kab.Tapteng senilai Rp1,15 miliar tahun 2010 lalu, yang dilakukan oleh Syukran.

Bayu Sanjaya, salah seorang mahasiswa dalam orasinya mengatakan, Syukran yang bertanggung jawab dalam kasus dugaan korupsi tersebut. “Pada tanggal 12 September 2010 lalu, pengurus Yayasan Museum Barus (YMBR) sudah melakukan rapat internal di Hotel Fansyuri Barus dan di situ Wabub tidak datang dan  hanya mengirimkan surat yang menyatakan beliau mengakui sudah memakai uang tersebut dan akan menggantinya. Di sini sudah jelas adanya penggelapan, kenapa tidak ditindak lanjuti kasusnya,”ujarnya.

Masih dalam orasinya, Bayu menyayangkan tidak adanya upaya dari penegak hukum untuk menyidik kasus ini. “Ini membuktikan kalau Kejatisu tidak melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga Yudikatif,” cibirnya. Masih dalam orasi massa, dalam kasus pembangunan Museum Barus Raya di Kec. Barus Kab. Tapteng, tidak sebanding dengan anggaran yang sudah diterima Rp1,15 miliar. Namun kata dia, faktanya  di lapangan tidak ada dilakukan pengerjaan sama sekali, dan saat ini hanya menjadi bangunan tua.

Dijelaskannya pula saat ini proyek pembangunan tersebut diserahkan kepada sepupu kandung Wagub yakni Elvis Pasaribu (Oves) yang diduga turut membantu dalam penyelewengan dana pembangunan museum. Dimana pada tahun 2007 Yayasan Museum Barus (YMBR) menerima Rp750 juta dan pada bulan September juga menerima Rp 750 juta, dana dari Pemkab Tapteng sebesar Rp75 juta, lalu ditambah dengan dana hibah dari Pemprovsu sebesar Rp75 juta dan Dana Hibah sebesar Rp250 juta dari APBN Sumut tahun 2010, dan anggaran tersebut diduga telah digelapkan.

Dalam tuntutannya mahasiswa meminta Kejatisu agar memeriksa dan menangkap Syukran atas penyalahgunaan dana pembangunan Museum Raya Barus. “Periksa dan tangkap Syukran atas penyalahgunaan dana pembangunan Museum Raya Barus, periksa dan tangkap Elvis Pasaribu (Oves) yang diduga ikut terlibat dan usut semua yang terlibat dalam pembangunan museum tersebut,”tegas massa. Kepala Seksi Penerangan dan Hukum Kejatisu, Chandra Purnama menyatakan akan memastikan terlebih dahulu mengenai dokumen yang diberikan mahasiswa.

“Kita pastikan dulu dokumen yang diberikan kepada kami, dan melihat per bulan berapa masuknya, karena dokumen yang kalian berikan tahun 2012, dikarenakan adanya pergantian di humas makanya akan kita cari lagi,” dalihnya.  Massa sempat merasa jengkel dan emosi dianggap pilih kasih lantaran Aspidsus tak berkenan bersua mereka. “Kenapa kami tidak ditanggapi oleh Aspidsus, apa karena massa kami sedikit, jangan pilih kasih,”ungkap mereka. (bay/deo)

Foto: Bayu/PM/JPNN Aksi demo dari Aliansi Mahasiswa Tapteng saat demo di depan Kejatisu, Rabu (5/3).
Foto: Bayu/PM/JPNN
Aksi demo dari Aliansi Mahasiswa Tapteng saat demo di depan Kejatisu, Rabu (5/3).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Oposisi Mahasiswa Tapanuli Tengah, mendesak Kajatisu memeriksa Wakil Bupati Tapteng H Syukran Jamilan Tanjung, Selasa (5/3).

Desakan itu disampaikan saat mahasiswa melakukan aksi demo ke Kajatisu untuk mempertanyakan penangangan kasus dugaan penggelapan dana pembangunan Museum Barus Raya, Kec. Barus, Kab.Tapteng senilai Rp1,15 miliar tahun 2010 lalu, yang dilakukan oleh Syukran.

Bayu Sanjaya, salah seorang mahasiswa dalam orasinya mengatakan, Syukran yang bertanggung jawab dalam kasus dugaan korupsi tersebut. “Pada tanggal 12 September 2010 lalu, pengurus Yayasan Museum Barus (YMBR) sudah melakukan rapat internal di Hotel Fansyuri Barus dan di situ Wabub tidak datang dan  hanya mengirimkan surat yang menyatakan beliau mengakui sudah memakai uang tersebut dan akan menggantinya. Di sini sudah jelas adanya penggelapan, kenapa tidak ditindak lanjuti kasusnya,”ujarnya.

Masih dalam orasinya, Bayu menyayangkan tidak adanya upaya dari penegak hukum untuk menyidik kasus ini. “Ini membuktikan kalau Kejatisu tidak melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga Yudikatif,” cibirnya. Masih dalam orasi massa, dalam kasus pembangunan Museum Barus Raya di Kec. Barus Kab. Tapteng, tidak sebanding dengan anggaran yang sudah diterima Rp1,15 miliar. Namun kata dia, faktanya  di lapangan tidak ada dilakukan pengerjaan sama sekali, dan saat ini hanya menjadi bangunan tua.

Dijelaskannya pula saat ini proyek pembangunan tersebut diserahkan kepada sepupu kandung Wagub yakni Elvis Pasaribu (Oves) yang diduga turut membantu dalam penyelewengan dana pembangunan museum. Dimana pada tahun 2007 Yayasan Museum Barus (YMBR) menerima Rp750 juta dan pada bulan September juga menerima Rp 750 juta, dana dari Pemkab Tapteng sebesar Rp75 juta, lalu ditambah dengan dana hibah dari Pemprovsu sebesar Rp75 juta dan Dana Hibah sebesar Rp250 juta dari APBN Sumut tahun 2010, dan anggaran tersebut diduga telah digelapkan.

Dalam tuntutannya mahasiswa meminta Kejatisu agar memeriksa dan menangkap Syukran atas penyalahgunaan dana pembangunan Museum Raya Barus. “Periksa dan tangkap Syukran atas penyalahgunaan dana pembangunan Museum Raya Barus, periksa dan tangkap Elvis Pasaribu (Oves) yang diduga ikut terlibat dan usut semua yang terlibat dalam pembangunan museum tersebut,”tegas massa. Kepala Seksi Penerangan dan Hukum Kejatisu, Chandra Purnama menyatakan akan memastikan terlebih dahulu mengenai dokumen yang diberikan mahasiswa.

“Kita pastikan dulu dokumen yang diberikan kepada kami, dan melihat per bulan berapa masuknya, karena dokumen yang kalian berikan tahun 2012, dikarenakan adanya pergantian di humas makanya akan kita cari lagi,” dalihnya.  Massa sempat merasa jengkel dan emosi dianggap pilih kasih lantaran Aspidsus tak berkenan bersua mereka. “Kenapa kami tidak ditanggapi oleh Aspidsus, apa karena massa kami sedikit, jangan pilih kasih,”ungkap mereka. (bay/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/