Dari 21 kemungkinan penyebab kematian janin dalam kandungan ini, tanpa bermaksud merekareka, mengacu informasi yang dia peroleh dari berbagai media, baik media online, cetak, dan elektronik, kuat dugaan kemungkinan terbesar penyebab kematian janin yang di kandung Farida adalah Kelebihan Hari Perkiraan Persalinan (HPL). “Ketepatan dari semalam, sebelum ito telepon ini, aku baca juga di online, liat di TV dan baca koran. Katanya orangtua bayi itu tinggal di desa, daerah yang jauh dari pusat kesehatan. Bisa saja selama hamil, si ibu tidak maksimal memeriksakan kandungannya. Mungkin, karena alasan jarak ya. Hingga usia kehamilan tidak bisa diprediksi, dan akhirnya terlalu lama dari kondisi normal. Tapi untuk lebih jelasnya memang, tentu harus diperiksa laboratorium,” ujar bidan berambut sebahu ini.
Mengenai HPL ini katanya, kematian bisa terjadi karena bayi dilahirkan lewat dari waktu maksimal HPL. Umumnya jelas bidan yang memiliki lesung pipi ini, bayi harus dilahirkan paling lambat dua minggu dari HPL. Jika lebih, janin bisa meninggal karena kondisi plasenta akan menua dan fungsinya berkurang. Plasenta yang tua kata dia, ditandai dengan adanya lubanglubang kecil di dalamnya, yang bisa dimonitor lewat manfaat USG kehamilan. Plasenta yang menua ini, bisa menyebabkan air ketuban mengental, dan berwarna hijau. Hal itu sangat membahayakan janin di dalam kandungan. Karena, bisa memicu keracunan yang berujung kematian jika sampai masuk ke tubuh si bayi. (ing/smg/deo)