26 C
Medan
Saturday, December 6, 2025

Eramas dan Djoss Sama-sama Pede

Namun fakta yang ada selama ini, kata dia, belum tampak kepemimpinan yang kuat, efektif dan tepat melakukan pengelolaan kekayaan sumber daya tadi. Oleh karenanya hal itu bukan malah menjadi kekuatan melainkan titik lemah bagi Sumut. “Jangan heran kalau Sumut sekarang bukan lagi menjadi salah satu provinsi terpenting dan strategis di Indonesia. Justru kita tertinggal dari berbagai aspek itu,” katanya.

Hal itu pula menjadi motivasi lahirnya kepemimpinan baru untuk masyarakat Sumut, lanjut Irham, dalam pesta demokrasi 2018 ini. “Dan pilihan yang tepat itu adalah Edy Rahmayadi,” tuturnya.

Pada konteks sosialisasi yang dilakukan Eramas sejauh ini, kata dia, masyarakat Sumut belum sampai di tingkat apatis memilih pemimpin, melainkan masih pesimistis. Dimana masyarakat sesungguhnya ingin turut serta dalam pembangunan, kepentingan sosial lain namun tidak mendapat ruang yang cukup baik.

“Dan itu sangat dipengaruhi oleh tata kelola pemerintahannya. Sehingga ke depan antara pemprov dan pemda di Sumut harus ada relasi kuat yang terbangun. Semata-mata untuk mensejahterahkan masyarakat Sumut. Inilah yang kami dengar langsung dari masyarakat saat Pak Edy dan Ijeck menyapa mereka di berbagai daerah di Sumut saat kampanye,” pungkasnya.

Ketua Tim Kampanye Djoss, Djumiran Abdi juga mengaku demikian. Dikatakannya, kalau masyarakat Sumut tidak senang akan kehadiran Djarot-Sihar saat kampanye, tidak mungkin kehadiran warga begitu ramai saat keduanya menghampiri masyarakat.

“Sambutannya tentu sangat bagus dan positif. Kami merasa sambutan masyarakat itu luar biasa. Bahkan di satu titik yang kami rencanakan mampir, justru molor lebih dari satu jam. Itu artinya masyarakat sangat antusias dengan pasangan Djoss,” katanya.

Pihaknya juga mengklaim, di banyak daerah saat blusukan masyarakat mendambakan sosok Djarot dan Sihar yang dinilai mampu membawa perubahan baru bagi Sumut lima tahun ke depan. “Dan itu tidak direkayasa dan dibuat-buat. Bayangkan saja saat kami hadir di satu daerah, masyarakat sudah menunggu ramai di pinggir jalan. Mereka senang menyambut kedatangan calon pemimpin baru mereka,” katanya. (prn)

Namun fakta yang ada selama ini, kata dia, belum tampak kepemimpinan yang kuat, efektif dan tepat melakukan pengelolaan kekayaan sumber daya tadi. Oleh karenanya hal itu bukan malah menjadi kekuatan melainkan titik lemah bagi Sumut. “Jangan heran kalau Sumut sekarang bukan lagi menjadi salah satu provinsi terpenting dan strategis di Indonesia. Justru kita tertinggal dari berbagai aspek itu,” katanya.

Hal itu pula menjadi motivasi lahirnya kepemimpinan baru untuk masyarakat Sumut, lanjut Irham, dalam pesta demokrasi 2018 ini. “Dan pilihan yang tepat itu adalah Edy Rahmayadi,” tuturnya.

Pada konteks sosialisasi yang dilakukan Eramas sejauh ini, kata dia, masyarakat Sumut belum sampai di tingkat apatis memilih pemimpin, melainkan masih pesimistis. Dimana masyarakat sesungguhnya ingin turut serta dalam pembangunan, kepentingan sosial lain namun tidak mendapat ruang yang cukup baik.

“Dan itu sangat dipengaruhi oleh tata kelola pemerintahannya. Sehingga ke depan antara pemprov dan pemda di Sumut harus ada relasi kuat yang terbangun. Semata-mata untuk mensejahterahkan masyarakat Sumut. Inilah yang kami dengar langsung dari masyarakat saat Pak Edy dan Ijeck menyapa mereka di berbagai daerah di Sumut saat kampanye,” pungkasnya.

Ketua Tim Kampanye Djoss, Djumiran Abdi juga mengaku demikian. Dikatakannya, kalau masyarakat Sumut tidak senang akan kehadiran Djarot-Sihar saat kampanye, tidak mungkin kehadiran warga begitu ramai saat keduanya menghampiri masyarakat.

“Sambutannya tentu sangat bagus dan positif. Kami merasa sambutan masyarakat itu luar biasa. Bahkan di satu titik yang kami rencanakan mampir, justru molor lebih dari satu jam. Itu artinya masyarakat sangat antusias dengan pasangan Djoss,” katanya.

Pihaknya juga mengklaim, di banyak daerah saat blusukan masyarakat mendambakan sosok Djarot dan Sihar yang dinilai mampu membawa perubahan baru bagi Sumut lima tahun ke depan. “Dan itu tidak direkayasa dan dibuat-buat. Bayangkan saja saat kami hadir di satu daerah, masyarakat sudah menunggu ramai di pinggir jalan. Mereka senang menyambut kedatangan calon pemimpin baru mereka,” katanya. (prn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru