32.8 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Sinabung Erupsi Lagi, Abu Vulkanik Gelapkan Tiga Kecamatan

ERUPSI: Abu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung menghiasi langit Kabupaten Karo, Senin (10/8). Letusan Gunung Sinabung kemarin dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 5 km.
ERUPSI: Abu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung menghiasi langit Kabupaten Karo, Senin (10/8). Letusan Gunung Sinabung kemarin dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 5 km.

KARO, SUMUTPOS.CO – Dalam sebulan belakangan ini, setidaknya sudah tiga kali Gunung Sinabung kembali ‘mengamuk’. Erupsi terakhir pada Senin (10/8) siang, sekira pukul 10.16 WIB, terbilang lebih dahsyat. Abu vulkanik yang disemburkan menyebabkan puluhan desa di 3 kecamatan, termasuk Kota Wisata Berastagi mendadak gelap sekira 3 jam lamanya.

Siang bak berubah malam. Ini terjadi karena sinar matahari tak mampu menembus tebalnya debu vulkanik. Dampak yang lebih parah, ratusan hektar berbagai jenis tanaman warga juga dipastikan gagal panen. Kondisi terparah terjadi di Kecamatam Naman Teran, Merdeka, dan Berastagi.

Peristiwa ini, sontak menghentikan aktivitas warga. Meski demikian, hingga tadi malam, belum ada laporan korban jiwa akibat bencana ini.

Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Armen Putra menjelaskan, letusan Gunung Sinabung kali ini dengan tinggi kolom abu teramati ± 5000 meter (5 km) di atas puncak ± 7.460 meter dari atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah Timur dan Tenggara.

Armen mengatakan, saat ini Gunung Sinabung status level III (siaga) dengan rekomendasi masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak boleh melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, lokasi radius 3 Km dari puncak Gunung Sinabung, radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur, dan 4 Km untuk sektor Timur-Utara.

Pada kesempatan itu, dia mengimbau seluruh masyarakat tetap memakai masker saat melakukan aktivitas di luar ruangan. Langkah itu demi menjaga kesehatan dampak dari abu vulkanik. Dia juga berharap kerja sama semua pihak agar menjamin ketersediaan air, baik untuk keperluan membersihkan debu dari atap rumah-rumah warga agar tidak sampai roboh dan juga untuk menjamin kebutuhan air bersih warga.

Kepada masyarakat yang bermukim di dekat sungai-sungai berhulu Gunung Sinabung, diimbau tetap waspada terhadap bahaya lahar dingin. Sementara itu, Dandim 0205/TK, Letkol Kav Yuli Eko Nadianto S Sos selaku Komandan Satgas Tanggap Darurat Bencana Sinabung juga mengimbau masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di zona merah, pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 Km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur, dan 4 Km untuk sektor Timur-Utara. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, Dandim mengaku sudah mengerahkan anggotanya untuk menjaga pintu-pintu masuk.

Dia juga meminta pengungsi yang sudah direlokasi tidak kembali ke desa asalnya. Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari debu vulkanik. “Masyarakat yang berada dan bermukim di de8kat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar,” tandasnya.

Sementara itu Bupati Karo, Terkelin Brahmana mengatakan, berdasarkan laporan sementara Tiga Kecamatan yang dihujani abu vulkanik cukup tebal yaitu Naman Teran, Berastagi dan Merdeka. “Hal yang sudah kita laksanakan penyiapan armada pemadam kebakaran dari Damkar Kabupaten Karo yang kita siagakan di Kecamatan Simpang Empat untuk, guna untuk membersihkan abu vulkanik yang menutupi jalan,” ujarnya.

Saat ini Bupati Karo Terkelin Brahmana bersama Kapolres Karo, AKBP Yustinus Setyo Indriono Sik dan Dandim 0205 /TK, Letkol Kav Yuli Eko Nadianto SSos, BPBD dan Kakan Satpol PP Karo berada di Pos Pemantauan Sinabung untuk mengambil langkah–langkah penanganan sesegera mungkin. “Kita juga sudah berkoordinasi dengan PMI untuk membantu penyiraman,” tandas Terkelin.

Kapolres Karo, AKBP Yustinus Setyo Indriyono SH SIK juga mengimbau warga untuk tidak memasuki zona merah terutama di kawasan wisata Danau Lau Kawar. “Masyarakat yang sudah direlokasi agar tinggal di daerah relokasi yang sudah ditentukan, dan tetap pakai masker supaya tidak terhirup abu vulkanik karena berbahaya bagi kesehatan tubuh, terlebih saat ini pandemi covid sedang melanda,” ujar Kapolres.

