26.7 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Warga dan Perangkat Desa Harap Pos Polisi Dibangun di Desa Besilam Bukit Lembasa

STABAT, SUMUTPOS.CO – Masyarakat dan Perangkat Desa Besilam Bukit Lembasa, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, berharap agar pos polisi dibangun di kampung mereka, Kamis (16/2/2023). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya agar tidak terulang kembali peristiwa berdarah yang menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi masyarakat.

Harapan ini disampaikan Kepala Desa Besilam Bukit Lembasa, Susilawati br Sembiring. Dia menjelaskan, desa mereka dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit.

Kondisinya di sana juga berjarak, dari satu rumah ke rumah lainnya. Pos polisi di desa mereka didesak dibangun agar masyarakat dapat melaporkan tindak pidana yang dialami.

Menurut Susilawati, perangkat desa pernah mengusulkan pembangunan pos polisi pada tahun 2021 lalu. Bahkan, menurut dia, pemerintah ataupun kepolisian setempat dapat langsung membangun pos polisi di atas tanah yang telah dihibahkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Langkat periode 2014-2019 atas nama Paino (47).

“Sebelum jauh dari kejadian ini, Almarhum Paino pada tahun 2021 sudah mengibahkan tanahnya untuk membangun pos polisi,” ujar Susilawati.

Namun, tambah dia, pemerintah ataupun kepolisian di Kabupaten Langkat belum memberi jawaban pasti. Alhasil hingga kini, pembangunan pos polisi di Desa Besilam Bukit Lembasa, belum terwujud.

“Saya dan warga berharap saat ini pos polisi dapat terbangun,” ujar Susilawati.

Dia menegaskan, pos polisi harus dibangun di desa mereka. Jangan di luar. Ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat di desa tersebut. Jika tidak di desa mereka, tentunya jarak tempuh yang jauh buat masyarakat jadi ragu membuat laporan ke pos polisi.

“Bagaimana kejahatan itu bisa langsung ditangani, sementara pos polisi itu jauh. Saya berharap kejahatan yang dialami Pak Paino ini tidak terulang kembali, karena kejahatan ini sudah sangat lama terjadi di desa kami,” ujar Susilawati.

Pembangunan pos polisi di Desa Besilam Bukit Lembasa didesak masyarakat dan perangkat desa karena peristiwa berdarah yang dialami politisi Partai Golkar, Paino (47). Almarhum Paino dikenal baik oleh masyarakat yang tertindas oleh kelompok penguasa di desa tersebut.

Menurut masyarakat Desa Besilam Bukit Lembasa, Sumaini, mereka ingin tenang berkehidupan di kampung mereka. Karenanya, masyarakat berharap agar dibangun pos polisi.

“Kami mohon sekali jangan sampai terulang kembali kejadian seperti ini. Bukan hanya satu, sampai 10-100 orang pun kita tidak tahu. Kami ingin tenang, kami ingin tenang sekali,” kata dia.

Dia juga berharap, peristiwa yang lalu-lalu terjadi di desanya dapat diselesaikan. Jangan terulang dan berlarut terus terjadi.

“Selama ini kami sangat sengsara dibuat orang atau pelaku yang sama juga,” ujar Sumaini.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sabariah. Dia ingin kedamaian di kampungnya yang sudah tak pernah ada hingga puluhan tahun belakangan ini.

“Kami ingin kedamaian di kampung kami dan kami ingin tidak ada warga yang tertekan selama puluhan tahun, serta kami ingin merdeka,” ujar Sabariah.

“Walaupun kami gak punya apa-apa, kami tidak ingin yang lalu itu terulang kembali seperti pembunuhan Pak Paino,” sambungnya.

Terpisah, Kapolres Langkat, AKBP Faisal Rahmat Husein Simatupang saat dikonfirmasi, belum mendengar adanya pemohonan pembangunan polisi di Desa Besilam Bukit Lambasa. “Belum dengar saya. Nanti akan saya cek dulu. Karena pada 2021 saya belum di Langkat,” ujar Faisal.

