26.7 C
Medan
Sunday, May 26, 2024

Pelajar SMPN 2 Air Joman Praktek Manfaatkan Teknologi

Belajar Dampak Positif Globalisasi

Siswa di SMP Negeri 2 Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, praktek memanfaatkan teknologi saat belajar dampak globalisasi, dipandu oleh guru IPS, Watini.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Meski peserta didik di sekolah sudah mulai pembelajaran tatap muka (PTM), namun waktunya masih terbatas. Hanya ,15-2 jam di sekolah. Alhasil, semua mata pelajaran yang semestinya diajarkan dengan durasi waktu yang cukup, saat ini berkurang karena adanya PTM di sekolah.

“Tidak terkecuali di SMP Negeri 2 Air Joman Kabupaten Asahan. Tahun pelajaran 2021/2022 ini, kami masih menerapkan PTM terbatas. Jadwal tatap muka dibagi menjadi dua gelombang. Masing-masing gelombang memiliki waktu 80 menit setiap hari untuk dua mata pelajaran. Artinya, setiap mata pelajaran hanya dilaksanakan selama 40 menit setiap minggunya,” kata Watini, guru IPS di SMP Negeri 2 Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, kemarin.

Sebagai guru mata pelajaran IPS, Watini merasa harus dapat memanfaatkan waktu 40 menit per mata pembelajaran itu dengan baik. “Saya berusaha mengoptimalkan kegiatan pembelajaran menyenangkan dengan menerapkan unsur MIKir, sekaligus mengisi waktu belajar mereka di rumah,” kata salahsatu fasilitator daerah Asahan Program Pintar Tanoto Foundation ini.

Unsur MIKiR itu ia terapkan pada kegiatan pembelajaran IPS dengan materi Dampak Globalisasi dan Upaya Menghadapinya, di kelas IX.3.

Pada pertemuan pertama, ia menyampaikan tujuan pembelajaran terkait materi dampak globalisasi. “Saya melakukan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan materi sebelumnya, yaitu pengertian globalisasi dan contoh-contoh globalisasi di berbagai bidang kehidupan,” kata dia.

Hampir seluruh peserta didik menyebut keberadaan handphone canggih sebagai contoh globalisasi di bidang komunikasi saat ini. Bahkan semua mengacungkan tangan saya ditanya siapa yang sudah memiliki handphone Android.

Selanjutnya, Watini membagi peserta didik ke dalam 4 kelompok pada setiap gelombang. Tiap-tiap kelompok beranggotakan 4- 5 orang. “Saya meminta mereka untuk membaca materi dampak globalisasi dan upaya menghadapinya dari buku paket selama 10 menit. Setelahnya, saya kembali bertanya kepada peserta didik dengan 2 pertanyaan,” kata Watini.

Pertanyaan pertama, apakah menggunakan handphone memberi dampak kepada para peserta didik? Pertanyaan kedua, bagaimana dampak yang dirasakan dihubungkan dengan dampak globalisasi yang diutlis dalam buku paket?

“Ternyata, hampir  80 persen peserta didik menjawab, penggunaan handphone selama ini memberi dampak negatif pada diri mereka. Mereka mengatakan, handphone lebih banyak mereka gunakan untuk bermain game, bersosial media, membuat TikTok, sibuk chattingan, dan lain sebagainya. Membuat mereka menjadi sering lalai dan lupa waktu untuk belajar di rumah dan melakukan aktivitas positif lainnya.

“Nah, Ibu akan membantu kalian menemukan dampak positif dari penggunaan handphone yang kalian miliki,” kata Watini, yang direspon penuh semangat oleh para peserta didik: “Caranya bagaimana Bu Guru?”

Lantas, Watini meminta peserta didik membuat video pembelajaran dengan tema dampak globalisasi dan upaya menghadapinya.

“Saya memberikan langkah-langkah membuat video, dimulai dari pembukaan, isi , dan penutup. Saya juga memberi kebebasan kepada anak didik untuk menggunakan aplikasi dalam pengeditan video, sesuai dengan yang sering mereka gunakan selama ini,” katanya.

