31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Praktek Speaking sambil Menikmati Pop Mie, Caranya?

Siswa-siswi MTs. N 2 Asahan, praktek speaking English dengan materi procedure text.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Dari empat kompetensi yang harus dikuasai peserta didik saat belajar Bahasa Inggris, yaitu listening (mendengar), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis), speaking merupakan kemampuan –yang menurut para siswa–, paling sulit dikuasai. Menyiasati tantangan itu,

Rehana Nasty, Guru Bahasa Inggris di MTs. N 2 Asahan, memilih menyajikan model pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR, pada materi Procedure Text.

“Mengapa harus procedure text? Karena menurut saya, procedure text dapat menumbuhkembangkan speaking siswa, dengan mempraktekkan materi ini di depan kelas,” kata Rehana Nasty, yang juga Fasilitator Daerah (Fasda) Asahan Tanoto Foundation, kepada Sumut Pos, kemarin.

Apa itu procedure text? Kata Rehana, procedure text adalah sebuah jenis text dalam bahasa Inggris yang berisi tujuan dan langkah-langkah manual membuat atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan. Misalnya, How to operate telephone? How to serve a cup of pop noodle?

Procedure text diajarkan pada pelajaran bahasa Inggris di kelas 9 semester 1. “Biasanya, peserta didik tertarik dengan materi ini, karena prosesnya asyik dipelajari,” katanya.

Di awal, Rehana membagi kelompok diskusi siswa. Kemudian secara umum menginformasikan apa itu procedure text, dan apa tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Contohnya pada materi How To Operate Telephone, Regana mendemonstrasikan procedure text How To Operate Telephone, dan meminta peserta didik untuk mengamati langkah demi langkah yang diucapkan dan dilakukan dalam demonstrasi itu.

Usai demonstrasi, Rehana meminta peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan mereka masing-masing di dalam kelompoknya, serta menuliskan hasil diskusi mereka.

Dari hasil diskusi yang dirangkum siswa, secara acak Rehana meminta mereka mempresentasekannya. ”Kemudian kelompok lain dapat menanggapi,” kata dia.

Di akhir pembelajaran, dirinya merefleksi pembelajaran dengan bertanya langsung pada beberapa anak, tentang bagaimana perasaan mereka setelah mendemonstrasikan hasil diskusi mereka. “Selanjutnya saya memberi penugasan pada peserta didik untuk membuat sebuah procedur text yang judulnya ada dua pilihan. Yaitu “how to serve a cup of pop mie. dan how to make a cup of milo”,” jelasnya.

Tugas ini akan didemonstrasikan masing–masing di depan kelas pada pertemuan berikutnya.

Rehana Nasty, guru Bahasa Inggris di MTs. N 2 Asahan, menjelaskan mengenai praktek speaking English dengan metode procedure text.

Praktek Speaking

Sesuai tugas procedure text yang diberi pada pertemuan pertama, ternyata sebahagian besar peserta didik memilih goal: how to serve a cup of pop mie.

Sebelum para peserta didik melakukan praktek di depan kelas, mereka harus mempersiapkan bahan-bahan untuk praktek sesuai goal mereka. “Nah, saya terlebih dulu memastikan kelengkapan alat dan bahan praktek yang mereka sediakan,” kata Rehana.

Selanjutnya, secara acak peserta didik diminta tampil melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi how to serve a cup of pop mie dipraktekkan dan dijelaskan langsung dengan kata-kata sendiri. “Dan saya bangga, mereka sangat enjoy praktek speaking English saat menjelaskan langkah-langkah membuat mie. Dan di akhir praktek, mereka bisa menikmati satu cup pop mie yang mereka buat,” kata Rejana bangga.

Saat ditanya dengan siapa para anak didik belajar menyelesaikan tugasnya, terungkap bahwa mereka ada yang berdiskusi dengan teman kelompoknya, ada yang dibantu orang tua, kakak, abang, bahkan tetanggan. “Saya pun beri mereka applause, untuk kegigihan dan semangat mereka melakukan praktek speaking,” jelasnya.

Hasil refleksi, praktek speaking dengan metode procedure text menjadi proses belajar yang menyenangkan. Yang awalnya siswa kurang percaya diri, namun dengan kalimat motivasi ‘the beginning is difficult. But if you want, you can be the best’, hasilnya para siswa lebih percaya diri.

Nadin, seorang siswa di kelas 9D, dengan semangat berkata kepada Rehana: “Mam, minggu depan kita praktek lagi ya?”

Untuk mengetahui suasana belajar siswa di rumah, ia pun bertanya kepada salahsatu orang tua siswa yang sedang mengantarkan anaknya ke sekolah, bapak Junaidi. Kata pak Junaidi, anaknya selalu berlatih di rumah dan juga memperaktekkan cara mengoperasikan telephone serta pembuatan pop mie dalam bahasa Inggris.

“Sejak kecil, anak saya Awwan sangat senang dengan pelajaran bahasa Inggris. Praktek seperti ini bagus sekali agar anak-anak terbiasa berbahasa Inggris,” kata pak Junaidi.

