26.7 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Cuaca Extrim, Nelayan Enggan Melaut

Gelombang tinggi – ilustrasi

SUMUTPOS.CO  – DUA pekan terakhir, pasokan ikan dan komoditi laut di pasar jauh berkurang. Akibatnya membuat harga melonjak naik.

Keadaan itu dilatarbelakangi enggannya nelayan melaut karena cuaca extrim.

Angin kencang terus menerpa sebagian pesisir laut di Kabupaten Langkat. Nelayan terpaksa mengurungkan niat untuk melaut.

Seperti yang tampak di pesisir laut Kecamatan Berandan dan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat.

Mereka lebih memilih untuk berlibur dan menyandarkan boat milik mereka. Sebagian nelayan pun menghabiskan waktu untuk merajut jaring (jala) dan memperbaiki perahu mengisi kekosongan waktu.

“Ah, kalau saya tak beranilah melaut bang. Demikian juga dengan beberapa rekan nelayan lainnya. Gelombang cukup tinggi bang. Dari pada timbul bencana saat melaut. Lebih baik berdiam diri sesaat,” jelas Yani, salah satu nelayan.

Namun, ada juga beberapa nelayan yang nekat untuk melaut dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat. “Ada juga sih sebagian yang melaut. Tapi hanya beberapa,” jelasnya.

Digambarkannya, saat melaut pada bulan Februari lalu, gelombang ombak di laut lepas sangat tinggi. Mencapai 2 meter. Belum lagi angin yang sangat kencang terus menerpa dan membuat perahu bisa karam diterpa angin.

“Saya pernah coba melaut Februari lalu. Uh, anginnya kencang kali dan ombaknnya tinggi. Makannya saya tidak melaut bulan ini,” papar pria bertumbuh tambun ini.

Diakuinya, cuaca extrim akan habis dengan sendirinya memasuki bulan Maret. “Ya nantilah melaut lagi jika cuaca sudah bersahabat. Dan biasannya bulan Maret nanti sudah bisa melaut. Untuk sementara, kami menghabiskan waktu dengan cara memperbaiki jaring dan boat. Ada juga mencari sampingan untuk kebutuhan hidup,” tegasnya berharap bisa cepat melaut.

Sementara, akibat nelayan yang engan melaut otomatis membuat harga ikan naik. Sebab, ikan laut mulai berkurang dilapangan. Seperti yang tampak di Pasar Tanjung Pura, Langkat.

Bahkan, disini harga ikan mencapai kenaikan hingga 50 persen dari hari biasa. “Harga ikan tongkol biasannya hanya 30 ribu. Kini harga jual mencapai 43 ribu per kilogramnnya,” sebut Ihsan, pedagang disana.

Demikian juga dengan harga ikan bawal yang semula hanya 28 ribu, kini harga ikan yang banyak diminati ini menjadi 40 ribu perkilogramnnya.

“Ikan merah juga naik hargannya bang. Kini harga jualnya menjadi 35 ribu, padahal beberapa hari lalu cuma 25 ribu perkilonya,” sambung Iwan, pedagang lain.

Meski harga ikan dan komoditi naik, paparnya, namun peminat ikan laut terbilang normal.(bam/ala)

Gelombang tinggi – ilustrasi

SUMUTPOS.CO  – DUA pekan terakhir, pasokan ikan dan komoditi laut di pasar jauh berkurang. Akibatnya membuat harga melonjak naik.

Keadaan itu dilatarbelakangi enggannya nelayan melaut karena cuaca extrim.

Angin kencang terus menerpa sebagian pesisir laut di Kabupaten Langkat. Nelayan terpaksa mengurungkan niat untuk melaut.

Seperti yang tampak di pesisir laut Kecamatan Berandan dan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat.

Mereka lebih memilih untuk berlibur dan menyandarkan boat milik mereka. Sebagian nelayan pun menghabiskan waktu untuk merajut jaring (jala) dan memperbaiki perahu mengisi kekosongan waktu.

“Ah, kalau saya tak beranilah melaut bang. Demikian juga dengan beberapa rekan nelayan lainnya. Gelombang cukup tinggi bang. Dari pada timbul bencana saat melaut. Lebih baik berdiam diri sesaat,” jelas Yani, salah satu nelayan.

Namun, ada juga beberapa nelayan yang nekat untuk melaut dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat. “Ada juga sih sebagian yang melaut. Tapi hanya beberapa,” jelasnya.

Digambarkannya, saat melaut pada bulan Februari lalu, gelombang ombak di laut lepas sangat tinggi. Mencapai 2 meter. Belum lagi angin yang sangat kencang terus menerpa dan membuat perahu bisa karam diterpa angin.

“Saya pernah coba melaut Februari lalu. Uh, anginnya kencang kali dan ombaknnya tinggi. Makannya saya tidak melaut bulan ini,” papar pria bertumbuh tambun ini.

Diakuinya, cuaca extrim akan habis dengan sendirinya memasuki bulan Maret. “Ya nantilah melaut lagi jika cuaca sudah bersahabat. Dan biasannya bulan Maret nanti sudah bisa melaut. Untuk sementara, kami menghabiskan waktu dengan cara memperbaiki jaring dan boat. Ada juga mencari sampingan untuk kebutuhan hidup,” tegasnya berharap bisa cepat melaut.

Sementara, akibat nelayan yang engan melaut otomatis membuat harga ikan naik. Sebab, ikan laut mulai berkurang dilapangan. Seperti yang tampak di Pasar Tanjung Pura, Langkat.

Bahkan, disini harga ikan mencapai kenaikan hingga 50 persen dari hari biasa. “Harga ikan tongkol biasannya hanya 30 ribu. Kini harga jual mencapai 43 ribu per kilogramnnya,” sebut Ihsan, pedagang disana.

Demikian juga dengan harga ikan bawal yang semula hanya 28 ribu, kini harga ikan yang banyak diminati ini menjadi 40 ribu perkilogramnnya.

“Ikan merah juga naik hargannya bang. Kini harga jualnya menjadi 35 ribu, padahal beberapa hari lalu cuma 25 ribu perkilonya,” sambung Iwan, pedagang lain.

Meski harga ikan dan komoditi naik, paparnya, namun peminat ikan laut terbilang normal.(bam/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/