25.6 C
Medan
Monday, June 3, 2024

Perpus Ikonik Resmi Berdiri di Nias Utara, Bupati: Gemar Baca Saja Belum Cukup

NIAS, SUMUTPOS.CO – Gedung fasilitas layanan perpustakaan keren senilai Rp10 miliar resmi berdiri di Nias Utara. Bangunan yang atapnya berbentuk seperti buku terbuka itu menjadi ikonik bagi masyarakat setempat. Beroperasinya perpustakaan tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu dan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Senin (13/6).

“Bangunan perpustakaan ini jelas amat bermanfaat untuk perkembangan literasi. Di Nias Utara untuk ukuran toleransi kehidupan sudah baik namun untuk angka kegemaran membaca belum cukup,” ungkap Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu.

Hal ini menjadi satu faktor mengapa masyarakat Nias Utara belum mampu mengeluarkan potensi terbaik daerahnya. Sekaligus menjadi pemahaman penting daerahnya kalau literasi bukan sekadar dari kemampuan baca tulis, melainkan kemampuan individu menggunakan segenap potensi dan keahliannya dan bisa diaktualisasikan.

“Orang yang berliterasi mampu berkompetisi di dunia global. Maka itu, diharapkan dengan adanya bangunan fasilitas perpustakaan yang dibiayai melalui dana alokasi khusus (DAK) bisa membantu masyarakat Nias Utara mengeluarkan potensi terbaiknya,” kata Amizaro.

Sementara itu, Kepala Perpusnas Syarif Bando menegaskan, kemajuan masyarakat berbanding lurus dengan kecerdasan yang bisa datang dari mana saja. Jika sudah cerdas pasti sejahtera. Kalau sudah sejahtera, maka persatuan akan kuat.

“Ini merupakan modal percepatan pembangunan. Kalau hal tersebut sudah terpenuhi, maka Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan. Sebagai negara kaya, justru income Indonesia baru USD 4.000 per tahun. Bandingkan dengan Singapura yang sanggup mencapai USD 100.000 per tahun,” kata Syarif.

Senada dengan yang disampaikan Syarif, Ketua DPRD Nias Utara Sukanto Waruwu juga mengaku bangga dengan kehadiran gedung baru fasilitas layanan perpustakaan di Nias Utara. Dan tugas selanjutnya yang terpenting adalah bagaimana mengelola perpustakaan agar berguna buat semua lapisan khususnya di bidang pendidikan.

“Pemerintah pusat dan daerah harus melihat perpustakaan tidak sebelah mata. Karena ini merupakan investasi. Tidak bisa masyarakat hanya menerima bantuan saja. Masyarakat pun harus dicerdaskan dan melek pengetahuan,” ujarnya pada sesi talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM).

Tidak bisa membicarakan kualitas literasi tanpa melihat keterkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) Indonesia saat ini. Data Global Competitiveness 2019 menurut World Economic Forum mengatakan bahwa daya saing SDM Indonesia masih tertinggal. Berada pada posisi 50 dari 141 negara. Masih dibawah Malaysia dan Thailand.

“Artinya kualitas pendidikan masih tertinggal yang berujung pada tingkat literasi yang rendah,” ungkap pegiat literasi Desman Telaumbanua.

Perguruan tinggi sebagai salah satu pihak yang digadang-gadang mampu menghasilkan bahan bacaan berkualitas berbasis terapan juga perlu digalakkan dalam aktivitas riset sederhana (mini research), project-project berbasis masyarakat, melakukan rekayasa ide, hingga kepenulisan critical journal report (CJR) mau pun critical book report (CBR). (was/azw)

NIAS, SUMUTPOS.CO – Gedung fasilitas layanan perpustakaan keren senilai Rp10 miliar resmi berdiri di Nias Utara. Bangunan yang atapnya berbentuk seperti buku terbuka itu menjadi ikonik bagi masyarakat setempat. Beroperasinya perpustakaan tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu dan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Senin (13/6).

“Bangunan perpustakaan ini jelas amat bermanfaat untuk perkembangan literasi. Di Nias Utara untuk ukuran toleransi kehidupan sudah baik namun untuk angka kegemaran membaca belum cukup,” ungkap Bupati Nias Utara Amizaro Waruwu.

Hal ini menjadi satu faktor mengapa masyarakat Nias Utara belum mampu mengeluarkan potensi terbaik daerahnya. Sekaligus menjadi pemahaman penting daerahnya kalau literasi bukan sekadar dari kemampuan baca tulis, melainkan kemampuan individu menggunakan segenap potensi dan keahliannya dan bisa diaktualisasikan.

“Orang yang berliterasi mampu berkompetisi di dunia global. Maka itu, diharapkan dengan adanya bangunan fasilitas perpustakaan yang dibiayai melalui dana alokasi khusus (DAK) bisa membantu masyarakat Nias Utara mengeluarkan potensi terbaiknya,” kata Amizaro.

Sementara itu, Kepala Perpusnas Syarif Bando menegaskan, kemajuan masyarakat berbanding lurus dengan kecerdasan yang bisa datang dari mana saja. Jika sudah cerdas pasti sejahtera. Kalau sudah sejahtera, maka persatuan akan kuat.

“Ini merupakan modal percepatan pembangunan. Kalau hal tersebut sudah terpenuhi, maka Indonesia akan menjadi negara yang diperhitungkan. Sebagai negara kaya, justru income Indonesia baru USD 4.000 per tahun. Bandingkan dengan Singapura yang sanggup mencapai USD 100.000 per tahun,” kata Syarif.

Senada dengan yang disampaikan Syarif, Ketua DPRD Nias Utara Sukanto Waruwu juga mengaku bangga dengan kehadiran gedung baru fasilitas layanan perpustakaan di Nias Utara. Dan tugas selanjutnya yang terpenting adalah bagaimana mengelola perpustakaan agar berguna buat semua lapisan khususnya di bidang pendidikan.

“Pemerintah pusat dan daerah harus melihat perpustakaan tidak sebelah mata. Karena ini merupakan investasi. Tidak bisa masyarakat hanya menerima bantuan saja. Masyarakat pun harus dicerdaskan dan melek pengetahuan,” ujarnya pada sesi talk show Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM).

Tidak bisa membicarakan kualitas literasi tanpa melihat keterkaitan dengan sumber daya manusia (SDM) Indonesia saat ini. Data Global Competitiveness 2019 menurut World Economic Forum mengatakan bahwa daya saing SDM Indonesia masih tertinggal. Berada pada posisi 50 dari 141 negara. Masih dibawah Malaysia dan Thailand.

“Artinya kualitas pendidikan masih tertinggal yang berujung pada tingkat literasi yang rendah,” ungkap pegiat literasi Desman Telaumbanua.

Perguruan tinggi sebagai salah satu pihak yang digadang-gadang mampu menghasilkan bahan bacaan berkualitas berbasis terapan juga perlu digalakkan dalam aktivitas riset sederhana (mini research), project-project berbasis masyarakat, melakukan rekayasa ide, hingga kepenulisan critical journal report (CJR) mau pun critical book report (CBR). (was/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/