27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Silalahi Kritis Dianiaya Anak Kandung

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Domben Silalahi (66) harus menjalani perawatan medis di ICU RUSD Djasamen Saragih, usai dianiaya o anak bungsunya, Anggiat Silalahi alias Umbit (35). Peristiwa ini terjadi di rumah mereka Huta Baru, Nagori Dolok Parmonangan, Dolok Panribuan, Kamis (7/8).

Salah seorang warga, M Sirait (65) yang ditemui di lokasi kejadian, warga tak ada yang melihat penganiayaan itu. Mereka hanya melihat korban tergeletak di dalam rumahnya dengan kondisi bersimbah darah, Kamis (7/8) sekira pukul 08.00 WIB.

“Yang mengetahui pertama adalah tetangga tepat disamping rumah korban, dan selanjutnya memberitahu kami,” ujar warga yang rumahnya tepat berhadap dengan rumah korban. Diketahui, saat korban ditemukan, Umbit yang satu-satu orang yang tinggal bersama korban pagi itu diketahui tidak ada lagi dirumahnya, sehingga mereka mencurigai pelaku penganiayaan itu adalah anak korban sendiri.

“Pagi itu kami melihat korban sendiri dirumahnya,” ujarnya.

Karena korban menderita luka yang cukup parah, beberapa warga mencoba menghubungi pihak kepolisian yang lantas membawa korban ke Puskesmas. “Tidak mungkin lagi orang lain pelaku, pasti anaknya itu. Anaknya itu memang seperti orang stres atau orang mengalami gangguan jiwa,’ ujarnya. Ditempat yang sama, warga lain bermarga Manik (30) mengatakan, bahwa Umbit terlihat seperti orang stres selama dua tahun terkahir ini. Gejala itu muncul pasca Umbit kembali dari perantauannya di Belawan.

Walaupun terlihat seperti orang yang mengalami gangguan Jiwa, Ia mengaku baru kali ini Umbit menganiaya ayahnya sendiri. “Sebelumnya tidak pernah, karena ayah dan anak itu masing-masing sibuk kerja. Si ayah sebagai petani, si Anak kerja membantu orang lain. Dan korban juga tidak pernah mencari gara-gara dengan orang lain,” katanya. Yang mengherankannya, walaupun pelaku diketahui memeliki penyakit, namun ia cukup pintar mencari uang.

Salah seorang anak korban, Herli br Silalahi (37) yang ditemui di UGD RUSD Djasamen Saragih bersama korban mengaku tak mengetahui peristiwa tersebut, karena selama ini ia tinggal di Pekan Baru bersama keluarganya. “Datang kemari, karena mendengar kabar ini dari adik bapak yang tinggal di dekat rumah,” ujarnya.

Dikatakannya, bahwa ayah dengan adiknya tersebut selama ini memang kerap bertengkar, karena adiknya suka melawan. “Aku tahu mereka sering bertengkar, komukasiku dengan bapak melalui telepon saat aku di Pekanbaru, dan saat aku pulang bapakku sudah di RS Tentara,” ujarnya sembari menerangkan, dari RS Tentara ayahnya dirujuk ke RUSD Djasamen Saragih.

Adik korban, S br Silalahi (60) mengaku juga tidak begitu mengetahui peristiwa penganiayaan tersebut. Hanya saja, ia melihat kondisi abangnya sudah tergeletak di dapur rumah dengan kondisi tidak sadar dan mengeluarkan begitu banyak darah. “Aku dipanggil saat di rumah, yang berjarak 50 meter dari rumah abangku. Kutanya warga disitu tapi tak ada juga melihat peristiwa penganiayaan tersebut, tapi kami menduga pelakunya adalah anaknya, karena anaknya saat itu tidak berada di rumah,” katanya.

Dikatakannya, selama ini korban dan pelaku yang sudah selama dua tahun ini tinggal bersama kerap bertengkar, karena pelaku tidak mau mendengar perkataan korban dan kerap melawan korban.

