30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Prediksi Terbaru Pemerintah, Puncak Omicron Februari hingga Awal Maret

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, puncak gelombang kasus Covid-19 varian Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga Maret 2022. Perkiraan itu didapatkan dari hasil trajectory kasus COVID-19 di Afrika Selatan.

“Berdasarkan berbagai data yang telah kami amati, berangkat dari trajectory kasus Covid-19 di Afrika Selatan puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” kata Luhut dalam konferensi pers, Minggu (16/1)n

“Saya ulangi, dari hasil trajectory kasus Covid-19 di Afrika Selatan puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” lanjutnya.

Luhut mengatakan, pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus Omicron di Indonesia lebih landai dibandingkan negara lainnya, sehingga sistem kesehatan tidak terbebani. “Namun pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi lebih landai dibandingkan dengan negara lain, sehingga tidak membebani sistem kesehatan kita,” ungkapnya.

Luhut melanjutkan, berbagai langkah juga akan dilakukan pemerintah. Salah satunya penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi. “Berbagai langkah yang dilakukan adalah penegakan protokol kesehatan dan lagi-lagi akselerasi vaksinasi itu sangat penting,” kata dia.

Sementara, untuk pengetatan mobilitas, Luhut mengatakan, hal itu akan menjadi opsi terakhir pemerintah. Kendati demikian, dia mengimbau masyarakat untuk melakukan pengetatan mobilitas secara mandiri. “Dan pengetatan mobilitas akan kita menjadikan opsi terakhir untuk dilakukan. Tapi kami mengimbau kalau di kantor tidak perlu 100 persen, ya tidak usah 100 persen yang hadir. Jadi diatur saja lihat situasinya apakah dibikin 75 persen untuk 2 minggu ke depan, itu saya kira bisa dilakukan oleh kantor masing-masing,” tutur Luhut.

 

Siapkan Obat dan Paket Karantina

Sebelumnya, Luhut mengungkapkan, untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus karena persebaran Covid-19 varian Omicron, Pemerintah kembali menyiapkan paket perawatan karantina mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan. Keputusan itu diambil dalam rapat koordinasi antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas Penanganan Covid-19 yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat (14/1) lalu.

Luhut mengatakan, dari berbagai penelitian yang dia terima dari para epidemiolog dan dokter, varian Omicron ini menular sangat cepat, tetapi less severe atau tidak parah. Kendati telah dilaporkan kematian di beberapa negara, jumlahnya cukup rendah. “Walau begitu, kita mau agar lonjakan kasus konfirmasi ini bisa kita turunkan dan bagaimana upaya kita pasca lonjakan Omicron ini,” ujar Luhut.

Dalam beberapa minggu terakhir, Omicron menyebar di tanah air dengan dominasi berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Hingga kemarin sudah terdeteksi lebih dari 500 kasus konfirmasi positif varian Omicron di Indonesia. Terutama di wilayah DKI Jakarta.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, transmisi lokal sudah terjadi. Provinsi DKI Jakarta menjadi klaster penularannya. “Untuk itu, perlu kita lakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait pengetatan mobilitas yang dibarengi dengan penguatan protokol kesehatan, vaksin booster, dan fasilitas pelayanan kesehatan,” urainya.

Untuk antisipasi lonjakan kasus, Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono menyebutkan, perlunya kembali pemberian paket obat bagi penderita dengan gejala ringan, sedang, dan berat. Paket obat tersebut, ujar dia, akan disiapkan Kemenkes. “Paket obat ini ditujukan bagi orang yang tidak bergejala dan bergejala ringan. Hal ini untuk mengurangi angka hospitalization (rawat inap, Red) di berbagai rumah sakit di Indonesia,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito juga berkomentar soal strategi yang akan digunakan. Fokusnya pada pengetatan PPLN yang datang ke Indonesia. “Bagi para PPLN, akan dilakukan karantina selama tujuh hari setelah mereka sampai. Selama karantina ini mereka akan dites PCR dan harus betul-betul aman sebelum masuk dalam komunitas,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate mengimbau masyarakat segera mengambil vaksin booster bagi yang sudah mendapatkan panggilan. Vaksinasi booster, kata dia, dapat mempertahankan tingkat kekebalan, memperpanjang masa perlindungan, dan mengendalikan penularan Covid-19. Apalagi, persebaran varian Omicron masih mengancam terjadinya gelombang peningkatan kasus berikutnya. “Kami terus mengedukasi masyarakat secara masif supaya pemahaman akan pentingnya manfaat vaksinasi booster ini semakin luas,” tuturnya.

Pada bagian lain, Kepala Subbidang Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Koesmedi Priharto mengatakan, jajarannya tengah mengkaji opsi penggunaan gelang yang dilengkapi cip (chip) bagi pasien karantina. Chip tersebut diperlukan untuk memantau dan memastikan warga itu tidak keluar lokasi karantina. “Ini sedang kita coba cari ya, apakah mungkin diberikan gelang. Karena saat ini teknologi sangat memungkinkan,” ucapnya dalam diskusi.

