30 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Mak, Aku Malas Kalilah Pulang…

Foto: M Redha/PM Salbilah, ibunda Yakub yang tewas dalam kecelakan beruntun di Labusel.
Foto: M Redha/PM
Salbilah, ibunda Yakub yang tewas dalam kecelakan beruntun di Labusel.

SERGAI, SUMUTPOS.CO – Terlahir sebagai anak bungsu dan harus tinggal berjauhan dengan yang mulai renta, membuat M. Yakub berat melangkah kembali ke Pekanbaru, tempatnya bekerja.

Namun berakhirnya masa cuti lebaran memaksanya melawan ego, lalu memutuskan meninggalkan ibu tercinta, Salbiah. Sekedar ingin menenangkan sang ibu, pria berusia 21 tahun mengungkap isi hatinya.

“Mak aku malas kali lah pulang lagi kesana. Tapi kayak mana lagi ya mak namanya kerja, mau tak mau harus mau,” Salbilah mengulang ucapan Yakub sebelum pergi.

Setelah mendapat restu ibunya, pemuda ramah ini berangkat dari rumahnya di Desa Deli Muda Hilir, Perbaungan. Malang tak dapat dielak. Yakub akhirnya menaiki bus Makmur ‘Siluman’.

Beberapa jam setelah keberangkatannya, keluarga mendapat kabar kalau bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dan satu dari tujuh korban korban tewas adalah ayah 1 anak itu.

Dalam hitungan detik, kabar kematian Yakub menyebar di kampung kelahirannya. Sanak saudara, kerabat, rekan, dan tetangga memadati rumahnya menanti jasadnya.

Berjam-jam menanti, mobil ambulance yang membawa jenazah tiba di rumah duka. Seketika tangis histeris pecah. Doa tak henti-hentinya dibacakan para pelayat.

Salbiah mengaku sama sekali tidak menyangka Yakub menghadap Sang Pencipta lebih dulu. “Dia anakku yang paling tak pernah melawan asal kusuruh. Walaupun dia banyak urusan, dia rela meninggalkannya,” sedih wanita berusia 53 tahun ini sembari meneteskan air mata.

“Dia memang sempat bilang berat kembali ke Pekanbaru. Aku nggak menyangka ternyata ini arti dari ucapannya itu,” kata Salbiah.

Mewakili seluruh keluarga, Salbiah meminta dan berharap agar seluruh teman di tempat Yakub bekerja memaafkan segala kesalahannya, baik sengaja maupun tidak disengaja.

Kesedihan atas meninggalnya Yusub juga tidak bisa ditutupi Ngatiah, tetangganya. Menurut wanita berusia 66 tahun ini, korban dikenal sebagai anak baik.

“Kalau Yakup sehari-harinya disini anak yang tak pernah berkelahi ataupun ada yang membencinya, karena dia anak yang selalu ceria. Banyak teman serta suka membantu orang lebih tua,” kenang Ngatiah.

Suasana pilu juga dirasakan keluarga Erna Wati (60), korban tewas lainnya yang berasal dari Tanah Raja, Kec. Teluk Mengkudu, Sergai. Berangkatnya wanita ini ke Pekanbaru bukan atas keperluan keluarga, melainkan untuk menemui teman-temannya.

Herliandi (36), anak Erna menyebutkan kalau kondisi jasad ibunya sungguh sangat mengenaskan. Wajah Ibunya sudah tidak dikenalnya karena dipenuhi jahitan. Bagian Tubuhnya ada ditemukan luka bakar dan kaki kanan nyaris putus. Kepala dan tangan korban terpisah dari tubuh.

Melihat kondisi tersebut, Herliandi berkeyakinan kalau ibunya duduk tepat di belakang sopir hingga terjepit kuat dengan body bus.(cr-9/ras)

Foto: M Redha/PM Salbilah, ibunda Yakub yang tewas dalam kecelakan beruntun di Labusel.
Foto: M Redha/PM
Salbilah, ibunda Yakub yang tewas dalam kecelakan beruntun di Labusel.

SERGAI, SUMUTPOS.CO – Terlahir sebagai anak bungsu dan harus tinggal berjauhan dengan yang mulai renta, membuat M. Yakub berat melangkah kembali ke Pekanbaru, tempatnya bekerja.

Namun berakhirnya masa cuti lebaran memaksanya melawan ego, lalu memutuskan meninggalkan ibu tercinta, Salbiah. Sekedar ingin menenangkan sang ibu, pria berusia 21 tahun mengungkap isi hatinya.

“Mak aku malas kali lah pulang lagi kesana. Tapi kayak mana lagi ya mak namanya kerja, mau tak mau harus mau,” Salbilah mengulang ucapan Yakub sebelum pergi.

Setelah mendapat restu ibunya, pemuda ramah ini berangkat dari rumahnya di Desa Deli Muda Hilir, Perbaungan. Malang tak dapat dielak. Yakub akhirnya menaiki bus Makmur ‘Siluman’.

Beberapa jam setelah keberangkatannya, keluarga mendapat kabar kalau bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan. Dan satu dari tujuh korban korban tewas adalah ayah 1 anak itu.

Dalam hitungan detik, kabar kematian Yakub menyebar di kampung kelahirannya. Sanak saudara, kerabat, rekan, dan tetangga memadati rumahnya menanti jasadnya.

Berjam-jam menanti, mobil ambulance yang membawa jenazah tiba di rumah duka. Seketika tangis histeris pecah. Doa tak henti-hentinya dibacakan para pelayat.

Salbiah mengaku sama sekali tidak menyangka Yakub menghadap Sang Pencipta lebih dulu. “Dia anakku yang paling tak pernah melawan asal kusuruh. Walaupun dia banyak urusan, dia rela meninggalkannya,” sedih wanita berusia 53 tahun ini sembari meneteskan air mata.

“Dia memang sempat bilang berat kembali ke Pekanbaru. Aku nggak menyangka ternyata ini arti dari ucapannya itu,” kata Salbiah.

Mewakili seluruh keluarga, Salbiah meminta dan berharap agar seluruh teman di tempat Yakub bekerja memaafkan segala kesalahannya, baik sengaja maupun tidak disengaja.

Kesedihan atas meninggalnya Yusub juga tidak bisa ditutupi Ngatiah, tetangganya. Menurut wanita berusia 66 tahun ini, korban dikenal sebagai anak baik.

“Kalau Yakup sehari-harinya disini anak yang tak pernah berkelahi ataupun ada yang membencinya, karena dia anak yang selalu ceria. Banyak teman serta suka membantu orang lebih tua,” kenang Ngatiah.

Suasana pilu juga dirasakan keluarga Erna Wati (60), korban tewas lainnya yang berasal dari Tanah Raja, Kec. Teluk Mengkudu, Sergai. Berangkatnya wanita ini ke Pekanbaru bukan atas keperluan keluarga, melainkan untuk menemui teman-temannya.

Herliandi (36), anak Erna menyebutkan kalau kondisi jasad ibunya sungguh sangat mengenaskan. Wajah Ibunya sudah tidak dikenalnya karena dipenuhi jahitan. Bagian Tubuhnya ada ditemukan luka bakar dan kaki kanan nyaris putus. Kepala dan tangan korban terpisah dari tubuh.

Melihat kondisi tersebut, Herliandi berkeyakinan kalau ibunya duduk tepat di belakang sopir hingga terjepit kuat dengan body bus.(cr-9/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/