30 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Pesan Terakhir Giyanto: Frans, Aku Udah Nggak Sanggup, Good Bye

FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN Anggota tim gabungan TNI, Polri dan Basarnas mengevakuasi Fransiskus, korban kecelakaan helikopter dari perairan Danau Toba, Selasa (13/10).
FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN
Anggota tim gabungan TNI, Polri dan Basarnas mengevakuasi Fransiskus, korban kecelakaan helikopter dari perairan Danau Toba, Selasa (13/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Korban selamat helikopter EC-130 yang jatuh di Danau Toba, Fransiscus Subihardayan (22) akhirnya dibawa ke Kamar VIP Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Medan, Kamis (15/10/2015).

Namun karena kondisinya masih lemah, media belum diizinkan mewawancarainya.

Untunglah, paman Frans, Antonius Nur Susanto (53) bersedia berbagi cerita usai mendampingi Frans di ruang perawatan.

Kepada Sumut Pos, paman atau abang kandung ibu Frans ini menuturkan bahwa   kondisi Frans sudah mulai bagus
“Tapi kita mau dia beristirahat dulu biar bisa cepat pulih dan bisa kembali ke Jogja, menemuai ibunya dan semua keluarga,” katanya sembari mengatakan Frans anak tunggal dari adik perempuannya, Sri Handayani.

Pria yang menyebut dirinya Pak De ini mengaku sudah banyak berkomunikasi dengan Frans. “Kesaksian Frans, mereka itu nggak lompat dari atas heli ke danau, tapi keluar setelah helinya mendarat di air. Pintu belakang langsung terbuka, tapi pintu pilot susah terbuka sampai tangan pilot Teguh berdarah. Frans menyelam untuk membantu membuka pintunya dan akhirnya bisa terbuka. Semua selamat, awalnya,” katanya.

Tak hanya membantu pilot untuk keluar dari helikopter, Frans juga sempat kembali menyelam untuk mengambil pelampung di dalam helikopter. “Dia sempat nyelam lagi ke dalam buat nyari pelampung  tapi gak ketemu. Akhirnya busa dan bantal kursi helikopternya diambilnya ada lima, itulah yang jadi pegangan. Nah itu yang ditemukan sama Tim SAR,” ujarnya.

Frans dan keempat korban lainnya, Pilot Teguh, teknisi Poerwantono, Giyanto dan
Nurhayanto Fabianus yang juga paman kandung Frans, sempat bersama-sama dan menggunakan enceng gondok untuk tumpuhan. “Mereka semua buka baju dan celana biar lebih ringan, tinggal dalaman saja. Tapi karena ombak besar mereka terbagi jadi dua kelompok. Si Frans masih sempat mengingatkan adik saya Nurhayanto untuk tidak banyak bergerak,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Sembari menahan air mata, ia kembali berkisah, mengulang kembali cerita Frans. “Mereka pisah, Frans berdua sama Giyanto bertahan dalam dinginnya air. Malamnya Giyanto bilang ke Frans kalau dia sudah tidak tahan, dan sempat mengucapkan salam perpisahan. Katanya ‘Frans aku udah gak sanggup, selamat jalan, good bye’ begitu kesaksian Frans,” ujar Antonius Nur Susanto tegar. (puput)

FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN Anggota tim gabungan TNI, Polri dan Basarnas mengevakuasi Fransiskus, korban kecelakaan helikopter dari perairan Danau Toba, Selasa (13/10).
FOTO: DHEV BAKKARA/METRO SIANTAR/JPNN
Anggota tim gabungan TNI, Polri dan Basarnas mengevakuasi Fransiskus, korban kecelakaan helikopter dari perairan Danau Toba, Selasa (13/10).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Korban selamat helikopter EC-130 yang jatuh di Danau Toba, Fransiscus Subihardayan (22) akhirnya dibawa ke Kamar VIP Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Medan, Kamis (15/10/2015).

Namun karena kondisinya masih lemah, media belum diizinkan mewawancarainya.

Untunglah, paman Frans, Antonius Nur Susanto (53) bersedia berbagi cerita usai mendampingi Frans di ruang perawatan.

Kepada Sumut Pos, paman atau abang kandung ibu Frans ini menuturkan bahwa   kondisi Frans sudah mulai bagus
“Tapi kita mau dia beristirahat dulu biar bisa cepat pulih dan bisa kembali ke Jogja, menemuai ibunya dan semua keluarga,” katanya sembari mengatakan Frans anak tunggal dari adik perempuannya, Sri Handayani.

Pria yang menyebut dirinya Pak De ini mengaku sudah banyak berkomunikasi dengan Frans. “Kesaksian Frans, mereka itu nggak lompat dari atas heli ke danau, tapi keluar setelah helinya mendarat di air. Pintu belakang langsung terbuka, tapi pintu pilot susah terbuka sampai tangan pilot Teguh berdarah. Frans menyelam untuk membantu membuka pintunya dan akhirnya bisa terbuka. Semua selamat, awalnya,” katanya.

Tak hanya membantu pilot untuk keluar dari helikopter, Frans juga sempat kembali menyelam untuk mengambil pelampung di dalam helikopter. “Dia sempat nyelam lagi ke dalam buat nyari pelampung  tapi gak ketemu. Akhirnya busa dan bantal kursi helikopternya diambilnya ada lima, itulah yang jadi pegangan. Nah itu yang ditemukan sama Tim SAR,” ujarnya.

Frans dan keempat korban lainnya, Pilot Teguh, teknisi Poerwantono, Giyanto dan
Nurhayanto Fabianus yang juga paman kandung Frans, sempat bersama-sama dan menggunakan enceng gondok untuk tumpuhan. “Mereka semua buka baju dan celana biar lebih ringan, tinggal dalaman saja. Tapi karena ombak besar mereka terbagi jadi dua kelompok. Si Frans masih sempat mengingatkan adik saya Nurhayanto untuk tidak banyak bergerak,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Sembari menahan air mata, ia kembali berkisah, mengulang kembali cerita Frans. “Mereka pisah, Frans berdua sama Giyanto bertahan dalam dinginnya air. Malamnya Giyanto bilang ke Frans kalau dia sudah tidak tahan, dan sempat mengucapkan salam perpisahan. Katanya ‘Frans aku udah gak sanggup, selamat jalan, good bye’ begitu kesaksian Frans,” ujar Antonius Nur Susanto tegar. (puput)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/