SUMUTPOS.CO – Ini pertanyaan yang telah menggelitik para filsuf selama berabad-abad: Apakah Anda harus sedikit gila untuk menjadi kreatif? Para peneliti genetika sekarang mulai berpikir: yang membuat seseorang kreatif, juga dapat membuat mereka gila.
Seniman Vincent Van Gogh menghasilkan lukisan ikonik seperti “Starry Night.” Ahli matematika John Nash menciptakan ide-ide revolusioner di bidang ekonomi. Van Gogh dan Nash dianggap jenius di bidangnya. Keduanya juga menderita halusinasi dan gangguan emosional.
Ahli genetika Kári Stefánsson ingin mengetahui perbedaan antara otak brilian yang mampu menghasilkan lukisan luar biasa dan membuat kita kagum dengan kebenaran matematika, dengan otak orang kebanyakan.
“Untuk menjadi seseorang yang kreatif, Anda harus memiliki kemampuan untuk berpikir di luar ‘kotak.’ Dan ketika Anda meninggalkan ‘kotak’ di pagi hari, Anda mungkin tidak dapat kembali ke dalam ‘kotak’ di malam hari,” ujar Stefánsson.
Jadi ia dan rekan-rekannya dari deCODE Genetics di Islandia mengumpulkan informasi dari puluhan dan ribuan aktor, musisi, seniman visual, and para penulis dari seluruh Islandia dan menelusuri gen mereka.
Hasilnya menunjukkan banyak variasi gen yang juga ditemukan di seseorang yang menderita schizophrenia, sekalipun para seniman tersebut tidak menderita penyakit tersebut. Stefánsson mengatakan perbandingan ini juga seperti pedang bermata dua.
“Sama halnya dengan hampir segala sesuatu di dunia ini, ada harga yang harus dibayar untuk kreativitas. Bagi sebagian orang ini sesuatu yang baik, bagi sebagian yang lain sesuatu yang buruk,” kata Stefánsson.
Stefansson says understanding the association between creativity and mental illness could help health professionals treating schizophrenia to contain the beast while keeping the beauty.
Menurut Stefánsson, pemahaman terhadap hubungan antara kreativitas dan penyakit mental dapat membantu para profesional di bidang kesehatan dalam merawat penderita schizophrenia untuk dapat mengendalikan penyakit tersebut sementara memetik berkah terselubung darinya. (VOA/Studi ini diterbitkan dalam jurnal Nature Neuroscience)