27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Bencana Alam Bikin Wisman Enggan ke Sumut, Jumlah Wisatawan Menurun hingga 50 Persen

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
BERFOTO: Sejumlah turis asing berfoto di depan Masjid Raya Medan, belum lama ini. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Sumut, pada 2018 lalu kunjungan wisman ke Sumut menurun.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Sumatera Utara (Sumut) tahun 2018 mengalami penurunan hingga 50 persen dibanding 2017 lalu. Bencana alam yang secara beruntun terjadi di Sumut, diklaim sebagai salah satu faktor penyebab.

Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Muclis mengakuin

saat ini jumlah wisatawan yang datang ke Sumut mengalami penurunan dari 2017 lalu. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi wisatawan nusantara maupun mancanegara enggan masuk Sumut. Namun yang paling dominan adalah faktor bencana alam.

Menurut Muclis, berdasarkan data hingga November 2018, tercatat ada 13.571 ribu wisatawan mancanegara yang masuk ke Sumut. Sementara tahun 2017 terhitung hingga Desember, ada 27.978 ribu wisatawan mancanegara yang masuk. “Untuk faktornya, salah satunya adalah karena bencana alam,” ungkap Muclis kepada wartawan, Selasa (8/1).

Salah satu destinasi yang paling terfavorit di Sumut, yaitu Danau Toba pada libur Natal dan Tahun Baru 2019 lalu mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Tak dapat dipungkiri, salah satu penyebabnya, longsor yang menimbun Jembatan Sidua-dua sehingga memutus akses ke Danau Toba.

“Bencana alam apapun itu, sangat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan,” sebut Muclis.

Menurutnya, jumlah 13.571 ribu wisman yang masuk ke Sumut itu hanya yang terdata pada turis yang melakukan kunjungan. “Ini untuk mancanagera saja, yang Nusantara kami belum ada datanya,” sebutnya.

Sedangkan untuk asal wisman yang paling banyak masuk ke Indonesia khususnya Sumatera Utara, berasal dari negara tetangga, Malaysia. Namun saat ini, jumlah Wisman dari Malaysia juga mulai mengalami penurunan. Muclis menduga, penyebabnya karena permasalahan di bidang ekonomi. Apalagi, para wisatawan dari Malaysia yang hendak meninggalkan negaranya wajib membayar kepada Negara.

“Jadi, bukan cuma satu atau dua faktor. Di Malaysia saat ini sedang terjadi permasalahan ekonomi, mungkin itu juga yang menyebabkan penurunan jumlah wisatawan dari Malaysia hingga 50 persen,” ungkapnya.

Dia juga menilai, faktor penerbangan juga mempengaruhi penurunan jumlah wisman ke Sumut. Disebutnya, meski Bandara Silangit telah menjadi bandara intenasional, namun para turis tidak bisa melakukan perjalanan kembali ke negaranya, karena jumlah penumpang pasti sedikit. “Ini juga masih menjadi kendala. Penerbangan langsung dari Bandara Silangit menuju balik ke Malaysia atau ke mana pun itu tidak ada,” jelasnya.

Untuk tahun ini, sebut Muclis, Dinas Pariwisata Sumut akan berusaha mendatangkan lebih banyaknya lagi jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Untuk wilayah Danau Toba, Dinas Pariwisata Sumut akan berupaya memolesnya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Karenanya, dia berharap ada kesadaran dari masyarakat setempat untuk ikut meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. “Sadar pariwisata kepada masyarakat setiap tahun kami lakukan agar masyarakat di sana lebih dapat menghargai dan memperlakukan turis lebih baik,” katanya.

Samosir Klaim Wisatawan Meningkat 36,18 Persen

Berbeda dengan Dinas Periwisata Sumut, Pemkab Samosir mengklaim kalau jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah itu meningkat hingga 36,18 persen. Berdasarkan data pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Danau Toba khususnya di Kabupaten Samosir, sejak Januari hingga Desember 2018 sebanyak 378.649 orang. Dari jumlah itu, 312.925 orang merupakan wisatawan nusantara, sedangkan sisanya 65.724 orang merupakan wisatawan mancanegara.