Pasalnya, lanjut Koesmedi, aplikasi PeduliLindungi yang sekarang digunakan tidak cukup efektif. Sebab, warga tersebut dimungkinkan meninggalkan handphone-nya. Berbeda dengan menggunakan teknologi chip yang melekat.

Sejauh ini pihaknya masih mencari formula agar orang yang dikarantina bisa menerima dan menjalani dengan baik. Sebab, selama ini selalu saja ada persoalan. “Kita harus mencari model. Artinya, model apa sih yang bisa kita lakukan supaya karantina itu bisa diterima dengan enak,” tuturnya.

 

Evaluasi PPKM

Sementara, kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali menembus angka 1.000, Sabtu (15/1) lalu. Menyikapi ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan evaluasi. “Kita akan evaluasi tentunya,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi saat dimintai konfirmasi, Minggu (16/1).

Nadia mengatakan, evaluasi dilakukan terhadap kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Selain itu, Nadia menjelaskan vaksinasi Covid-19 akan dipercepat. “Iya, evaluasi PPKM. Percepatan vaksinasi,” ucapnya.

Sementara, berdasarkan data terbaru perkembangan penyebaran Covid-19 yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19, Minggu (16/1) hingga pukul 12.00 WIB, dilaporkan ada tambahan 855 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dengan tambahan tersebut, jumlah total kasus Covid-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga kemarin, menjadi 4.271.649 kasus. Dari jumlah tersebut, 8.605 di antaranya masih positif Corona (kasus aktif).

Dilaporkan juga, hari ini ada 710 orang di Indonesia yang sembuh dari COVID-19. Jumlah total yang telah sembuh dari Corona sebanyak 4.118.874 orang. Selain itu, hari ini dilaporkan sebanyak 3 pasien positif Corona di Tanah Air meninggal dunia. Dengan demikian, jumlah total pasien positif Covid-19 yang meninggal sebanyak 144.170 orang. Pemerintah juga melaporkan, ada 4.164 suspek yang dipantau kemarin. Untuk jumlah spesimen yang diuji hari ini sebanyak 251.488. (jpc/dtc)

 

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, puncak gelombang kasus Covid-19 varian Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga Maret 2022. Perkiraan itu didapatkan dari hasil trajectory kasus COVID-19 di Afrika Selatan.

“Berdasarkan berbagai data yang telah kami amati, berangkat dari trajectory kasus Covid-19 di Afrika Selatan puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” kata Luhut dalam konferensi pers, Minggu (16/1)n

“Saya ulangi, dari hasil trajectory kasus Covid-19 di Afrika Selatan puncak gelombang Omicron diperkirakan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret ini,” lanjutnya.

Luhut mengatakan, pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus Omicron di Indonesia lebih landai dibandingkan negara lainnya, sehingga sistem kesehatan tidak terbebani. “Namun pemerintah akan melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi lebih landai dibandingkan dengan negara lain, sehingga tidak membebani sistem kesehatan kita,” ungkapnya.

Luhut melanjutkan, berbagai langkah juga akan dilakukan pemerintah. Salah satunya penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi. “Berbagai langkah yang dilakukan adalah penegakan protokol kesehatan dan lagi-lagi akselerasi vaksinasi itu sangat penting,” kata dia.

Sementara, untuk pengetatan mobilitas, Luhut mengatakan, hal itu akan menjadi opsi terakhir pemerintah. Kendati demikian, dia mengimbau masyarakat untuk melakukan pengetatan mobilitas secara mandiri. “Dan pengetatan mobilitas akan kita menjadikan opsi terakhir untuk dilakukan. Tapi kami mengimbau kalau di kantor tidak perlu 100 persen, ya tidak usah 100 persen yang hadir. Jadi diatur saja lihat situasinya apakah dibikin 75 persen untuk 2 minggu ke depan, itu saya kira bisa dilakukan oleh kantor masing-masing,” tutur Luhut.

 

Siapkan Obat dan Paket Karantina

Sebelumnya, Luhut mengungkapkan, untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus karena persebaran Covid-19 varian Omicron, Pemerintah kembali menyiapkan paket perawatan karantina mandiri untuk pasien Covid-19 bergejala ringan. Keputusan itu diambil dalam rapat koordinasi antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas Penanganan Covid-19 yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat (14/1) lalu.

Luhut mengatakan, dari berbagai penelitian yang dia terima dari para epidemiolog dan dokter, varian Omicron ini menular sangat cepat, tetapi less severe atau tidak parah. Kendati telah dilaporkan kematian di beberapa negara, jumlahnya cukup rendah. “Walau begitu, kita mau agar lonjakan kasus konfirmasi ini bisa kita turunkan dan bagaimana upaya kita pasca lonjakan Omicron ini,” ujar Luhut.