Pantauan wartawan, puluhan papan bunga berbaris di depan Mapolres Langkat, Jalan Proklamasi, Stabat. Puluhan papan bunga yang berasal dari elemen masyarakat maupun pengusaha kelapa sawit ini bertuliskan, selamat dan sukses atas pengungkapan kasus penembakan yang dialami Paino (47).

“Alhamdulillah, berkat Rahmat Allah SWT dan dukungan masyarakat, kasus penembakan Almarhum Paino dapat terungkap,” ujar Faisal saat diminta tanggapannya terkait puluhan papan bunga yang menghiasi markasnya.

Orang nomor satu di Polres Langkat ini berjanji, pihaknya bersama Polda Sumut akan menangani kasus kematian Paino sebaik-baiknya. “Kami mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak, dan kami akan menangani kasus ini dengan sebaik-baiknya,” tukasnya.

Sebelumnya, tim gabungan mengungkap kasus penembakan yang dialami Almarhum Paino dengan menetapkan 5 orang sebagai tersangka. Adapun mereka yakni, Luhur Sentosa Ginting alias Tosa (26) yang disangkakan polisi sebagai otak pelaku, Dedi Bangun (38) sebagai eksekutor penembakan, Persadanta Sembiring (43), Heriska Wantenero alias Tio (27), dan Sulhanda Yahya alias Tato (27).

Mereka ditangkap tim gabungan Ditreskrimum Polda Sumut dan Satreskrim Polres Langkat dari lokasi terpisah. Diketahui, korban yang meninggalkan 4 orang anak ini ditemukan tewas diduga ditembak di Devisi 1 Desa Besilam Bukit Lembasa Kecamatan Wampu, Kamis (26/1/2023) malam.

Korban mengalami luka tembak di dada kanan. Korban dihabisi di atas sepeda motor saat jalan pulang usai dari warung. Di sekitar lokasi korban roboh, ditemukan diduga selongsong peluru. (ted/ram)

STABAT, SUMUTPOS.CO – Masyarakat dan Perangkat Desa Besilam Bukit Lembasa, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, berharap agar pos polisi dibangun di kampung mereka, Kamis (16/2/2023). Hal tersebut dilakukan sebagai upaya agar tidak terulang kembali peristiwa berdarah yang menimbulkan kekhawatiran mendalam bagi masyarakat.

Harapan ini disampaikan Kepala Desa Besilam Bukit Lembasa, Susilawati br Sembiring. Dia menjelaskan, desa mereka dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit.

Kondisinya di sana juga berjarak, dari satu rumah ke rumah lainnya. Pos polisi di desa mereka didesak dibangun agar masyarakat dapat melaporkan tindak pidana yang dialami.

Menurut Susilawati, perangkat desa pernah mengusulkan pembangunan pos polisi pada tahun 2021 lalu. Bahkan, menurut dia, pemerintah ataupun kepolisian setempat dapat langsung membangun pos polisi di atas tanah yang telah dihibahkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Langkat periode 2014-2019 atas nama Paino (47).

“Sebelum jauh dari kejadian ini, Almarhum Paino pada tahun 2021 sudah mengibahkan tanahnya untuk membangun pos polisi,” ujar Susilawati.

Namun, tambah dia, pemerintah ataupun kepolisian di Kabupaten Langkat belum memberi jawaban pasti. Alhasil hingga kini, pembangunan pos polisi di Desa Besilam Bukit Lembasa, belum terwujud.

“Saya dan warga berharap saat ini pos polisi dapat terbangun,” ujar Susilawati.

Dia menegaskan, pos polisi harus dibangun di desa mereka. Jangan di luar. Ini bertujuan untuk memastikan keamanan dan ketertiban masyarakat di desa tersebut. Jika tidak di desa mereka, tentunya jarak tempuh yang jauh buat masyarakat jadi ragu membuat laporan ke pos polisi.

