KABANJAHE, SUMUTPOS.CO – Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi Selasa (17/1) pagi, menyebabkan Kota Kabanjahe dan Berastagi dihujani abu vulkanik. Meski tak setebal pada erupasi sebelumnya, namun abu sempat mengganggu pemandangan para pengendara, khususnya sepeda motor.
Abu yang menyerupai salju itu mengguyur rumah-rumah dan kendaraan warga. Atap-atap rumah dan mobil warga berubah putih bak tertimbun salju. Pantauan kru koran ini, meski abu mengguyur, tapi warga dan pengendara khususnya sepeda motor tak ada yang mengenakan masker. Meski mengganggu pernafasan dan menyebabkan wajah panas, tapi warga mengaku sudah biasa.
“Debu vulkanik ini sudah jadi makanan sehari-hari kita. Sudah biasalah,” kata Musa Ginting, seorang pengendara sepeda motor yang memilih tak mengenakan masker.
Hal senada juga dikatakan Boru Perangin-angin, seorang pedagang buah di Pusat Pasar Kabanjahe. “Nggak apa-apa Nakku, sudah biasa kami. Siapa lagi yang mau disalahkan, ini sudah kehendak Tuhan. Sebagai orang beragama, ya kita doakan saja agar Sinabung itu berhenti batuk,” harapnya.
Sementara itu, hingga kemarin sore Polres Tanah Karo belum ada menerima laporan soal kerusakan parah yang disebabkan gempa. Meski begitu, ada sebagian dinding rumah warga yang retak-retak. “Memang ada sebagian ada dinding rumah warga yang retak, ada juga seng rumah warga yang bengkok-bengkok di kawasan Simpang Empat dan Payung. Untuk saat ini Tanah Karo ini masih aman kondusif,” tandas Kasubag Humas Polres Karo saat dihubungi.
KABANJAHE, SUMUTPOS.CO – Erupsi Gunung Sinabung yang terjadi Selasa (17/1) pagi, menyebabkan Kota Kabanjahe dan Berastagi dihujani abu vulkanik. Meski tak setebal pada erupasi sebelumnya, namun abu sempat mengganggu pemandangan para pengendara, khususnya sepeda motor.
Abu yang menyerupai salju itu mengguyur rumah-rumah dan kendaraan warga. Atap-atap rumah dan mobil warga berubah putih bak tertimbun salju. Pantauan kru koran ini, meski abu mengguyur, tapi warga dan pengendara khususnya sepeda motor tak ada yang mengenakan masker. Meski mengganggu pernafasan dan menyebabkan wajah panas, tapi warga mengaku sudah biasa.
“Debu vulkanik ini sudah jadi makanan sehari-hari kita. Sudah biasalah,” kata Musa Ginting, seorang pengendara sepeda motor yang memilih tak mengenakan masker.
Hal senada juga dikatakan Boru Perangin-angin, seorang pedagang buah di Pusat Pasar Kabanjahe. “Nggak apa-apa Nakku, sudah biasa kami. Siapa lagi yang mau disalahkan, ini sudah kehendak Tuhan. Sebagai orang beragama, ya kita doakan saja agar Sinabung itu berhenti batuk,” harapnya.
Sementara itu, hingga kemarin sore Polres Tanah Karo belum ada menerima laporan soal kerusakan parah yang disebabkan gempa. Meski begitu, ada sebagian dinding rumah warga yang retak-retak. “Memang ada sebagian ada dinding rumah warga yang retak, ada juga seng rumah warga yang bengkok-bengkok di kawasan Simpang Empat dan Payung. Untuk saat ini Tanah Karo ini masih aman kondusif,” tandas Kasubag Humas Polres Karo saat dihubungi.