KARO, SUMUTPOS.CO – Sebagai Kabupaten Karo, masalah perkotaan di Kabanjahe makin hari kian kompleks. Selain semrawut, kotor dan kusam, jalan rusak dan tak adanya trotoar juga jadi masalah klasik yang terkesan dibiarkan. Kondisi ini diperparah lagi, oleh kemacetan dan pengelolaan parkir yang asal jadi.
Amatan Sumut Pos, kesemrawutan terlihat menyeluruh, baik di tengah dan pinggiran kota. Para pengendara sesuka hati memakirkan kendaraan masing-masing dengan cara berjejer di tepi badan jalan protokol yang trotoarnya masih bagus. Pemandangan yang “menyakitkan” mata ini, terlihat di sepanjang Jalan Veteran Kabanjahe dan beberapa ruas jalan lain.
Sedang di lokasi lain, banyak juga kendaraan khususnya roda 4 yang parkir di atas trotoar yang sudah hancur, hingga merampas hak pejalan kaki. Kondisi terparah terjadi di seputar Pusat Pasar Kabanjahe, khususnya di sepanjang Jalan Kapten Bangsi Sembiring yang setengah badan jalan dijadikan lokasi parkir.
Sangkin padatnya, kendaraan baik mobil dan sepeda motor harus parkir berlapis yang dikelola oleh Dinas Perhubungan Karo. Kondisi itu yang kerap menyebabkan kemacetan, apalagi para sopir angkot juga kerap ngetem di badan jalan yang tersisa, untuk menunggu penumpang yang baru keluar dari pusat pasar.
Ironisnya, pungutan retribusi parkir itu juga tak jelas alias diduga tak disetor ke kas pendapatan daerah. Kondisi ini pula yang membuat Pengamat Sosial dan Tata Kota, Drs Wara Sinuhaji, geram. Menurut putra Karo yang juga berprofesi sebagai dosen di USU itu, kondisi Kabanjahe sebagai kabupaten dan Berastagi sebagai kota wisata, mencerminkan buruknya kinerja Bupati Karo Brahmana. “Inilah wajah dan kinerja Bupati Karo. Jika di kabupaten kota saja kondisinya seperti itu, gimana lagi dengan yang di kecamatan dan desa-desa, sudah pasti kondisinya lebih buruk lagi,” kesalnya saat dihubungi baru-baru ini.
Belakangan ini Wara juga mengaku banyak mendapat keluhan, makin buruk dan semrawutnya tata kelola perkotaan di Kabanjahe dan Berastagi. Jorok, kusam, macet dan masalah parkir sembarangan yang banyak dikeluhkan warga, terutama warga perantauan yang pulang kampung pada perayaan tahun baru lalu.
“Kita masih mengkritisi soal penataan tata kota, belum lagi soal pelayanan publik yang kita yakini juga pasti sangat buruk,” tegasnya.
Sebagai Bupati Karo lanjutnya, Terkelin Brahmana sudah saatnya bekerja seperti harapan masyakat Karo. Sudah saatnya memberikan pengabsian dan pelayanan terbaik pada warga, jangan sebaliknya malah minta dilayani dan hanya menang pencitraan saja.