28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Stabilitas Sistem Keuangan di Sumut Meningkat

SUMUTPOS.CO – Kepala Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara (KPw BI Sumut), Soekowardojo mengatakan, ketahanan sistem keuangan di Sumatera Utara (Sumut) membaik. Hal ini terlihat dari tingkat profitabilitas (ROA) yang meningkat dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang relatif menurun bahkan lebih rendah dibandingkan rasio sebelum pandemi Covid-19.

KPw BI Sumut, Soekowardojo. Sumut Pos/ ist.

Sementara itu, tambahnya, pada indikator lainnya, intermediasi perbankan (LDR) tercatat meningkat, didorong respon penyaluran kredit yang lebih cepat dibandingkan DPK.

“Di sisi lain, kredit tertahan (Undisbursed Loan) menurun, didukung oleh penurunan pada kelompok Bank Swasta Nasional dan Bank Asing dan Campuran,” ujarnya, Kamis (16/12).

Adapun, terang Soekowardojo, spread bunga perbankan mencatatkan angka yang cukup stabil pada 5,3 persen, sedikit turun dibandingkan pada TW III 2021 sebesar 5,4 persen. Namun tetap sejalan dengan BI7DRRR yang masih di angka 3,5 persen.

Untuk dana pihak ketiga, lanjutnya, juga tercatat perbaikan dan pertumbuhan yang didorong oleh seluruh kelompok perbankan serta seluruh jenis simpanan.

“Berdasarkan hasil FGD bersama perbankan, menyatakan bahwa nasabah cenderung wait and see dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan ekspansi usaha,” ungkapnya.

Selain itu, sebut Soekowardojo, nasabah cenderung menjaga dananya tetap likuid agar dapat segera memanfaatkan momentum ketika pandemi mulai reda. “Untuk penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan yang didorong oleh bertumbuhnya seluruh jenis kredit, baik modal kerja, investasi, maupun konsumsi,” imbuhnya.

Dijelaskannya, dari sisi sektoral, penyaluran kredit turut tumbuh pada seluruh sektor utama. Hal ini mengindikasikan beberapa pelaku usaha sudah mulai melakukan pembiayaan untuk bisnisnya di samping indikasi DPK yang turut bertumbuh.

“Lebih dalam lagi, kredit perkebunan sawit dan karet juga menunjukkan pertumbuhan yang didorong naiknya harga komoditas CPO dan rubber internasional. Di sisi lain, risiko gagal bayar (NPL) tercatat menurun hingga 2,97 persen dari sebelumnya 3,02 persen pada TW III-21,” pungkasnya. (Dwi)

SUMUTPOS.CO – Kepala Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara (KPw BI Sumut), Soekowardojo mengatakan, ketahanan sistem keuangan di Sumatera Utara (Sumut) membaik. Hal ini terlihat dari tingkat profitabilitas (ROA) yang meningkat dan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang relatif menurun bahkan lebih rendah dibandingkan rasio sebelum pandemi Covid-19.

KPw BI Sumut, Soekowardojo. Sumut Pos/ ist.

Sementara itu, tambahnya, pada indikator lainnya, intermediasi perbankan (LDR) tercatat meningkat, didorong respon penyaluran kredit yang lebih cepat dibandingkan DPK.

“Di sisi lain, kredit tertahan (Undisbursed Loan) menurun, didukung oleh penurunan pada kelompok Bank Swasta Nasional dan Bank Asing dan Campuran,” ujarnya, Kamis (16/12).

Adapun, terang Soekowardojo, spread bunga perbankan mencatatkan angka yang cukup stabil pada 5,3 persen, sedikit turun dibandingkan pada TW III 2021 sebesar 5,4 persen. Namun tetap sejalan dengan BI7DRRR yang masih di angka 3,5 persen.

Untuk dana pihak ketiga, lanjutnya, juga tercatat perbaikan dan pertumbuhan yang didorong oleh seluruh kelompok perbankan serta seluruh jenis simpanan.

“Berdasarkan hasil FGD bersama perbankan, menyatakan bahwa nasabah cenderung wait and see dan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan ekspansi usaha,” ungkapnya.

Selain itu, sebut Soekowardojo, nasabah cenderung menjaga dananya tetap likuid agar dapat segera memanfaatkan momentum ketika pandemi mulai reda. “Untuk penyaluran kredit perbankan mengalami pertumbuhan yang didorong oleh bertumbuhnya seluruh jenis kredit, baik modal kerja, investasi, maupun konsumsi,” imbuhnya.

Dijelaskannya, dari sisi sektoral, penyaluran kredit turut tumbuh pada seluruh sektor utama. Hal ini mengindikasikan beberapa pelaku usaha sudah mulai melakukan pembiayaan untuk bisnisnya di samping indikasi DPK yang turut bertumbuh.

“Lebih dalam lagi, kredit perkebunan sawit dan karet juga menunjukkan pertumbuhan yang didorong naiknya harga komoditas CPO dan rubber internasional. Di sisi lain, risiko gagal bayar (NPL) tercatat menurun hingga 2,97 persen dari sebelumnya 3,02 persen pada TW III-21,” pungkasnya. (Dwi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/