Sebagai guru, Rehana mengaku sangat senang dengan antusiasme siswa dan terharu dengan dukungan positif orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka. “Saya berharap, melalui praktek speaking ini, para peserta didik lebih termotivasi meningkatkan kompetensi speakingnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dengan teman-teman, lingkungan, dan para guru di sekolah,” katanya. (reh/mea)

Siswa-siswi MTs. N 2 Asahan, praktek speaking English dengan materi procedure text.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Dari empat kompetensi yang harus dikuasai peserta didik saat belajar Bahasa Inggris, yaitu listening (mendengar), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis), speaking merupakan kemampuan –yang menurut para siswa–, paling sulit dikuasai. Menyiasati tantangan itu,

Rehana Nasty, Guru Bahasa Inggris di MTs. N 2 Asahan, memilih menyajikan model pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR, pada materi Procedure Text.

“Mengapa harus procedure text? Karena menurut saya, procedure text dapat menumbuhkembangkan speaking siswa, dengan mempraktekkan materi ini di depan kelas,” kata Rehana Nasty, yang juga Fasilitator Daerah (Fasda) Asahan Tanoto Foundation, kepada Sumut Pos, kemarin.

Apa itu procedure text? Kata Rehana, procedure text adalah sebuah jenis text dalam bahasa Inggris yang berisi tujuan dan langkah-langkah manual membuat atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan. Misalnya, How to operate telephone? How to serve a cup of pop noodle?

Procedure text diajarkan pada pelajaran bahasa Inggris di kelas 9 semester 1. “Biasanya, peserta didik tertarik dengan materi ini, karena prosesnya asyik dipelajari,” katanya.

Di awal, Rehana membagi kelompok diskusi siswa. Kemudian secara umum menginformasikan apa itu procedure text, dan apa tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Contohnya pada materi How To Operate Telephone, Regana mendemonstrasikan procedure text How To Operate Telephone, dan meminta peserta didik untuk mengamati langkah demi langkah yang diucapkan dan dilakukan dalam demonstrasi itu.

Usai demonstrasi, Rehana meminta peserta didik mendiskusikan hasil pengamatan mereka masing-masing di dalam kelompoknya, serta menuliskan hasil diskusi mereka.

Dari hasil diskusi yang dirangkum siswa, secara acak Rehana meminta mereka mempresentasekannya. ”Kemudian kelompok lain dapat menanggapi,” kata dia.

Di akhir pembelajaran, dirinya merefleksi pembelajaran dengan bertanya langsung pada beberapa anak, tentang bagaimana perasaan mereka setelah mendemonstrasikan hasil diskusi mereka. “Selanjutnya saya memberi penugasan pada peserta didik untuk membuat sebuah procedur text yang judulnya ada dua pilihan. Yaitu “how to serve a cup of pop mie. dan how to make a cup of milo”,” jelasnya.

Tugas ini akan didemonstrasikan masing–masing di depan kelas pada pertemuan berikutnya.

Rehana Nasty, guru Bahasa Inggris di MTs. N 2 Asahan, menjelaskan mengenai praktek speaking English dengan metode procedure text.

Praktek Speaking

Sesuai tugas procedure text yang diberi pada pertemuan pertama, ternyata sebahagian besar peserta didik memilih goal: how to serve a cup of pop mie.

Sebelum para peserta didik melakukan praktek di depan kelas, mereka harus mempersiapkan bahan-bahan untuk praktek sesuai goal mereka. “Nah, saya terlebih dulu memastikan kelengkapan alat dan bahan praktek yang mereka sediakan,” kata Rehana.

Selanjutnya, secara acak peserta didik diminta tampil melakukan demonstrasi di depan kelas. Demonstrasi how to serve a cup of pop mie dipraktekkan dan dijelaskan langsung dengan kata-kata sendiri. “Dan saya bangga, mereka sangat enjoy praktek speaking English saat menjelaskan langkah-langkah membuat mie. Dan di akhir praktek, mereka bisa menikmati satu cup pop mie yang mereka buat,” kata Rejana bangga.

Saat ditanya dengan siapa para anak didik belajar menyelesaikan tugasnya, terungkap bahwa mereka ada yang berdiskusi dengan teman kelompoknya, ada yang dibantu orang tua, kakak, abang, bahkan tetanggan. “Saya pun beri mereka applause, untuk kegigihan dan semangat mereka melakukan praktek speaking,” jelasnya.

Hasil refleksi, praktek speaking dengan metode procedure text menjadi proses belajar yang menyenangkan. Yang awalnya siswa kurang percaya diri, namun dengan kalimat motivasi ‘the beginning is difficult. But if you want, you can be the best’, hasilnya para siswa lebih percaya diri.

Nadin, seorang siswa di kelas 9D, dengan semangat berkata kepada Rehana: “Mam, minggu depan kita praktek lagi ya?”

Untuk mengetahui suasana belajar siswa di rumah, ia pun bertanya kepada salahsatu orang tua siswa yang sedang mengantarkan anaknya ke sekolah, bapak Junaidi. Kata pak Junaidi, anaknya selalu berlatih di rumah dan juga memperaktekkan cara mengoperasikan telephone serta pembuatan pop mie dalam bahasa Inggris.

“Sejak kecil, anak saya Awwan sangat senang dengan pelajaran bahasa Inggris. Praktek seperti ini bagus sekali agar anak-anak terbiasa berbahasa Inggris,” kata pak Junaidi.

Sebagai guru, Rehana mengaku sangat senang dengan antusiasme siswa dan terharu dengan dukungan positif orang tua terhadap pendidikan anak-anak mereka. “Saya berharap, melalui praktek speaking ini, para peserta didik lebih termotivasi meningkatkan kompetensi speakingnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dengan teman-teman, lingkungan, dan para guru di sekolah,” katanya. (reh/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/