25.6 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Ayah Ini Belikan Sepeda dan Janji Ajak sang Anak Tamasya ke Mal, Demi…

Foto: Dame/Sumut Pos Ahmad Rohan Harahap (kanan), tampak dibujuk ayahnya (jongkok) dan ibunya yang duduk di sebelahnya, setelah menangis menolak dibius pada Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Kamis (8/12/2016).
Foto: Dame/Sumut Pos
Ahmad Rohan Harahap (kanan), tampak dibujuk ayahnya (jongkok) dan ibunya yang duduk di sebelahnya, setelah menangis menolak dibius pada Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Kamis (8/12/2016).

Adakah seorang bapak di antara kamu yang memberikan batu kepada anaknya jika ia meminta roti? Jikapun ada, ia bukanlah M. Soleh Harahap. Terbukti, saat anaknya minta sepeda, ia membelikan. Anaknya minta jalan-jalan ke mal dan ke pantai, ia sanggupi meskipun tidak mesti hari ini. Anaknya minta mobil-mobilan, ia langsung berlari ke toko. Semua demi tekad untuk melihat anak tercintanya sembuh. Oo.. ini cerita apa sih?

—————————————————

Dame Ambarita, Padangsidimpuan

—————————————————

Seorang ayah tentulah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya. Lebih sedikit memiliki kesulitan hidup dibanding dirinya. Tak heran jika hati M Soleh Harahap (32) terasa sesak, saat mengetahui putra sulungnya yang baru berumur 7 tahun, Ahmad Rohan Harahap, menderita katarak di usia semuda itu.

Makin galau lagi saat melihat teman-teman sebaya anaknya sudah mulai masuk sekolah, sementara putranya belum bisa mendaftar karena penglihatan Rohan bermasalah. Matanya selalu menyipit karena silau dengan cahaya.

“Ia mulai menderita katarak sejak usia 5 tahun, dan makin lama penglihatannya makin kabur,” ungkap pekerja sawit yang tinggal di Desa Sosa, Panyabungan, Madina ini.

Pengobatan tradisional telah dicobanya.  Memang hanya ke dukun. “Kata dukun, mata anakku kena lempar begu (hantu, red). Trus ia dikasih mandi pangir. Tapi ternyata nggak sembuh,” katanya.

Sebenarnya Sholeh bersama istrinya Enny Hariati Hasibuan (25), berminat mengobati anaknya ke dokter. Tapi kondisi perekonomian keluarga belum memungkinkan. Sholeh hanya karyawan kecil di sebuah perusahaan sawit di Pekanbaru. Istrinya ibu rumah tangga.

Tahun lalu, ia sudah mendapat informasi tentang adanya Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe, bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan. Tapi dirinya susah mendapat izin absen dari kantor.

Saat seorang saudara dekat yang sudah sembuh setelah ikut operasi katarak tahun lalu, memberitahu soal adanya operasi kali kelima, Desember 2016 di Padangsidimpuan, ia segera mengajukan izin cuti pada atasannya. “Baru tahun ini bisa dapat izin libur bersamaan dengan jadwal operasi,” katanya.

Anaknya pun diberitahu bahwa ada operasi yang bisa menyembuhkan matanya. Saat ditanya, Rohan kontan mau. “Bawalah aku berobat pak. Biar aku bisa nampak kawan-kawanku… trus tahun depan sekolah aku ya Pak,” jawabnya antusias.

Lantas, si anak minta dibeliin sepeda, karena akan segera bisa melihat. M Soleh yang semangat melihat antusiasme anaknya, pun dengan rela merogoh kocek untuk membelikan sepeda.

Setelah itu, sang anak minta diajak jalan-jalan ke Pekanbaru, ke tempat kerja ayahnya. Sang ayah mau juga.

“Nanti kalau aku sudah sembuh, kita jalan-jalan ke mal ya pak.. ke pantai juga ya Pak,” pintanya penuh harapan.

Sang ayah menganggukkan semua permintaan anaknya. “Asal anakku senang dan mau operasi hingga matanya sembuh. Soalnya, ini masa depan dia juga,” cetusnya.

Perjalanan dari Madina ke Padangsidimpuan pun ditempuh. Suami istri plus salahsatu dari tiga anak mereka, ikut mendampingi.

Di RS Tentara Psp, Rohan tenang saja mengikuti proses pendaftaran, visus, hingga tahapan biometri. Namun saat di ruang anastesi, ia menangis keras-keras saat jarum suntik diarahkan ke sekitar matanya. Alhasil, anastesi jadi gagal.

Paramedis memanggil ibunya untuk membujuk. Sang ayah juga turun tangan. Tapi tangisan itu tak kunjung berhenti. “Sakiiiit Makkk…,” tangisnya keras.

