28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Fransiskus: Kami Berlima Berenang ke Eceng Gondok, Kami Kira Itu Kapal

Fransiskus saat diselamatkan petugas Tim SAR dari antara eceng gondok di Danau Toba.
Fransiskus saat diselamatkan petugas Tim SAR dari antara eceng gondok di Danau Toba.

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Fransiskus Subihardayan (22), salah seorang penumpang helikopter jenis EC 130  PK-BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS)  yang hilang kontak Minggu (11/10), berhasil ditemukan selamat setelah teredam di  perairan Danau Toba selama 52 jam.

Setelah mendapatkan perawatan medis, Fransiskus Subihardayan menuturkan bahwa rencana helikopter yang ditumpangi itu mendarat ke Bandara Silangit, Siborong-borong, Taput. Namun, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, heli putar balik kembali ke Kuala Namu.

“Setelah kita take off dari Sihotang, cuaca berkabut. Pilot memutuskan untuk mendarat, tujuannya adalah bandara Silangit. Sesuai peta, bandara Silangit berada di ketinggian 2.000  di atas permukaan air. Karena jarak pandang cuma 500 meter, pilot memutuskan menaikkan ketinggian, sesampai di atas terkendala awan. Kemudian helikopter kehilangan kendali dan jatuh,” katanya ketika berbincang di RSUD dr Handrianus Sinaga.

Dia cerita, setelah kondisi helikopter kehilangan kendali, pilot memerintahkan semua penumpang melompat setelah engineer membuka pintu heli.

“Setelah mau jatuh, engineer membuka pintu, dan pilot memerintahkan kami melompat. Saya mencari pelampung, saya tidak langsung keluar. (Begitu jatuh, red) air semakin banyak di helikopter, saya pun langsung keluar tanpa mendapatkan pelampung,” katanya.

Pria asal Dusun Tegal Bojan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta itu cerita, setelah keluar dari helikopter, mereka berlima masih bersama-sama berenang menuju kumpulan eceng gondok yang mereka kira adalah kapal.

“Saat kami berlima sudah di luar helikopter, kami melihat kumpulan eceng gondok. Kami kira itu kapal, kami berlima pun berenang ke sana. Sesampainya di eceng gondok tersebut, hanya tiga orang saja kami. Saya, paman saya dan Sugianto. Yang dua lagi saya tidak tahu lagi di mana,” katanya.

Hanya beberapa jam mengapung menggunakan eceng gondok, Fransiskus menuturkan bahwa pamannya sudah hilang. “Setelah beberapa jam, paman saya hilang, tinggal saya dan Sugianto yang masih ada. Cuma pagi-pagi di hari Seninnya, dia sudah tidak tampak lagi,” katanya.

Fransiskus saat diselamatkan petugas Tim SAR dari antara eceng gondok di Danau Toba.
Fransiskus saat diselamatkan petugas Tim SAR dari antara eceng gondok di Danau Toba.

SAMOSIR, SUMUTPOS.CO – Fransiskus Subihardayan (22), salah seorang penumpang helikopter jenis EC 130  PK-BKA milik PT Penerbangan Angkasa Semesta (PAS)  yang hilang kontak Minggu (11/10), berhasil ditemukan selamat setelah teredam di  perairan Danau Toba selama 52 jam.

Setelah mendapatkan perawatan medis, Fransiskus Subihardayan menuturkan bahwa rencana helikopter yang ditumpangi itu mendarat ke Bandara Silangit, Siborong-borong, Taput. Namun, karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, heli putar balik kembali ke Kuala Namu.

“Setelah kita take off dari Sihotang, cuaca berkabut. Pilot memutuskan untuk mendarat, tujuannya adalah bandara Silangit. Sesuai peta, bandara Silangit berada di ketinggian 2.000  di atas permukaan air. Karena jarak pandang cuma 500 meter, pilot memutuskan menaikkan ketinggian, sesampai di atas terkendala awan. Kemudian helikopter kehilangan kendali dan jatuh,” katanya ketika berbincang di RSUD dr Handrianus Sinaga.

Dia cerita, setelah kondisi helikopter kehilangan kendali, pilot memerintahkan semua penumpang melompat setelah engineer membuka pintu heli.

“Setelah mau jatuh, engineer membuka pintu, dan pilot memerintahkan kami melompat. Saya mencari pelampung, saya tidak langsung keluar. (Begitu jatuh, red) air semakin banyak di helikopter, saya pun langsung keluar tanpa mendapatkan pelampung,” katanya.

Pria asal Dusun Tegal Bojan, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta itu cerita, setelah keluar dari helikopter, mereka berlima masih bersama-sama berenang menuju kumpulan eceng gondok yang mereka kira adalah kapal.

“Saat kami berlima sudah di luar helikopter, kami melihat kumpulan eceng gondok. Kami kira itu kapal, kami berlima pun berenang ke sana. Sesampainya di eceng gondok tersebut, hanya tiga orang saja kami. Saya, paman saya dan Sugianto. Yang dua lagi saya tidak tahu lagi di mana,” katanya.

Hanya beberapa jam mengapung menggunakan eceng gondok, Fransiskus menuturkan bahwa pamannya sudah hilang. “Setelah beberapa jam, paman saya hilang, tinggal saya dan Sugianto yang masih ada. Cuma pagi-pagi di hari Seninnya, dia sudah tidak tampak lagi,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/