Selaku Tim Satgas Siaga Bencana Kabupaten Karo, Kapolres meminta masyarakat tetap waspada, tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi dalam radius radial 3 Km dari puncak Gunung Sinabung serta radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur dan 4 Km sektor Timur-Utara.

Kapolres mengatakan, di beberapa tempat lokasi seperti kecamatan Naman Teran, kecamatan Berastagi sedang berlangsung pembersihan abu vulkanik dan memfasilitasi sarana air bersih serta yang terpenting adalah waspada terhadap bahaya lahar.

Sementara itu, wilayah Ibu Kota Kabupaten Karo, Kabanjahe terpantau aman dari paparan abu vulkanik. Aktivitas baik perkantoran serta perdagangan tetap berjalan normal. Walau erupsi terjadi dapat teramati dari Kota Kabanjahe. “Semoga saja abu vulkanik tidak sampai melanda wilayah Kabanjahe. Supaya kita tidak repot menyirami abu vulkanik melanda saat ini,” ungkap Zul dan Dinan warga Kabanjahe.

Sementara pantauan Sumut Pos, permukiman dan jalan-jalan di warga Kota Berastagi tampak diselimuti abu. Untuk mengurangi dampak abu, puluhan mobil pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk melakukan penyiraman.

Tak Pengaruhi Cuaca di Medan

Sub Bidang Pelayananan Jasa Meteorologi BBMKG Wilayah 1 Medan, Defri Mandoza kepada Sumut Pos mengatakan, dari pantauan BMKG, erupsi Gunung Sinabung tidak berdampak apapun terhadap cuaca di Kota Medan dan sekitarnya. Meski begitu, dia mengimbau masyarakat agar mewaspadai cuaca ekstrim hingga 13 Agustus 2020 mendatang.

“Wilayah Sumut memasuki cuaca ekstrim. Cuaca panas, namun tidak menutup kemungkinan hujan lebat terjadi disertai petir, yang disertai genangan-genangan air di daerah perkotaan, seperti Medan, banjir rob di wilayah pesisir pantai dan tanah longsor di wilayah pegunungan,” katanya.

Dia juga menyebutkan, saat ini Gunung Sinabung berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi, masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara. “Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik,” katanya.

Selain itu, tambah Defri, warga juga sebaiknya mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh. “Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar,” imbaunya.

2 Jam Tebingtinggi Diselimuti Vulkanik

Abu vulkanik Gunung Sinabung juga sempat menyelimuti Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara. Masyarakat Kota Lemang itu sempat terkejut, karena tiba tiba teriknya matahari berganti menjadi awan hitam di atas Kota Tebingtinggi. Aroma belerangpun terasa menyengat, mata pedih dan nafas sedikit sesak.

Abu vulkanik mulai berjatuhan menghujani Kota Tebingtinggi hampir selama 2 jam, mulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Kaca-kaca mobil yang parkir tertutup abu.

Alfin (45), warga Jalan Suprapto Tebingtinggi menuturkan, dirinya merasa khawatir ketika menuju ke Bank Mandiri di Jalan Sutomo, karena abu vulkanik sangat menggangu warga dalam berkendara, apalagi yang tidak menggunakan masker dan penutup wajah seperti helm, mata terasa pedih. Lain halnya dengan Najli Purba (49), warga Jalan Soekarno Hatta Tebingtinggi, menuturkan, abu vulkanik yang turun di Kota Tebingtinggi sangat parah, aroma bau belerang yang terbawa angin sangat terasa dan menggangu pernapasan. “Abu vulkanik ini, lihat sepeda motorku sudah penuh abu. Lihat langit sebelah barat terlihat hitam tapi bukan mendung,” bilang Najli.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Kota Tebingtinggi dr Nanang Fitra Aulia mengimbau kepada seluruh masyarakat Tebingtinggi untuk berdiam diri di rumah, semua pintu dan jendela tutup rapat agar abu vulkanik tidak masuk kedalam rumah. Sedangkan kepada warga yang sedang beraktivitas diluar rumah untuk menggunakan masker, gunakan tutup wajah seperti helm karena abu vulkanik yang masuk ke mata akan menyebabkan iritasi. “Kami mewakili Pemko Tebingtinggi meminta kepada masyarakat yang sedang beraktivitas di luar rumah untuk menggunakan masker dan perbanyak minum air putih,” imbau dr Nanang. (deo/mag-1/ian)

ERUPSI: Abu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung menghiasi langit Kabupaten Karo, Senin (10/8). Letusan Gunung Sinabung kemarin dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 5 km.
ERUPSI: Abu vulkanik dari erupsi Gunung Sinabung menghiasi langit Kabupaten Karo, Senin (10/8). Letusan Gunung Sinabung kemarin dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 5 km.