“Jumlah itu naik 36,18 persen dibanding tahun 2017 yakni sebanyak 278.059 orang, dengan perincian Wisman berjumlah 55.771 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 222.288 orang,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Samosir, Ombang Siboro kepada Sumut Pos, Selasa (8/1) siang.

Ombang mengungkapkan, untuk 2019 ini, mereka menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Toba khususnya di Kabupaten Samosir meningkat dari tahun sebelumnya. “Pastinya, kita targetkan lebih tinggi jumlah kunjungannya dari tahun 2018,” sebutnya.

Untuk mendorong peningkatkan kunjungan wisatawan ke danau vulkanik terbesar di dunia ini, Ombang mengungkapkan, Dispar Kabupaten Samosir sudah mempersiapkan sejumlah event dan pertunjukan berskala nasional dan internasional untuk menarik kunjungan wisman dan wisnus ke Danau Toba tahun ini. “Ada kelender event Samosir yang akan launching dalam waktu dekat ini. Nanti pasti saya kabari kalian,” katanya kepada Sumut Pos.

Ombang juga menjelaskan, dengan melihat perkembangan potensi wisata di Danau Toba, Dispar Samosir akan terus melakukan pembenahan, termasuk menuju wisata ramah muslim dengan menyajikan keperluan wisatawan muslim sesuai dengan syariat Islam. “Kita akan melakukan pembinaan terhadap rumah makan atau kuliner melalui grup-grup UMKM sesuai dengan kebutuhan. Termasuk kita akan buat penyaji hingga memasak muslim juga,” tuturnya.

Selain itu, untuk mendorong perkembangan Danau Toba, Pemkab Samosir membuat Rancangan Induk Pengembangan Objek Wisata (RIPOW), yang akan memajukan pariwisatanya. “Dari RIPOW tersebut, telah kita susun peta untuk pengembangan objek wisata. Dengan ada 3 klaster, yakni Objek Wisata Unggulan, Objek Wisata Prioritas dan Objek Wisata Ritisan,” sebut Ombang.

Lebihlanjut dijelaskannya, RIPOW yang diciptakan Dispar Samosir terdapat objek wisata unggulan sebanyak 10 objek wisata, objek wisata prioritas berjumlah 12 objek wisata dan objek wisata ritisan mencapai 18 objek wisata. “Ada titik baru, bisa jadi objek kita lakukan. Itu ditentukan sesuai dengan 10 katagori, yaitu sanitas, akses, jumlah kunjungan, luas objek dan macam,” ungkapnya.

RIPOW juga dijadikan sebagai barometer atau tolok ukur dalam pembangunan dan pengembangan wisata Danau Toba bagi eksekutif dan legislatif di Kabupaten Samosir. Dengan itu, tujuan dan targetkan tercapai sesuai dengan diharapkan, sehingga berdampak dengan peningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Samosir dari sektor pariwisata. “Menuju perkembangan objek wisata tidak kemana-mana. Dana yang sedikit itu lebih efesien. Di sinilah guna RIPOW bagi objek wisata di Samosir bagi kita,” kata Ombang.

Ombang menambahkan, majunya Pariwisata Samosir, tak lepas dari kontribusi besar dilakukan Bupati Samosir, Rapidin Simbolon. “Sebagaimana sudah dituangkan dalam visi pembangunan Kabupaten Samosir, yakni mewujudkan masyarakat Samosir yang mandiri, sejahtera dan berdaya saing, berbasis pariwisata dan pertanian,” sebut Ombang.

Begitu juga, Pengembangan pariwisata Samosir. Ia menjelaskan tak lepas dari komunikasi dilakukan Pemkab Samosir kepada para stakeholder dibangun selama ini. Dengan ini, terwujud pada terbangunnya partisipasi publik pada level pengembangan pariwisata Samosir.