Itu terjadi sekitar pukul 11 siang. Proses bujuk membujuk dibantu para relawan. Tetap gagal.

Foto: Dame/Sumut Pos Ahmad Rohan Harahap (kanan), tampak dibujuk ayahnya (jongkok) dan ibunya yang duduk di sebelahnya, setelah menangis menolak dibius pada Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Kamis (8/12/2016).
Foto: Dame/Sumut Pos
Ahmad Rohan Harahap (kanan), tampak dibujuk ayahnya (jongkok) dan ibunya yang duduk di sebelahnya, setelah menangis menolak dibius pada Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Kamis (8/12/2016).

Adakah seorang bapak di antara kamu yang memberikan batu kepada anaknya jika ia meminta roti? Jikapun ada, ia bukanlah M. Soleh Harahap. Terbukti, saat anaknya minta sepeda, ia membelikan. Anaknya minta jalan-jalan ke mal dan ke pantai, ia sanggupi meskipun tidak mesti hari ini. Anaknya minta mobil-mobilan, ia langsung berlari ke toko. Semua demi tekad untuk melihat anak tercintanya sembuh. Oo.. ini cerita apa sih?

—————————————————

Dame Ambarita, Padangsidimpuan

—————————————————

Seorang ayah tentulah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya. Lebih sedikit memiliki kesulitan hidup dibanding dirinya. Tak heran jika hati M Soleh Harahap (32) terasa sesak, saat mengetahui putra sulungnya yang baru berumur 7 tahun, Ahmad Rohan Harahap, menderita katarak di usia semuda itu.

Makin galau lagi saat melihat teman-teman sebaya anaknya sudah mulai masuk sekolah, sementara putranya belum bisa mendaftar karena penglihatan Rohan bermasalah. Matanya selalu menyipit karena silau dengan cahaya.

“Ia mulai menderita katarak sejak usia 5 tahun, dan makin lama penglihatannya makin kabur,” ungkap pekerja sawit yang tinggal di Desa Sosa, Panyabungan, Madina ini.

Pengobatan tradisional telah dicobanya.  Memang hanya ke dukun. “Kata dukun, mata anakku kena lempar begu (hantu, red). Trus ia dikasih mandi pangir. Tapi ternyata nggak sembuh,” katanya.

Sebenarnya Sholeh bersama istrinya Enny Hariati Hasibuan (25), berminat mengobati anaknya ke dokter. Tapi kondisi perekonomian keluarga belum memungkinkan. Sholeh hanya karyawan kecil di sebuah perusahaan sawit di Pekanbaru. Istrinya ibu rumah tangga.

Tahun lalu, ia sudah mendapat informasi tentang adanya Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe, bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan. Tapi dirinya susah mendapat izin absen dari kantor.

Saat seorang saudara dekat yang sudah sembuh setelah ikut operasi katarak tahun lalu, memberitahu soal adanya operasi kali kelima, Desember 2016 di Padangsidimpuan, ia segera mengajukan izin cuti pada atasannya. “Baru tahun ini bisa dapat izin libur bersamaan dengan jadwal operasi,” katanya.

Anaknya pun diberitahu bahwa ada operasi yang bisa menyembuhkan matanya. Saat ditanya, Rohan kontan mau. “Bawalah aku berobat pak. Biar aku bisa nampak kawan-kawanku… trus tahun depan sekolah aku ya Pak,” jawabnya antusias.

Lantas, si anak minta dibeliin sepeda, karena akan segera bisa melihat. M Soleh yang semangat melihat antusiasme anaknya, pun dengan rela merogoh kocek untuk membelikan sepeda.

Setelah itu, sang anak minta diajak jalan-jalan ke Pekanbaru, ke tempat kerja ayahnya. Sang ayah mau juga.

“Nanti kalau aku sudah sembuh, kita jalan-jalan ke mal ya pak.. ke pantai juga ya Pak,” pintanya penuh harapan.

Sang ayah menganggukkan semua permintaan anaknya. “Asal anakku senang dan mau operasi hingga matanya sembuh. Soalnya, ini masa depan dia juga,” cetusnya.

Perjalanan dari Madina ke Padangsidimpuan pun ditempuh. Suami istri plus salahsatu dari tiga anak mereka, ikut mendampingi.

Di RS Tentara Psp, Rohan tenang saja mengikuti proses pendaftaran, visus, hingga tahapan biometri. Namun saat di ruang anastesi, ia menangis keras-keras saat jarum suntik diarahkan ke sekitar matanya. Alhasil, anastesi jadi gagal.

Paramedis memanggil ibunya untuk membujuk. Sang ayah juga turun tangan. Tapi tangisan itu tak kunjung berhenti. “Sakiiiit Makkk…,” tangisnya keras.

Itu terjadi sekitar pukul 11 siang. Proses bujuk membujuk dibantu para relawan. Tetap gagal.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/