30 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Tidur Beralas Tikar, Mulai Terserang Diare

Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.
Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos
Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.

KARO, SUMUTPOS.CO – Pengungsi berasal dari Desa Pintu Besi, Kecamatan Simpang Empat berjumlah 275 jiwa atau 76 Kepala Keluarga (KK) yang dievakuasi di posko pengungsian gedung Serbaguna KNPI Kabanjahe mulai terserang penyakit diare. Hal ini ditengarai akibat minimnya peralatan untuk alas tidur mengakibatkan mereka mudah masuk angin.

“Rata-rata para pengungsi sudah mulai diserang penyakit diare dan flu. Ini diduga karena tipisnya alas tidur yang digunakan. Sementara lantai terbuat dari semen dan kita di daerah dingin ditambah lagi musim hujan,”kata Apulina br Surbakti, petugas posko dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Selasa (9/6).

Dikatakan br Surbakti lagi, sejauh ini belum ada para pengungsi yang menderita penyakit yang serius untuk dirujuk/opname ke rumah sakit setempat.

Menurut salah seorang pengungsi Nd Erliani br Sitepu (73) mengatakan, rendahnya mutu beras yang dikonsumsi mengakibatkan sakit perut dan masuk angin. Hal ini juga diakui Nd Veronika br Sembiring (45). “Bukannya kami tidak suka makan beras ini, cuma apabila nasinya sudah dingin maka sedikit keras. Makanya kalau memungkinkan kami sangat mengharapkan bantuan untuk campuran beras bulog,” ujar Nd Veronika.

Ditambahkannya, sampai hari ini kebutuhan alat mandi berupa sabun cuci, odol, handuk dan sikat gigi belum ada perhatian dari pemerintah. “Kalau tiap hari keluar dari kantong kami sendiri tentu lama-lama menjadi beban. Sementara kami belum tahu sampai kapan harus tinggal di pengungsian ini. Kalau untuk masak kami bagi menjadi tujuh grup kemudian secara bergantian tugas memasak. Untuk kebutuhan bumbu-bumbu sayur kami tinggal minta sama panitia. Untuk sayurnya sendiri kadang kami bawa dari ladang apabila ada yang pulang sebentar,” sebut Nd Veronika.

Pantauan di posko gedung Serbaguna yang dikelola KNPI terlihat para pengungsi tidur hanya beralaskan selembar tikar. Hal ini tentu sangat membutuhkan perhatian pihak pemerintah Kabupaten Karo. Apalagi di posko ini terdapat balita sebanyak 35 orang, ibu hamil 4 orang dan lansia 38 orang. Tentunya tidak memungkinkan berlama-lama tidur di lantai semen yang hanya beralaskan selembar tikar. Sementara untuk petugas kesehatan tetap bersiap-siaga dengan segala peralatan dan obat-obatannya untuk melayani para pengungsi. (smg/deo)

Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.
Foto: Dessy Boru Tarigan/Sumut Pos
Para pengungsi yang sedang memasak mempersiapkan makan malam di posko pengungsian.

KARO, SUMUTPOS.CO – Pengungsi berasal dari Desa Pintu Besi, Kecamatan Simpang Empat berjumlah 275 jiwa atau 76 Kepala Keluarga (KK) yang dievakuasi di posko pengungsian gedung Serbaguna KNPI Kabanjahe mulai terserang penyakit diare. Hal ini ditengarai akibat minimnya peralatan untuk alas tidur mengakibatkan mereka mudah masuk angin.

“Rata-rata para pengungsi sudah mulai diserang penyakit diare dan flu. Ini diduga karena tipisnya alas tidur yang digunakan. Sementara lantai terbuat dari semen dan kita di daerah dingin ditambah lagi musim hujan,”kata Apulina br Surbakti, petugas posko dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, Selasa (9/6).

Dikatakan br Surbakti lagi, sejauh ini belum ada para pengungsi yang menderita penyakit yang serius untuk dirujuk/opname ke rumah sakit setempat.

Menurut salah seorang pengungsi Nd Erliani br Sitepu (73) mengatakan, rendahnya mutu beras yang dikonsumsi mengakibatkan sakit perut dan masuk angin. Hal ini juga diakui Nd Veronika br Sembiring (45). “Bukannya kami tidak suka makan beras ini, cuma apabila nasinya sudah dingin maka sedikit keras. Makanya kalau memungkinkan kami sangat mengharapkan bantuan untuk campuran beras bulog,” ujar Nd Veronika.

Ditambahkannya, sampai hari ini kebutuhan alat mandi berupa sabun cuci, odol, handuk dan sikat gigi belum ada perhatian dari pemerintah. “Kalau tiap hari keluar dari kantong kami sendiri tentu lama-lama menjadi beban. Sementara kami belum tahu sampai kapan harus tinggal di pengungsian ini. Kalau untuk masak kami bagi menjadi tujuh grup kemudian secara bergantian tugas memasak. Untuk kebutuhan bumbu-bumbu sayur kami tinggal minta sama panitia. Untuk sayurnya sendiri kadang kami bawa dari ladang apabila ada yang pulang sebentar,” sebut Nd Veronika.

Pantauan di posko gedung Serbaguna yang dikelola KNPI terlihat para pengungsi tidur hanya beralaskan selembar tikar. Hal ini tentu sangat membutuhkan perhatian pihak pemerintah Kabupaten Karo. Apalagi di posko ini terdapat balita sebanyak 35 orang, ibu hamil 4 orang dan lansia 38 orang. Tentunya tidak memungkinkan berlama-lama tidur di lantai semen yang hanya beralaskan selembar tikar. Sementara untuk petugas kesehatan tetap bersiap-siaga dengan segala peralatan dan obat-obatannya untuk melayani para pengungsi. (smg/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/