“Bahwa industri Pariwisata Samosir dikembangkan untuk bersiap menerima semua bangsa, semua suku dan semua agama. Kemudian, pariwisata bagi Samosir sudah harga mati, sebagai lokomotif penggerak semua sektor pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.(bbs/gus)

TRIADI WIBOWO/SUMUT POS
BERFOTO: Sejumlah turis asing berfoto di depan Masjid Raya Medan, belum lama ini. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Sumut, pada 2018 lalu kunjungan wisman ke Sumut menurun.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah wisatawan mancanegara (Wisman) yang datang ke Sumatera Utara (Sumut) tahun 2018 mengalami penurunan hingga 50 persen dibanding 2017 lalu. Bencana alam yang secara beruntun terjadi di Sumut, diklaim sebagai salah satu faktor penyebab.

Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Muclis mengakuin

saat ini jumlah wisatawan yang datang ke Sumut mengalami penurunan dari 2017 lalu. Menurutnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi wisatawan nusantara maupun mancanegara enggan masuk Sumut. Namun yang paling dominan adalah faktor bencana alam.

Menurut Muclis, berdasarkan data hingga November 2018, tercatat ada 13.571 ribu wisatawan mancanegara yang masuk ke Sumut. Sementara tahun 2017 terhitung hingga Desember, ada 27.978 ribu wisatawan mancanegara yang masuk. “Untuk faktornya, salah satunya adalah karena bencana alam,” ungkap Muclis kepada wartawan, Selasa (8/1).

Salah satu destinasi yang paling terfavorit di Sumut, yaitu Danau Toba pada libur Natal dan Tahun Baru 2019 lalu mengalami penurunan jumlah kunjungan wisatawan. Tak dapat dipungkiri, salah satu penyebabnya, longsor yang menimbun Jembatan Sidua-dua sehingga memutus akses ke Danau Toba.

“Bencana alam apapun itu, sangat mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan,” sebut Muclis.

Menurutnya, jumlah 13.571 ribu wisman yang masuk ke Sumut itu hanya yang terdata pada turis yang melakukan kunjungan. “Ini untuk mancanagera saja, yang Nusantara kami belum ada datanya,” sebutnya.

Sedangkan untuk asal wisman yang paling banyak masuk ke Indonesia khususnya Sumatera Utara, berasal dari negara tetangga, Malaysia. Namun saat ini, jumlah Wisman dari Malaysia juga mulai mengalami penurunan. Muclis menduga, penyebabnya karena permasalahan di bidang ekonomi. Apalagi, para wisatawan dari Malaysia yang hendak meninggalkan negaranya wajib membayar kepada Negara.

“Jadi, bukan cuma satu atau dua faktor. Di Malaysia saat ini sedang terjadi permasalahan ekonomi, mungkin itu juga yang menyebabkan penurunan jumlah wisatawan dari Malaysia hingga 50 persen,” ungkapnya.

Dia juga menilai, faktor penerbangan juga mempengaruhi penurunan jumlah wisman ke Sumut. Disebutnya, meski Bandara Silangit telah menjadi bandara intenasional, namun para turis tidak bisa melakukan perjalanan kembali ke negaranya, karena jumlah penumpang pasti sedikit. “Ini juga masih menjadi kendala. Penerbangan langsung dari Bandara Silangit menuju balik ke Malaysia atau ke mana pun itu tidak ada,” jelasnya.

Untuk tahun ini, sebut Muclis, Dinas Pariwisata Sumut akan berusaha mendatangkan lebih banyaknya lagi jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Untuk wilayah Danau Toba, Dinas Pariwisata Sumut akan berupaya memolesnya lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Karenanya, dia berharap ada kesadaran dari masyarakat setempat untuk ikut meningkatkan pelayanan kepada wisatawan. “Sadar pariwisata kepada masyarakat setiap tahun kami lakukan agar masyarakat di sana lebih dapat menghargai dan memperlakukan turis lebih baik,” katanya.

Samosir Klaim Wisatawan Meningkat 36,18 Persen

Berbeda dengan Dinas Periwisata Sumut, Pemkab Samosir mengklaim kalau jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah itu meningkat hingga 36,18 persen. Berdasarkan data pertumbuhan kunjungan wisatawan ke Danau Toba khususnya di Kabupaten Samosir, sejak Januari hingga Desember 2018 sebanyak 378.649 orang. Dari jumlah itu, 312.925 orang merupakan wisatawan nusantara, sedangkan sisanya 65.724 orang merupakan wisatawan mancanegara.

