23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Waspada! Gafatar Beroperasi di Binjai, Sekeluarga Hillang

Foto: Bambang/PM Kantor Gafatar di Binjai yang sudah ditinggal.
Foto: Bambang/PM
Kantor Gafatar di Binjai yang sudah ditinggal.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) jadi sorotan publik di tanah air karena membawa pengikut secara misterius. Kelompok yang mengaku organisasi sosial itu ternyata telah memiliki 10 ribu pengikut di Sumatera Utara. Teranyer, sekeluarga asal Kota Binjai menjadi korban dan kini raib dari tempat tinggalnya.

Fahmi Tanjung dan istrinya Yanti boru Sitompul serta kedua anak mereka bergabung dengan Gafatar di daerah Ketapang, Kalimantan Barat. Hal ini dibeber Amri Siregar, sepupu Fahmi yang ditemui kru koran ini di Jalan Cendana, Gang Rajimin, Binjai Utara, Rabu (13/1) sore. Menurut Amri, selama menjadi anggota Gafatar, Fahmi dan Yanti hanya memperbolehkan kedua anak mereka sekolah di kantor Gafatar.

“Bahkan ajaran Gafatar yang dianut saudara kami itu, sholat hanya 1 kali saja dalam 1 hari dan tidak mengenal sholat ied. Mereka juga menganggap Nabi Muhammad SAW adalah dongeng belaka,” kata Amri. Dua anak Fahmi dan Yanti yang masih duduk di bangku kelas 1 dan 3 SD, juga dipaksa untuk tidak bersekolah. “Kami bingung dalam hal ini, kenapa dilarang sekolah. Nggak habis pikir,” sebut Amri.

Masih kata Amri, Fahmi dan Yanti dan kedua anaknya sudah menghilang dan pergi ke Kalimantan sekitar bulan November lalu. Hal tersebut diketahui setelah Amri melihat formulir pendaftaran menjadi Gafatar milik teman Yanti dan suaminya yang tertinggal di rumah mereka. “Kami bahkan sempat melarang dan berdebat dengan persoalan ini. Tapi memang mereka tidak memperdulikan,”kenang Amri. Sampai hari ini, Fahmi dan Yanti belum pernah kembali ke Binjai.

Selain itu, rumah mereka di Binjai juga ingin dijual. Katanya uang hasil penjualan akan dimasukkan ke kas Gafatar. Hasil penelusuran kru koran ini, 6 bulan belakangan ini kantor Gafatar di Jalan Ikan Arwana No 1, Kelurahan Dataran Tinggi, Binjai Timur juga sudah tutup. Herman, warga sekitar menerangkan kantor Gafatar sendiri merupakan sebuah rumah milik marga Damanik dan tinggal di Siantar, disewa selama 2 tahun oleh Gafatar.

Kantor Gafatar juga pernah pindah ke Jalan Gajah Mada, Pasar 5, Binjai Timur. Menurut warga sekitar, selama beroperasi setiap hari selalu ada saja kegiatan seperti sekolah untuk anak-anak TK dan SD gratis di sana. Bahkan, anak-anak juga diajari menari dan malam harinya selalu latihan karaoke. “Setelah pindah, masyarakat tidak mengetahui lagi kemana kantor Gafatar ini,” tandas Herman. (bam/deo)

Foto: Bambang/PM Kantor Gafatar di Binjai yang sudah ditinggal.
Foto: Bambang/PM
Kantor Gafatar di Binjai yang sudah ditinggal.

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) jadi sorotan publik di tanah air karena membawa pengikut secara misterius. Kelompok yang mengaku organisasi sosial itu ternyata telah memiliki 10 ribu pengikut di Sumatera Utara. Teranyer, sekeluarga asal Kota Binjai menjadi korban dan kini raib dari tempat tinggalnya.

Fahmi Tanjung dan istrinya Yanti boru Sitompul serta kedua anak mereka bergabung dengan Gafatar di daerah Ketapang, Kalimantan Barat. Hal ini dibeber Amri Siregar, sepupu Fahmi yang ditemui kru koran ini di Jalan Cendana, Gang Rajimin, Binjai Utara, Rabu (13/1) sore. Menurut Amri, selama menjadi anggota Gafatar, Fahmi dan Yanti hanya memperbolehkan kedua anak mereka sekolah di kantor Gafatar.

“Bahkan ajaran Gafatar yang dianut saudara kami itu, sholat hanya 1 kali saja dalam 1 hari dan tidak mengenal sholat ied. Mereka juga menganggap Nabi Muhammad SAW adalah dongeng belaka,” kata Amri. Dua anak Fahmi dan Yanti yang masih duduk di bangku kelas 1 dan 3 SD, juga dipaksa untuk tidak bersekolah. “Kami bingung dalam hal ini, kenapa dilarang sekolah. Nggak habis pikir,” sebut Amri.

Masih kata Amri, Fahmi dan Yanti dan kedua anaknya sudah menghilang dan pergi ke Kalimantan sekitar bulan November lalu. Hal tersebut diketahui setelah Amri melihat formulir pendaftaran menjadi Gafatar milik teman Yanti dan suaminya yang tertinggal di rumah mereka. “Kami bahkan sempat melarang dan berdebat dengan persoalan ini. Tapi memang mereka tidak memperdulikan,”kenang Amri. Sampai hari ini, Fahmi dan Yanti belum pernah kembali ke Binjai.

Selain itu, rumah mereka di Binjai juga ingin dijual. Katanya uang hasil penjualan akan dimasukkan ke kas Gafatar. Hasil penelusuran kru koran ini, 6 bulan belakangan ini kantor Gafatar di Jalan Ikan Arwana No 1, Kelurahan Dataran Tinggi, Binjai Timur juga sudah tutup. Herman, warga sekitar menerangkan kantor Gafatar sendiri merupakan sebuah rumah milik marga Damanik dan tinggal di Siantar, disewa selama 2 tahun oleh Gafatar.

Kantor Gafatar juga pernah pindah ke Jalan Gajah Mada, Pasar 5, Binjai Timur. Menurut warga sekitar, selama beroperasi setiap hari selalu ada saja kegiatan seperti sekolah untuk anak-anak TK dan SD gratis di sana. Bahkan, anak-anak juga diajari menari dan malam harinya selalu latihan karaoke. “Setelah pindah, masyarakat tidak mengetahui lagi kemana kantor Gafatar ini,” tandas Herman. (bam/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/