26.7 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Kebanggaan Nicky Salapu

Oleh: Syaifullah

Nicky Salapu punya kisah sejati. Pria 34 tahun itu adalah kiper utama Timnas Samoa Amerika, sebuah negara di bagian selatan Samudera Pasifik, di timur negara Samoa. Nicky Salapu salah satu yang bertanggungjawab saat timnasnya dibantai Australia 31-0! Miris.

SELAMA 90 menit pertandingan itu berlangsung, Salapu otomatis 31 kali bolak-balik memungut bola dari gawangnya sendiri. Wajahnya tak bersinar. Muram durja bak seorang pesakitan yang siap diekskusi mati.

Australia sungguh tega! Saat itu kedua tim mentas pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia, tepatnya pada 11 April 2001. Skuad Samoa Amerika bangga, sebab mereka akan melakoni laga internasional dengan negara yang cukup berpengalaman dan sudah beberapa kali masuk Piala Dunia.

Tapi siapa sangka, kubu Australia terlalu vulgar mengeksplorasi kelemahan lawan. Padahal sebelum laga itu, Samoa Amerika sudah dibantai Fiji 13-0 lalu dipermalukan negara tetangga sendiri, Samoa, 8-0. Di pertandingan ketiga kualifikasi Piala Dunia 2002 kontra negeri Kangguru yang paling menyedihkan. Kekalahan 31-0 adalah rekor tersendiri bagi Salapu: rekor kebobolan terbanyak dalam satu pertandingan.

Setelah kekalahan mengerikan itu, hidup Salapu berubah. Dia malu bertemu orang-orang, bahkan tak berani menatap wajah para pemain timnas Samoa Amerika sendiri. Yang lebih miris, anak Salapu mengalami bully mengerikan di sekolahnya. Anak Salapu mendadak ikut terkenal karena dicap sebagai anak kiper ‘dungu’ yang bisa kebobolan sebanyak 31 kali. Anaknya pun enggan sekolah. Acapkali mereka menangis berdua di rumah jika membanyangkan kengerian itu.

Tapi hidup harus tetap berjalan kawan! Tiga hari setelah laga itu dia tetap main untuk negerinya. Lawan yang dihadapi Tonga. Mereka kalah lagi 5-0.

Selanjutnya, hingga pertandingan internasional resmi mereka mencapai angka 30 pertandingan, Samoa Amerika selalu gagal menang. Bahkan imbang pun tak pernah. Sampai-sampai, pelatih mereka di masa-masa suram itu, Tony Langkilde bilang: Di sepak bola ada tiga kemungkinan. Menang, imbang dan kalah. Tapi bagi kami hanya ada satu kemungkinan. Kalah! Kami tak punya dua kemungkinan lagi.

Bayangkan saja, seorang pelatih saja sudah ngomong begitu. Bagaimana mental para pemain yang dibinanya. Dan memang sungguh mengenaskan, dari 30 laga itu tak kurang mereka kebobolan 91 gol dan hanya bikin satu gol saja.

Pada suatu waktu, ketika orang Samoa Amerika sudah mulai menyerah main bola, seorang pria asal Amerika Serikat bernama Thomas Rongen datang. Dia menangis melihat nasib Samoa Amerika. Dia nonton di Youtube pertandingan 31-0 kontra Australia. Dan dia pun melamar jadi pelatih dengan target sangat sederhana: menang! Nicky Salapu dipanggilnya lagi jadi penjaga gawang. Lewat pendekatan konseling, Salapu ditenangkan dan diyakinkan bahwa suatu hari pasti mereka bisa merasakan kemenangan! Mereka akan punya hak merayakan gol, sama halnya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi berlari diikuti rekan-rekannya.

Selama proses latihan, Rongen merasakan bahwa timnya memang tak berbakat. Bahkan terkesan ogah-ogahan dalam berlatih. Di situlah peran Salapu. Rongen bilang kepada skuadnya bahwa Salapu adalah saksi hidup kekalahan demi kekalahan mengerikan yang diderita Samoa Amerika. Dengan tekad tak lagi ingin dipermalukan, Samoa Amerika bangkit dengan kekuatan seadanya.

10 tahun setelah pembantaian Australia, tepatnya 23 November 2011 Samoa Amerika merayakan kemenangan. Kemenangan perdana yang sungguh mulia. 70 ribuan penduduk Samoa Amerika berpesta. Timnas Tonga adalah negara pertama yang sukses mereka pecundangi dengan skor tipis saja 2-1.

Tendangan jarak jauh Ramin Ott mengawali kemenangan Samoa Amerika pada menit ke-44, dan tendangan lambung Shalom Luani menggandakan keunggulan di menit ke-74. Tonga hanya bisa memperkecil kekalahan lewat tandukan Unaloto Faeo tiga menit sebelum laga usai.

Sebuah kisah sejati yang meneteskan air mata kebanggaan. Usai laga, Rongen menyebut hal pertama yang dikatakan Salapu adalah: Sekarang saya dapat memberitahu anak-anak saya bahwa saya adalah pemenang. “Hal itu jauh lebih penting dari sepak bola itu sendiri,” kata Rongen soal perjuangan Salapu.

Buah dari perjuangan Nicky Salapu dkk lantas mendapat perhatian dari penggarap film dokumenter. Kemenangan America Samoa atas Tonga, menjadi inspirasi bagi sutradara Mike Brett yang dibantu Kristian Brodie dan Steve Jamison untuk mengeluarkan film berjudul Next Goal Win.

So, apakah ada cerita sepak bola lebih dramatis dari kisah ini? Sepak bola kita mungkin boleh berkaca dari Nicky Salapu dkk demi satu kata: bangkit! (*)

Oleh: Syaifullah

Nicky Salapu punya kisah sejati. Pria 34 tahun itu adalah kiper utama Timnas Samoa Amerika, sebuah negara di bagian selatan Samudera Pasifik, di timur negara Samoa. Nicky Salapu salah satu yang bertanggungjawab saat timnasnya dibantai Australia 31-0! Miris.

SELAMA 90 menit pertandingan itu berlangsung, Salapu otomatis 31 kali bolak-balik memungut bola dari gawangnya sendiri. Wajahnya tak bersinar. Muram durja bak seorang pesakitan yang siap diekskusi mati.

Australia sungguh tega! Saat itu kedua tim mentas pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia, tepatnya pada 11 April 2001. Skuad Samoa Amerika bangga, sebab mereka akan melakoni laga internasional dengan negara yang cukup berpengalaman dan sudah beberapa kali masuk Piala Dunia.

Tapi siapa sangka, kubu Australia terlalu vulgar mengeksplorasi kelemahan lawan. Padahal sebelum laga itu, Samoa Amerika sudah dibantai Fiji 13-0 lalu dipermalukan negara tetangga sendiri, Samoa, 8-0. Di pertandingan ketiga kualifikasi Piala Dunia 2002 kontra negeri Kangguru yang paling menyedihkan. Kekalahan 31-0 adalah rekor tersendiri bagi Salapu: rekor kebobolan terbanyak dalam satu pertandingan.

Setelah kekalahan mengerikan itu, hidup Salapu berubah. Dia malu bertemu orang-orang, bahkan tak berani menatap wajah para pemain timnas Samoa Amerika sendiri. Yang lebih miris, anak Salapu mengalami bully mengerikan di sekolahnya. Anak Salapu mendadak ikut terkenal karena dicap sebagai anak kiper ‘dungu’ yang bisa kebobolan sebanyak 31 kali. Anaknya pun enggan sekolah. Acapkali mereka menangis berdua di rumah jika membanyangkan kengerian itu.

Tapi hidup harus tetap berjalan kawan! Tiga hari setelah laga itu dia tetap main untuk negerinya. Lawan yang dihadapi Tonga. Mereka kalah lagi 5-0.

Selanjutnya, hingga pertandingan internasional resmi mereka mencapai angka 30 pertandingan, Samoa Amerika selalu gagal menang. Bahkan imbang pun tak pernah. Sampai-sampai, pelatih mereka di masa-masa suram itu, Tony Langkilde bilang: Di sepak bola ada tiga kemungkinan. Menang, imbang dan kalah. Tapi bagi kami hanya ada satu kemungkinan. Kalah! Kami tak punya dua kemungkinan lagi.

Bayangkan saja, seorang pelatih saja sudah ngomong begitu. Bagaimana mental para pemain yang dibinanya. Dan memang sungguh mengenaskan, dari 30 laga itu tak kurang mereka kebobolan 91 gol dan hanya bikin satu gol saja.

Pada suatu waktu, ketika orang Samoa Amerika sudah mulai menyerah main bola, seorang pria asal Amerika Serikat bernama Thomas Rongen datang. Dia menangis melihat nasib Samoa Amerika. Dia nonton di Youtube pertandingan 31-0 kontra Australia. Dan dia pun melamar jadi pelatih dengan target sangat sederhana: menang! Nicky Salapu dipanggilnya lagi jadi penjaga gawang. Lewat pendekatan konseling, Salapu ditenangkan dan diyakinkan bahwa suatu hari pasti mereka bisa merasakan kemenangan! Mereka akan punya hak merayakan gol, sama halnya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi berlari diikuti rekan-rekannya.

Selama proses latihan, Rongen merasakan bahwa timnya memang tak berbakat. Bahkan terkesan ogah-ogahan dalam berlatih. Di situlah peran Salapu. Rongen bilang kepada skuadnya bahwa Salapu adalah saksi hidup kekalahan demi kekalahan mengerikan yang diderita Samoa Amerika. Dengan tekad tak lagi ingin dipermalukan, Samoa Amerika bangkit dengan kekuatan seadanya.

10 tahun setelah pembantaian Australia, tepatnya 23 November 2011 Samoa Amerika merayakan kemenangan. Kemenangan perdana yang sungguh mulia. 70 ribuan penduduk Samoa Amerika berpesta. Timnas Tonga adalah negara pertama yang sukses mereka pecundangi dengan skor tipis saja 2-1.

Tendangan jarak jauh Ramin Ott mengawali kemenangan Samoa Amerika pada menit ke-44, dan tendangan lambung Shalom Luani menggandakan keunggulan di menit ke-74. Tonga hanya bisa memperkecil kekalahan lewat tandukan Unaloto Faeo tiga menit sebelum laga usai.

Sebuah kisah sejati yang meneteskan air mata kebanggaan. Usai laga, Rongen menyebut hal pertama yang dikatakan Salapu adalah: Sekarang saya dapat memberitahu anak-anak saya bahwa saya adalah pemenang. “Hal itu jauh lebih penting dari sepak bola itu sendiri,” kata Rongen soal perjuangan Salapu.

Buah dari perjuangan Nicky Salapu dkk lantas mendapat perhatian dari penggarap film dokumenter. Kemenangan America Samoa atas Tonga, menjadi inspirasi bagi sutradara Mike Brett yang dibantu Kristian Brodie dan Steve Jamison untuk mengeluarkan film berjudul Next Goal Win.

So, apakah ada cerita sepak bola lebih dramatis dari kisah ini? Sepak bola kita mungkin boleh berkaca dari Nicky Salapu dkk demi satu kata: bangkit! (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/