KARO, SUMUTPOS.CO – Dalam sebulan belakangan ini, setidaknya sudah tiga kali Gunung Sinabung kembali ‘mengamuk’. Erupsi terakhir pada Senin (10/8) siang, sekira pukul 10.16 WIB, terbilang lebih dahsyat. Abu vulkanik yang disemburkan menyebabkan puluhan desa di 3 kecamatan, termasuk Kota Wisata Berastagi mendadak gelap sekira 3 jam lamanya.

Siang bak berubah malam. Ini terjadi karena sinar matahari tak mampu menembus tebalnya debu vulkanik. Dampak yang lebih parah, ratusan hektar berbagai jenis tanaman warga juga dipastikan gagal panen. Kondisi terparah terjadi di Kecamatam Naman Teran, Merdeka, dan Berastagi.

Peristiwa ini, sontak menghentikan aktivitas warga. Meski demikian, hingga tadi malam, belum ada laporan korban jiwa akibat bencana ini.

Kepala Pos Pemantau Gunung Sinabung, Armen Putra menjelaskan, letusan Gunung Sinabung kali ini dengan tinggi kolom abu teramati ± 5000 meter (5 km) di atas puncak ± 7.460 meter dari atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah Timur dan Tenggara.

Armen mengatakan, saat ini Gunung Sinabung status level III (siaga) dengan rekomendasi masyarakat dan pengunjung/wisatawan tidak boleh melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, lokasi radius 3 Km dari puncak Gunung Sinabung, radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur, dan 4 Km untuk sektor Timur-Utara.

Pada kesempatan itu, dia mengimbau seluruh masyarakat tetap memakai masker saat melakukan aktivitas di luar ruangan. Langkah itu demi menjaga kesehatan dampak dari abu vulkanik. Dia juga berharap kerja sama semua pihak agar menjamin ketersediaan air, baik untuk keperluan membersihkan debu dari atap rumah-rumah warga agar tidak sampai roboh dan juga untuk menjamin kebutuhan air bersih warga.

Kepada masyarakat yang bermukim di dekat sungai-sungai berhulu Gunung Sinabung, diimbau tetap waspada terhadap bahaya lahar dingin. Sementara itu, Dandim 0205/TK, Letkol Kav Yuli Eko Nadianto S Sos selaku Komandan Satgas Tanggap Darurat Bencana Sinabung juga mengimbau masyarakat dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di zona merah, pada desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 Km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur, dan 4 Km untuk sektor Timur-Utara. Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, Dandim mengaku sudah mengerahkan anggotanya untuk menjaga pintu-pintu masuk.

Dia juga meminta pengungsi yang sudah direlokasi tidak kembali ke desa asalnya. Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari debu vulkanik. “Masyarakat yang berada dan bermukim di de8kat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar,” tandasnya.

Sementara itu Bupati Karo, Terkelin Brahmana mengatakan, berdasarkan laporan sementara Tiga Kecamatan yang dihujani abu vulkanik cukup tebal yaitu Naman Teran, Berastagi dan Merdeka. “Hal yang sudah kita laksanakan penyiapan armada pemadam kebakaran dari Damkar Kabupaten Karo yang kita siagakan di Kecamatan Simpang Empat untuk, guna untuk membersihkan abu vulkanik yang menutupi jalan,” ujarnya.

Saat ini Bupati Karo Terkelin Brahmana bersama Kapolres Karo, AKBP Yustinus Setyo Indriono Sik dan Dandim 0205 /TK, Letkol Kav Yuli Eko Nadianto SSos, BPBD dan Kakan Satpol PP Karo berada di Pos Pemantauan Sinabung untuk mengambil langkah–langkah penanganan sesegera mungkin. “Kita juga sudah berkoordinasi dengan PMI untuk membantu penyiraman,” tandas Terkelin.

Kapolres Karo, AKBP Yustinus Setyo Indriyono SH SIK juga mengimbau warga untuk tidak memasuki zona merah terutama di kawasan wisata Danau Lau Kawar. “Masyarakat yang sudah direlokasi agar tinggal di daerah relokasi yang sudah ditentukan, dan tetap pakai masker supaya tidak terhirup abu vulkanik karena berbahaya bagi kesehatan tubuh, terlebih saat ini pandemi covid sedang melanda,” ujar Kapolres.

Selaku Tim Satgas Siaga Bencana Kabupaten Karo, Kapolres meminta masyarakat tetap waspada, tidak melakukan aktivitas pada desa-desa yang sudah direlokasi dalam radius radial 3 Km dari puncak Gunung Sinabung serta radius sektoral 5 Km untuk sektor Selatan-Timur dan 4 Km sektor Timur-Utara.