“Jumlah itu naik 36,18 persen dibanding tahun 2017 yakni sebanyak 278.059 orang, dengan perincian Wisman berjumlah 55.771 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 222.288 orang,” kata Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Kabupaten Samosir, Ombang Siboro kepada Sumut Pos, Selasa (8/1) siang.

Ombang mengungkapkan, untuk 2019 ini, mereka menargetkan jumlah kunjungan wisatawan ke Danau Toba khususnya di Kabupaten Samosir meningkat dari tahun sebelumnya. “Pastinya, kita targetkan lebih tinggi jumlah kunjungannya dari tahun 2018,” sebutnya.

Untuk mendorong peningkatkan kunjungan wisatawan ke danau vulkanik terbesar di dunia ini, Ombang mengungkapkan, Dispar Kabupaten Samosir sudah mempersiapkan sejumlah event dan pertunjukan berskala nasional dan internasional untuk menarik kunjungan wisman dan wisnus ke Danau Toba tahun ini. “Ada kelender event Samosir yang akan launching dalam waktu dekat ini. Nanti pasti saya kabari kalian,” katanya kepada Sumut Pos.

Ombang juga menjelaskan, dengan melihat perkembangan potensi wisata di Danau Toba, Dispar Samosir akan terus melakukan pembenahan, termasuk menuju wisata ramah muslim dengan menyajikan keperluan wisatawan muslim sesuai dengan syariat Islam. “Kita akan melakukan pembinaan terhadap rumah makan atau kuliner melalui grup-grup UMKM sesuai dengan kebutuhan. Termasuk kita akan buat penyaji hingga memasak muslim juga,” tuturnya.

Selain itu, untuk mendorong perkembangan Danau Toba, Pemkab Samosir membuat Rancangan Induk Pengembangan Objek Wisata (RIPOW), yang akan memajukan pariwisatanya. “Dari RIPOW tersebut, telah kita susun peta untuk pengembangan objek wisata. Dengan ada 3 klaster, yakni Objek Wisata Unggulan, Objek Wisata Prioritas dan Objek Wisata Ritisan,” sebut Ombang.

Lebihlanjut dijelaskannya, RIPOW yang diciptakan Dispar Samosir terdapat objek wisata unggulan sebanyak 10 objek wisata, objek wisata prioritas berjumlah 12 objek wisata dan objek wisata ritisan mencapai 18 objek wisata. “Ada titik baru, bisa jadi objek kita lakukan. Itu ditentukan sesuai dengan 10 katagori, yaitu sanitas, akses, jumlah kunjungan, luas objek dan macam,” ungkapnya.

RIPOW juga dijadikan sebagai barometer atau tolok ukur dalam pembangunan dan pengembangan wisata Danau Toba bagi eksekutif dan legislatif di Kabupaten Samosir. Dengan itu, tujuan dan targetkan tercapai sesuai dengan diharapkan, sehingga berdampak dengan peningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Samosir dari sektor pariwisata. “Menuju perkembangan objek wisata tidak kemana-mana. Dana yang sedikit itu lebih efesien. Di sinilah guna RIPOW bagi objek wisata di Samosir bagi kita,” kata Ombang.

Ombang menambahkan, majunya Pariwisata Samosir, tak lepas dari kontribusi besar dilakukan Bupati Samosir, Rapidin Simbolon. “Sebagaimana sudah dituangkan dalam visi pembangunan Kabupaten Samosir, yakni mewujudkan masyarakat Samosir yang mandiri, sejahtera dan berdaya saing, berbasis pariwisata dan pertanian,” sebut Ombang.

Begitu juga, Pengembangan pariwisata Samosir. Ia menjelaskan tak lepas dari komunikasi dilakukan Pemkab Samosir kepada para stakeholder dibangun selama ini. Dengan ini, terwujud pada terbangunnya partisipasi publik pada level pengembangan pariwisata Samosir.

“Bahwa industri Pariwisata Samosir dikembangkan untuk bersiap menerima semua bangsa, semua suku dan semua agama. Kemudian, pariwisata bagi Samosir sudah harga mati, sebagai lokomotif penggerak semua sektor pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.(bbs/gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/