Dalam beberapa minggu terakhir, Omicron menyebar di tanah air dengan dominasi berasal dari pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Hingga kemarin sudah terdeteksi lebih dari 500 kasus konfirmasi positif varian Omicron di Indonesia. Terutama di wilayah DKI Jakarta.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, transmisi lokal sudah terjadi. Provinsi DKI Jakarta menjadi klaster penularannya. “Untuk itu, perlu kita lakukan koordinasi dengan pemerintah daerah terkait pengetatan mobilitas yang dibarengi dengan penguatan protokol kesehatan, vaksin booster, dan fasilitas pelayanan kesehatan,” urainya.

Untuk antisipasi lonjakan kasus, Wakil Menkes Dante Saksono Harbuwono menyebutkan, perlunya kembali pemberian paket obat bagi penderita dengan gejala ringan, sedang, dan berat. Paket obat tersebut, ujar dia, akan disiapkan Kemenkes. “Paket obat ini ditujukan bagi orang yang tidak bergejala dan bergejala ringan. Hal ini untuk mengurangi angka hospitalization (rawat inap, Red) di berbagai rumah sakit di Indonesia,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Tim Pakar Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito juga berkomentar soal strategi yang akan digunakan. Fokusnya pada pengetatan PPLN yang datang ke Indonesia. “Bagi para PPLN, akan dilakukan karantina selama tujuh hari setelah mereka sampai. Selama karantina ini mereka akan dites PCR dan harus betul-betul aman sebelum masuk dalam komunitas,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate mengimbau masyarakat segera mengambil vaksin booster bagi yang sudah mendapatkan panggilan. Vaksinasi booster, kata dia, dapat mempertahankan tingkat kekebalan, memperpanjang masa perlindungan, dan mengendalikan penularan Covid-19. Apalagi, persebaran varian Omicron masih mengancam terjadinya gelombang peningkatan kasus berikutnya. “Kami terus mengedukasi masyarakat secara masif supaya pemahaman akan pentingnya manfaat vaksinasi booster ini semakin luas,” tuturnya.

Pada bagian lain, Kepala Subbidang Tracing Satgas Penanganan Covid-19 Koesmedi Priharto mengatakan, jajarannya tengah mengkaji opsi penggunaan gelang yang dilengkapi cip (chip) bagi pasien karantina. Chip tersebut diperlukan untuk memantau dan memastikan warga itu tidak keluar lokasi karantina. “Ini sedang kita coba cari ya, apakah mungkin diberikan gelang. Karena saat ini teknologi sangat memungkinkan,” ucapnya dalam diskusi.

Pasalnya, lanjut Koesmedi, aplikasi PeduliLindungi yang sekarang digunakan tidak cukup efektif. Sebab, warga tersebut dimungkinkan meninggalkan handphone-nya. Berbeda dengan menggunakan teknologi chip yang melekat.

Sejauh ini pihaknya masih mencari formula agar orang yang dikarantina bisa menerima dan menjalani dengan baik. Sebab, selama ini selalu saja ada persoalan. “Kita harus mencari model. Artinya, model apa sih yang bisa kita lakukan supaya karantina itu bisa diterima dengan enak,” tuturnya.

 

Evaluasi PPKM

Sementara, kasus harian Covid-19 di Indonesia kembali menembus angka 1.000, Sabtu (15/1) lalu. Menyikapi ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan melakukan evaluasi. “Kita akan evaluasi tentunya,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi saat dimintai konfirmasi, Minggu (16/1).

Nadia mengatakan, evaluasi dilakukan terhadap kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Selain itu, Nadia menjelaskan vaksinasi Covid-19 akan dipercepat. “Iya, evaluasi PPKM. Percepatan vaksinasi,” ucapnya.

Sementara, berdasarkan data terbaru perkembangan penyebaran Covid-19 yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19, Minggu (16/1) hingga pukul 12.00 WIB, dilaporkan ada tambahan 855 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dengan tambahan tersebut, jumlah total kasus Covid-19 yang ditemukan di Indonesia sejak Maret 2020 hingga kemarin, menjadi 4.271.649 kasus. Dari jumlah tersebut, 8.605 di antaranya masih positif Corona (kasus aktif).

Dilaporkan juga, hari ini ada 710 orang di Indonesia yang sembuh dari COVID-19. Jumlah total yang telah sembuh dari Corona sebanyak 4.118.874 orang. Selain itu, hari ini dilaporkan sebanyak 3 pasien positif Corona di Tanah Air meninggal dunia. Dengan demikian, jumlah total pasien positif Covid-19 yang meninggal sebanyak 144.170 orang. Pemerintah juga melaporkan, ada 4.164 suspek yang dipantau kemarin. Untuk jumlah spesimen yang diuji hari ini sebanyak 251.488. (jpc/dtc)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/