“Bagaimana kejahatan itu bisa langsung ditangani, sementara pos polisi itu jauh. Saya berharap kejahatan yang dialami Pak Paino ini tidak terulang kembali, karena kejahatan ini sudah sangat lama terjadi di desa kami,” ujar Susilawati.

Pembangunan pos polisi di Desa Besilam Bukit Lembasa didesak masyarakat dan perangkat desa karena peristiwa berdarah yang dialami politisi Partai Golkar, Paino (47). Almarhum Paino dikenal baik oleh masyarakat yang tertindas oleh kelompok penguasa di desa tersebut.

Menurut masyarakat Desa Besilam Bukit Lembasa, Sumaini, mereka ingin tenang berkehidupan di kampung mereka. Karenanya, masyarakat berharap agar dibangun pos polisi.

“Kami mohon sekali jangan sampai terulang kembali kejadian seperti ini. Bukan hanya satu, sampai 10-100 orang pun kita tidak tahu. Kami ingin tenang, kami ingin tenang sekali,” kata dia.

Dia juga berharap, peristiwa yang lalu-lalu terjadi di desanya dapat diselesaikan. Jangan terulang dan berlarut terus terjadi.

“Selama ini kami sangat sengsara dibuat orang atau pelaku yang sama juga,” ujar Sumaini.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sabariah. Dia ingin kedamaian di kampungnya yang sudah tak pernah ada hingga puluhan tahun belakangan ini.

“Kami ingin kedamaian di kampung kami dan kami ingin tidak ada warga yang tertekan selama puluhan tahun, serta kami ingin merdeka,” ujar Sabariah.

“Walaupun kami gak punya apa-apa, kami tidak ingin yang lalu itu terulang kembali seperti pembunuhan Pak Paino,” sambungnya.

Terpisah, Kapolres Langkat, AKBP Faisal Rahmat Husein Simatupang saat dikonfirmasi, belum mendengar adanya pemohonan pembangunan polisi di Desa Besilam Bukit Lambasa. “Belum dengar saya. Nanti akan saya cek dulu. Karena pada 2021 saya belum di Langkat,” ujar Faisal.

Pantauan wartawan, puluhan papan bunga berbaris di depan Mapolres Langkat, Jalan Proklamasi, Stabat. Puluhan papan bunga yang berasal dari elemen masyarakat maupun pengusaha kelapa sawit ini bertuliskan, selamat dan sukses atas pengungkapan kasus penembakan yang dialami Paino (47).

“Alhamdulillah, berkat Rahmat Allah SWT dan dukungan masyarakat, kasus penembakan Almarhum Paino dapat terungkap,” ujar Faisal saat diminta tanggapannya terkait puluhan papan bunga yang menghiasi markasnya.

Orang nomor satu di Polres Langkat ini berjanji, pihaknya bersama Polda Sumut akan menangani kasus kematian Paino sebaik-baiknya. “Kami mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak, dan kami akan menangani kasus ini dengan sebaik-baiknya,” tukasnya.

Sebelumnya, tim gabungan mengungkap kasus penembakan yang dialami Almarhum Paino dengan menetapkan 5 orang sebagai tersangka. Adapun mereka yakni, Luhur Sentosa Ginting alias Tosa (26) yang disangkakan polisi sebagai otak pelaku, Dedi Bangun (38) sebagai eksekutor penembakan, Persadanta Sembiring (43), Heriska Wantenero alias Tio (27), dan Sulhanda Yahya alias Tato (27).

Mereka ditangkap tim gabungan Ditreskrimum Polda Sumut dan Satreskrim Polres Langkat dari lokasi terpisah. Diketahui, korban yang meninggalkan 4 orang anak ini ditemukan tewas diduga ditembak di Devisi 1 Desa Besilam Bukit Lembasa Kecamatan Wampu, Kamis (26/1/2023) malam.

Korban mengalami luka tembak di dada kanan. Korban dihabisi di atas sepeda motor saat jalan pulang usai dari warung. Di sekitar lokasi korban roboh, ditemukan diduga selongsong peluru. (ted/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/