Seperti yang dikelola oleh seorang pengusaha diketahui bernama Ato dan Alam Ginting, yang juga warga Desa Sukarame. Warga sangat kesal dengan sikap pengelola yang dengan sesuka hati ingin mengusai seluruh hasil minyak warga dengan harga murah, yakni Rp 105.000/jerigen. Sementara harga jualnya sekitar Rp 160.000/ jerigen,
Hal ini yang menyulut emosi para penyerang. Orang-orang yang menggunakan sebo dan dilengkapi senjata tajam itu datang ke lokasi saat penambangan terjadi di sana. “50 orang ada mereka datang dan melakukan penyerbuan,” sebut warga lain.
Kedatangan orang tak dikenal ini membuat beberapa pekerja yang baru akan memulai aktifitas sontak kocar-kacir menyelamatkan diri. Tidak hanya melukai Hamdani Ginting, salah satu pekerja. Kelompok yang sudah tersulut emosi ini juga memporak-porandakan pangkalan miyak di sana. Tak hanya itu, pelaku juga membakar gubuk dan tiga unit sepeda motor dan alat hisap minyak dengan bom molotov.
Usai melakukan penyerangan, kelompok ini langsung kabur. Sementara, korban yang terkapar bersimbah darah dilarikan warga ke salah satu rumah sakit di Sawit Seberang. “Aku gak tahu persis merek apa. Tapi kulihat mereka naik mobil,” tuturnya.
Petugas kepolisian yang mendapat info lantas turun ke lokasi. Beberapa petugas melakukan penyisiran dan berhasil menemukan beberapa barang bukti dan selanjutnya dibawa ke Polsek Pangkalan Berandan.
Kanit Serse Polsek P Brandan Ipda Sugiarso mengatakan, sejauh ini korban Hamdani Ginting belum membuat laporan ke Polsek P Brandan dan masih dirawat di RS Sawit Seberang. Untuk barang bukti dari lokasi pihaknya mengamankan 3 unit sepeda motor yang dirusak, 6 mesin penghisap air dan 1 unit mesin diesel (dongfeng-red) yang dibakar.
“Kita masih berjaga di sekitar lokasi guna mengantisifasi benterok susulan. Kita juga masih melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Dan sejauh ini kondisi korban penyerangan baik-baik saja,” tegas Sugiarso. (bam/deo)