“Aku juga pernah memarahinya karena dia (pelaku) melawan korban dengan kata-kata kasar,” ujarnya. Ditanya mengenai apakah pelaku memiliki penyakit gangguan jiwa, S br Silalahi mengaku, tidak mengetahuinya, karena mereka belum pernah memeriksa kejiwaan pelaku.

“Tidak bisa kami bilang dia sudah stress. Tapi, warga disitu sempat mencapnya sebagai orang gila, karena tingkahnya yang cukup aneh dan bicara terkadang tidak nyambung,”katanya sembari menjelaskan, pelaku mengalami hal tersebut setelah pulang dari perantauan dua tahun yang lalu.

Diketahui, saat ini korban belum dapat diwawancarai, karena belum juga sadarkan diri, dan korban saat ini mendapatkan perawatan medis di ruang ICU RUSD Djamsen Saragih. Sementara elaku yang diwawancari enggan memberikan keterangan sedikit pun, namun ia mengaku telah memukul ayahnya sebelum ia berangkat kerja. Kapolsek Dolok Panribuan AKP Yusuf Surbakti, menerangkan, dalam peristiwa penganiayaan tersebut tidak ada saksi mata yang melihat, namun mereka mengetahui setelah adanya warga yang memberi informasi.

“Korban ditemukan didapur rumahnya oleh warga, selanjutnya, kami membawa korban ke Puskesmas, dan dari Puskesmas dibawa ke RS Tentara,” ujarnya. Setelah mengantarkan korban ke RS Tentara, dari hasil penyelidikan pihaknya, Kapolsek mengatakan, pihaknya mencurigai pelakunya adalah anak kandung korban Umbit.

Selanjutnya, Umbit pun berhasil mereka tangkap di Ajibata Samosir saat Umbit bekerja dan hendak menyebrang ke Pulau Samosir dengan sebuah kapal. Umbit yang diintrogasi pihaknya, mengakui perbuatannya, namun saat ini mereka belum mengetahui apa motif Umbit menganiaya ayahnya. “Pelaku masih tertutup dengan motifnya, tapi dia mengakuinya,” ujarnya. (smg/deo)

SIMALUNGUN, SUMUTPOS.CO – Domben Silalahi (66) harus menjalani perawatan medis di ICU RUSD Djasamen Saragih, usai dianiaya o anak bungsunya, Anggiat Silalahi alias Umbit (35). Peristiwa ini terjadi di rumah mereka Huta Baru, Nagori Dolok Parmonangan, Dolok Panribuan, Kamis (7/8).

Salah seorang warga, M Sirait (65) yang ditemui di lokasi kejadian, warga tak ada yang melihat penganiayaan itu. Mereka hanya melihat korban tergeletak di dalam rumahnya dengan kondisi bersimbah darah, Kamis (7/8) sekira pukul 08.00 WIB.

“Yang mengetahui pertama adalah tetangga tepat disamping rumah korban, dan selanjutnya memberitahu kami,” ujar warga yang rumahnya tepat berhadap dengan rumah korban. Diketahui, saat korban ditemukan, Umbit yang satu-satu orang yang tinggal bersama korban pagi itu diketahui tidak ada lagi dirumahnya, sehingga mereka mencurigai pelaku penganiayaan itu adalah anak korban sendiri.

“Pagi itu kami melihat korban sendiri dirumahnya,” ujarnya.

Karena korban menderita luka yang cukup parah, beberapa warga mencoba menghubungi pihak kepolisian yang lantas membawa korban ke Puskesmas. “Tidak mungkin lagi orang lain pelaku, pasti anaknya itu. Anaknya itu memang seperti orang stres atau orang mengalami gangguan jiwa,’ ujarnya. Ditempat yang sama, warga lain bermarga Manik (30) mengatakan, bahwa Umbit terlihat seperti orang stres selama dua tahun terkahir ini. Gejala itu muncul pasca Umbit kembali dari perantauannya di Belawan.

