MEDAN, SUMUTPOS.CO – Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Budaya Din Syamsuddin mengatakan, selama ini dialog yang dilakukan antar umat beragama belum dialogis.
“Kalau dialog selama ini dua tiga monolog. Datang, senyum-senyum, dalam, tetapi sebenarnya ada masalah di antara kita,” kata Din Syamsuddin dalam kunjungannya di Pearaja Tarutung, Tapanuli Utara, Selasa (5/12).
Kunjungan yang dilakukan Din Syamsuddin bersama Ketua Punguan Boru Simbolon Indonesia (PSBI) Effendi Muara Sakti Simbolon dalam rangka bersilaturahmi dengan pimpinan umat Kristen Batak Protestan untuk menguatkan kerukunan antar umat beragama. Mantan Ketua PB Muhammadiyah itu mengatakan, penggunaan kata-kata yang mengandung negatif janganlah digunakan. “Saya bukan tipe yang memoles-moles, apa adanya. Istilah-istilah yang mengandung negatif, pejoratif, istilah itu hendaknya dihindari,” katanya lagi.
“Semua agama punya istilah. Dan tentu bisa dipakai, tapi janganlah dipakai ke luar. Dipakailah secara internal,” ujarnya.
Din menjawab pertanyaan wartawan mengatakan, tren dialog dan komunikasi masyarakat saat ini yang sering menggunakan kata-kata yang menimbulkan perdebatan.
Din menilai HKBP yang sudah ia kenal lama, bukan lagi sebagai HKBP di mana huruf ‘B’ di dalamnya adalah Batak. Bahkan, ia menilai huruf ‘B’ bermakna bangsa.
Sementara itu Effendi Simbolon mengatakan, kita mengapresiasi tinggi, kita bisa melihat toleransi antara umat beragama dan etnik sangat tinggi. Sumut, kata Effendi, bisa menjadi model untuk di Indonesia terkait toleransinya. “Dengan adanya dialog ini akan memberikan kekondusifan keharmonisan dan nantinya perbedaan tidak akan memecahbelahkan persatuan NKRI,” sebut Effendi lagi
Menanggapi hal itu Pimpinan HKBP Ephorus Dr Darwin Lumban Tobing mengatakan, HKBP sangat mengapresiasi atas kedatangan Din Syamsuddin. Yang ia ketahui Din Syamsuddin adalah sosok pemersatu kerukunan beragama secara nasional yang dipercaya oleh Presiden Joko Widodo.
Menurutnya HKBP selalu menjalin silaturahmi dengan agama Islam maupun agama lainnya. “Kami menyambut dengan baik kehadiran beliau. Memang agama Kristen dan Islam berbeda tapi perbedaan jangan dicari-cari. Yang dicari adalah persamaan,” ujarnya. (rel/adz)