Pembuatan video dibuat secara berkelompok, dan disepakati akan dikirim ke nomor WhatsApp guru, paling lambat satu minggu.

“Belum sampai satu minggu, sudah ada beberapa kelompok yang mengirim video pembelajaran yang mereka buat, ke WA saya,” katanya.

Watini mengaku sangat senang karena anak didiknya sangat bersemangat melaksanakan kegiatan tersebut. Dan sesuai waktu yang ditetapkan, seluruh kelompok sudah mengirimkan video yang mereka buat dengan tema dampak globalisasi dan upaya menghadapinya. “Video yang mereka kirimkan menggunakan berbagai aplikasi. Ada yang menggunakan Kine Master, Cupcut, powtoon, Tiktok, dan lainnya,” kata Watini dengan wajah semringah.

Kesaksian para anak didi, pembuatan video tidak menghabiskan terlalu banyak paket data. Apalagi biayanya mereka bagi 4-5 orang. “Mereka juga mengaku, selama proses pembuatan dan pengeditan video, mereka jadi lebih mudah memahami materi globalisasi,” jelasnya.

Seorang peserta didik bernama Septy, mengaku senang dengan proses belajar menggunakan unsur MIKiR tersebut. “Kami senang, Bu. Karena lebih paham apa saja dampak positif dan dampak negatif dari globalisasi. Kami sebagai pelajar juga menjadi tau bagaimana cara menghadapi globalisasi tersebut,” kata Septy manis.

Siswa bernama Aisyah mengatakan, dengan membuat video, artinya mereka juuga sudah memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Artinya, produk teknologi yang kami pakai telah memberikan dampak positif kepada kami, karena kami mampu memanfaatkannya untuk hal yang lebih berarti,” katanya.

Watini senang, materi Dampak Globalisasi dan Upaya Menghadapinya mampu diserap murid, dengan metode pembelajaran yang dipilihnya. (wat/mea)

Belajar Dampak Positif Globalisasi

Siswa di SMP Negeri 2 Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, praktek memanfaatkan teknologi saat belajar dampak globalisasi, dipandu oleh guru IPS, Watini.

ASAHAN, SUMUTPOS.CO – Meski peserta didik di sekolah sudah mulai pembelajaran tatap muka (PTM), namun waktunya masih terbatas. Hanya ,15-2 jam di sekolah. Alhasil, semua mata pelajaran yang semestinya diajarkan dengan durasi waktu yang cukup, saat ini berkurang karena adanya PTM di sekolah.

“Tidak terkecuali di SMP Negeri 2 Air Joman Kabupaten Asahan. Tahun pelajaran 2021/2022 ini, kami masih menerapkan PTM terbatas. Jadwal tatap muka dibagi menjadi dua gelombang. Masing-masing gelombang memiliki waktu 80 menit setiap hari untuk dua mata pelajaran. Artinya, setiap mata pelajaran hanya dilaksanakan selama 40 menit setiap minggunya,” kata Watini, guru IPS di SMP Negeri 2 Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, kemarin.

Sebagai guru mata pelajaran IPS, Watini merasa harus dapat memanfaatkan waktu 40 menit per mata pembelajaran itu dengan baik. “Saya berusaha mengoptimalkan kegiatan pembelajaran menyenangkan dengan menerapkan unsur MIKir, sekaligus mengisi waktu belajar mereka di rumah,” kata salahsatu fasilitator daerah Asahan Program Pintar Tanoto Foundation ini.

Unsur MIKiR itu ia terapkan pada kegiatan pembelajaran IPS dengan materi Dampak Globalisasi dan Upaya Menghadapinya, di kelas IX.3.

Pada pertemuan pertama, ia menyampaikan tujuan pembelajaran terkait materi dampak globalisasi. “Saya melakukan apersepsi dengan memberikan beberapa pertanyaan materi sebelumnya, yaitu pengertian globalisasi dan contoh-contoh globalisasi di berbagai bidang kehidupan,” kata dia.