Walaupun terlihat seperti orang yang mengalami gangguan Jiwa, Ia mengaku baru kali ini Umbit menganiaya ayahnya sendiri. “Sebelumnya tidak pernah, karena ayah dan anak itu masing-masing sibuk kerja. Si ayah sebagai petani, si Anak kerja membantu orang lain. Dan korban juga tidak pernah mencari gara-gara dengan orang lain,” katanya. Yang mengherankannya, walaupun pelaku diketahui memeliki penyakit, namun ia cukup pintar mencari uang.

Salah seorang anak korban, Herli br Silalahi (37) yang ditemui di UGD RUSD Djasamen Saragih bersama korban mengaku tak mengetahui peristiwa tersebut, karena selama ini ia tinggal di Pekan Baru bersama keluarganya. “Datang kemari, karena mendengar kabar ini dari adik bapak yang tinggal di dekat rumah,” ujarnya.

Dikatakannya, bahwa ayah dengan adiknya tersebut selama ini memang kerap bertengkar, karena adiknya suka melawan. “Aku tahu mereka sering bertengkar, komukasiku dengan bapak melalui telepon saat aku di Pekanbaru, dan saat aku pulang bapakku sudah di RS Tentara,” ujarnya sembari menerangkan, dari RS Tentara ayahnya dirujuk ke RUSD Djasamen Saragih.

Adik korban, S br Silalahi (60) mengaku juga tidak begitu mengetahui peristiwa penganiayaan tersebut. Hanya saja, ia melihat kondisi abangnya sudah tergeletak di dapur rumah dengan kondisi tidak sadar dan mengeluarkan begitu banyak darah. “Aku dipanggil saat di rumah, yang berjarak 50 meter dari rumah abangku. Kutanya warga disitu tapi tak ada juga melihat peristiwa penganiayaan tersebut, tapi kami menduga pelakunya adalah anaknya, karena anaknya saat itu tidak berada di rumah,” katanya.

Dikatakannya, selama ini korban dan pelaku yang sudah selama dua tahun ini tinggal bersama kerap bertengkar, karena pelaku tidak mau mendengar perkataan korban dan kerap melawan korban.

“Aku juga pernah memarahinya karena dia (pelaku) melawan korban dengan kata-kata kasar,” ujarnya. Ditanya mengenai apakah pelaku memiliki penyakit gangguan jiwa, S br Silalahi mengaku, tidak mengetahuinya, karena mereka belum pernah memeriksa kejiwaan pelaku.

“Tidak bisa kami bilang dia sudah stress. Tapi, warga disitu sempat mencapnya sebagai orang gila, karena tingkahnya yang cukup aneh dan bicara terkadang tidak nyambung,”katanya sembari menjelaskan, pelaku mengalami hal tersebut setelah pulang dari perantauan dua tahun yang lalu.

Diketahui, saat ini korban belum dapat diwawancarai, karena belum juga sadarkan diri, dan korban saat ini mendapatkan perawatan medis di ruang ICU RUSD Djamsen Saragih. Sementara elaku yang diwawancari enggan memberikan keterangan sedikit pun, namun ia mengaku telah memukul ayahnya sebelum ia berangkat kerja. Kapolsek Dolok Panribuan AKP Yusuf Surbakti, menerangkan, dalam peristiwa penganiayaan tersebut tidak ada saksi mata yang melihat, namun mereka mengetahui setelah adanya warga yang memberi informasi.

“Korban ditemukan didapur rumahnya oleh warga, selanjutnya, kami membawa korban ke Puskesmas, dan dari Puskesmas dibawa ke RS Tentara,” ujarnya. Setelah mengantarkan korban ke RS Tentara, dari hasil penyelidikan pihaknya, Kapolsek mengatakan, pihaknya mencurigai pelakunya adalah anak kandung korban Umbit.

Selanjutnya, Umbit pun berhasil mereka tangkap di Ajibata Samosir saat Umbit bekerja dan hendak menyebrang ke Pulau Samosir dengan sebuah kapal. Umbit yang diintrogasi pihaknya, mengakui perbuatannya, namun saat ini mereka belum mengetahui apa motif Umbit menganiaya ayahnya. “Pelaku masih tertutup dengan motifnya, tapi dia mengakuinya,” ujarnya. (smg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/