Kapolres mengatakan, di beberapa tempat lokasi seperti kecamatan Naman Teran, kecamatan Berastagi sedang berlangsung pembersihan abu vulkanik dan memfasilitasi sarana air bersih serta yang terpenting adalah waspada terhadap bahaya lahar.

Sementara itu, wilayah Ibu Kota Kabupaten Karo, Kabanjahe terpantau aman dari paparan abu vulkanik. Aktivitas baik perkantoran serta perdagangan tetap berjalan normal. Walau erupsi terjadi dapat teramati dari Kota Kabanjahe. “Semoga saja abu vulkanik tidak sampai melanda wilayah Kabanjahe. Supaya kita tidak repot menyirami abu vulkanik melanda saat ini,” ungkap Zul dan Dinan warga Kabanjahe.

Sementara pantauan Sumut Pos, permukiman dan jalan-jalan di warga Kota Berastagi tampak diselimuti abu. Untuk mengurangi dampak abu, puluhan mobil pemadam kebakaran telah dikerahkan untuk melakukan penyiraman.

Tak Pengaruhi Cuaca di Medan

Sub Bidang Pelayananan Jasa Meteorologi BBMKG Wilayah 1 Medan, Defri Mandoza kepada Sumut Pos mengatakan, dari pantauan BMKG, erupsi Gunung Sinabung tidak berdampak apapun terhadap cuaca di Kota Medan dan sekitarnya. Meski begitu, dia mengimbau masyarakat agar mewaspadai cuaca ekstrim hingga 13 Agustus 2020 mendatang.

“Wilayah Sumut memasuki cuaca ekstrim. Cuaca panas, namun tidak menutup kemungkinan hujan lebat terjadi disertai petir, yang disertai genangan-genangan air di daerah perkotaan, seperti Medan, banjir rob di wilayah pesisir pantai dan tanah longsor di wilayah pegunungan,” katanya.

Dia juga menyebutkan, saat ini Gunung Sinabung berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi, masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di desa-desa yang sudah direlokasi, serta lokasi di dalam radius radial 3 km dari puncak Gunung Sinabung, serta radius sektoral 5 km untuk sektor selatan-timur, dan 4 km untuk sektor timur-utara. “Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik,” katanya.

Selain itu, tambah Defri, warga juga sebaiknya mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang lebat agar tidak roboh. “Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar,” imbaunya.

2 Jam Tebingtinggi Diselimuti Vulkanik

Abu vulkanik Gunung Sinabung juga sempat menyelimuti Kota Tebingtinggi, Sumatera Utara. Masyarakat Kota Lemang itu sempat terkejut, karena tiba tiba teriknya matahari berganti menjadi awan hitam di atas Kota Tebingtinggi. Aroma belerangpun terasa menyengat, mata pedih dan nafas sedikit sesak.

Abu vulkanik mulai berjatuhan menghujani Kota Tebingtinggi hampir selama 2 jam, mulai pukul 12.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Kaca-kaca mobil yang parkir tertutup abu.

Alfin (45), warga Jalan Suprapto Tebingtinggi menuturkan, dirinya merasa khawatir ketika menuju ke Bank Mandiri di Jalan Sutomo, karena abu vulkanik sangat menggangu warga dalam berkendara, apalagi yang tidak menggunakan masker dan penutup wajah seperti helm, mata terasa pedih. Lain halnya dengan Najli Purba (49), warga Jalan Soekarno Hatta Tebingtinggi, menuturkan, abu vulkanik yang turun di Kota Tebingtinggi sangat parah, aroma bau belerang yang terbawa angin sangat terasa dan menggangu pernapasan. “Abu vulkanik ini, lihat sepeda motorku sudah penuh abu. Lihat langit sebelah barat terlihat hitam tapi bukan mendung,” bilang Najli.

Sementara itu, Kadis Kesehatan Kota Tebingtinggi dr Nanang Fitra Aulia mengimbau kepada seluruh masyarakat Tebingtinggi untuk berdiam diri di rumah, semua pintu dan jendela tutup rapat agar abu vulkanik tidak masuk kedalam rumah. Sedangkan kepada warga yang sedang beraktivitas diluar rumah untuk menggunakan masker, gunakan tutup wajah seperti helm karena abu vulkanik yang masuk ke mata akan menyebabkan iritasi. “Kami mewakili Pemko Tebingtinggi meminta kepada masyarakat yang sedang beraktivitas di luar rumah untuk menggunakan masker dan perbanyak minum air putih,” imbau dr Nanang. (deo/mag-1/ian)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/