Hampir seluruh peserta didik menyebut keberadaan handphone canggih sebagai contoh globalisasi di bidang komunikasi saat ini. Bahkan semua mengacungkan tangan saya ditanya siapa yang sudah memiliki handphone Android.

Selanjutnya, Watini membagi peserta didik ke dalam 4 kelompok pada setiap gelombang. Tiap-tiap kelompok beranggotakan 4- 5 orang. “Saya meminta mereka untuk membaca materi dampak globalisasi dan upaya menghadapinya dari buku paket selama 10 menit. Setelahnya, saya kembali bertanya kepada peserta didik dengan 2 pertanyaan,” kata Watini.

Pertanyaan pertama, apakah menggunakan handphone memberi dampak kepada para peserta didik? Pertanyaan kedua, bagaimana dampak yang dirasakan dihubungkan dengan dampak globalisasi yang diutlis dalam buku paket?

“Ternyata, hampir  80 persen peserta didik menjawab, penggunaan handphone selama ini memberi dampak negatif pada diri mereka. Mereka mengatakan, handphone lebih banyak mereka gunakan untuk bermain game, bersosial media, membuat TikTok, sibuk chattingan, dan lain sebagainya. Membuat mereka menjadi sering lalai dan lupa waktu untuk belajar di rumah dan melakukan aktivitas positif lainnya.

“Nah, Ibu akan membantu kalian menemukan dampak positif dari penggunaan handphone yang kalian miliki,” kata Watini, yang direspon penuh semangat oleh para peserta didik: “Caranya bagaimana Bu Guru?”

Lantas, Watini meminta peserta didik membuat video pembelajaran dengan tema dampak globalisasi dan upaya menghadapinya.

“Saya memberikan langkah-langkah membuat video, dimulai dari pembukaan, isi , dan penutup. Saya juga memberi kebebasan kepada anak didik untuk menggunakan aplikasi dalam pengeditan video, sesuai dengan yang sering mereka gunakan selama ini,” katanya.

Pembuatan video dibuat secara berkelompok, dan disepakati akan dikirim ke nomor WhatsApp guru, paling lambat satu minggu.

“Belum sampai satu minggu, sudah ada beberapa kelompok yang mengirim video pembelajaran yang mereka buat, ke WA saya,” katanya.

Watini mengaku sangat senang karena anak didiknya sangat bersemangat melaksanakan kegiatan tersebut. Dan sesuai waktu yang ditetapkan, seluruh kelompok sudah mengirimkan video yang mereka buat dengan tema dampak globalisasi dan upaya menghadapinya. “Video yang mereka kirimkan menggunakan berbagai aplikasi. Ada yang menggunakan Kine Master, Cupcut, powtoon, Tiktok, dan lainnya,” kata Watini dengan wajah semringah.

Kesaksian para anak didi, pembuatan video tidak menghabiskan terlalu banyak paket data. Apalagi biayanya mereka bagi 4-5 orang. “Mereka juga mengaku, selama proses pembuatan dan pengeditan video, mereka jadi lebih mudah memahami materi globalisasi,” jelasnya.

Seorang peserta didik bernama Septy, mengaku senang dengan proses belajar menggunakan unsur MIKiR tersebut. “Kami senang, Bu. Karena lebih paham apa saja dampak positif dan dampak negatif dari globalisasi. Kami sebagai pelajar juga menjadi tau bagaimana cara menghadapi globalisasi tersebut,” kata Septy manis.

Siswa bernama Aisyah mengatakan, dengan membuat video, artinya mereka juuga sudah memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Artinya, produk teknologi yang kami pakai telah memberikan dampak positif kepada kami, karena kami mampu memanfaatkannya untuk hal yang lebih berarti,” katanya.

Watini senang, materi Dampak Globalisasi dan Upaya Menghadapinya mampu diserap murid, dengan metode pembelajaran yang dipilihnya. (wat/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/