27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Sumut Diminta Berinovasi

paralayangSIMALUNGUN – Pemerintah Kabupaten Simalungun mempunyai daerah wisata yang dapat dibanggakan dengan bentangan pemandangan Danau Toba. Parapat sebagai salah satu objek wisata, di era 90-an pernah mengalami kejayaan dan ramai dikunjungi wisatawan. Namun belakangan, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara dikeluhkan berbagai pelaku usaha pariwisata.

Pimpinan biro perjalanan wisata Komunitas Fun Adventure Trip (FAN) Medan Azmi, Sabtu (16/11) mengatakan, jumlah wisatawan mancanegara tujuan Parapat sangat menurun drastis jika dibanding dengan tahun 90-an. Hal itu tidak terlepas dari berbagai faktor, seperti infrastruktur, akomodasi wisata dan juga kurangnya inovasi-inovasi atau hal-hal baru yang ditonjolkan di daerah wisata tersebut.

“Kondisi infrastruktur jalan memang menjadi masalah utama wisatawan mancanegara menuju Parapat. Misalnya saja, jika wisatawan hanya memiliki waktu singkat, yakni sekitar 2-3 hari, maka perjalanan ke Parapat akan dinomorduakan dengan alasan mengutamakan daerah wisata Lauser yang dianggap lebih natural (alami, red). Kemudian wisatawan berangkat ke Berastasgi dan waktunya habis di sana,” ujarnya.

Menurut Azmi, para wisatawan biasanya tetap mengagumi daerah wisata Parapat dengan keindahan alamnya. Sangat disayangkan waktu tempuh Medan-Parapat yang berkisar lima jam menjadi salah satu kendala. Namun demikian, pemerintah daerah juga seharusnya lebih kreatif dengan memunculkan berbagai kegiatan atau hal-hal menarik tentang kebudayaan di daerah wisata, sehingga tidak monoton.

“Jika di mata wisatawan mancanegara yang dikenal adalah Bali bukan Indonesia. Demikian halnya dengan Parapat atau Danau Toba. Secara umum harus menjadi ikon wisata north sumatera (Sumatera Utara),” ujarnya.

Hal senada diungkapkan pengusaha makanan di lokasi wisata Danau Toba, Linus Bakkara. Selain keindahan alam, pemerintah juga diminta akan lebih meningkatkan penonjolan wisata budaya.

Menurut Linus, beberapa minggu lalu merupakan libur panjang perayaan Idul Adha 1434 H. Dimana warga seharusnya dapat berlibur sejak Sabtu hingga Selasa atau empat hari. Namun kondisi pengunjung wisata berbeda dengan yang diharapkan. Wisatawan domestik merasa bosan dengan tidak adanya hal baru untuk dinikmati karena sebelumnya sudah pernah berkunjung. Harusnya pemerintah menggalakkan pertunjukkan atau pergelaran Budaya.

“Pemerintah seharusnya tidak menyerah dengan menyalahkan kondisi infrastruktur. Namun dibutuhkan inovasi-inovasi baru. Jika Di Parapat ini diselenggarakan pertunjukkan seperti acara musik, pertunjukan budaya dan lainnya, tentu akan lebih meriah. Parapat meupakan salah satu daerah penyumbang PAD Simalungun, namun sangat disayangkan pengembangan wisata dinilai jalan di tempat,” harapnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun Rijal EP Saragih mengatakan, untuk tahun 2013 jumlah anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Simalungun yang ditampung dalam APBD berkisar Rp3 miliar.

“Sejak saya menjabat Kadisbudpar, maka anggaran sudah terealisasi sekitar 80 persen. Adapun daerah unggulan pengembangan wisata di antaranya tujuan wisata Parapat, Huta Tinggi. Tahun 2013 misalnya, dianggarkan untuk program pengembangan destinasi pariwisata daerah Parapat sebasar Rp80 juta. Untuk anggaran 2014 belum bisa kita sebutkan karena saat ini masih R APBD. Artinya masih bisa berubah, namun tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujarnya. (rah)

paralayangSIMALUNGUN – Pemerintah Kabupaten Simalungun mempunyai daerah wisata yang dapat dibanggakan dengan bentangan pemandangan Danau Toba. Parapat sebagai salah satu objek wisata, di era 90-an pernah mengalami kejayaan dan ramai dikunjungi wisatawan. Namun belakangan, kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara dikeluhkan berbagai pelaku usaha pariwisata.

Pimpinan biro perjalanan wisata Komunitas Fun Adventure Trip (FAN) Medan Azmi, Sabtu (16/11) mengatakan, jumlah wisatawan mancanegara tujuan Parapat sangat menurun drastis jika dibanding dengan tahun 90-an. Hal itu tidak terlepas dari berbagai faktor, seperti infrastruktur, akomodasi wisata dan juga kurangnya inovasi-inovasi atau hal-hal baru yang ditonjolkan di daerah wisata tersebut.

“Kondisi infrastruktur jalan memang menjadi masalah utama wisatawan mancanegara menuju Parapat. Misalnya saja, jika wisatawan hanya memiliki waktu singkat, yakni sekitar 2-3 hari, maka perjalanan ke Parapat akan dinomorduakan dengan alasan mengutamakan daerah wisata Lauser yang dianggap lebih natural (alami, red). Kemudian wisatawan berangkat ke Berastasgi dan waktunya habis di sana,” ujarnya.

Menurut Azmi, para wisatawan biasanya tetap mengagumi daerah wisata Parapat dengan keindahan alamnya. Sangat disayangkan waktu tempuh Medan-Parapat yang berkisar lima jam menjadi salah satu kendala. Namun demikian, pemerintah daerah juga seharusnya lebih kreatif dengan memunculkan berbagai kegiatan atau hal-hal menarik tentang kebudayaan di daerah wisata, sehingga tidak monoton.

“Jika di mata wisatawan mancanegara yang dikenal adalah Bali bukan Indonesia. Demikian halnya dengan Parapat atau Danau Toba. Secara umum harus menjadi ikon wisata north sumatera (Sumatera Utara),” ujarnya.

Hal senada diungkapkan pengusaha makanan di lokasi wisata Danau Toba, Linus Bakkara. Selain keindahan alam, pemerintah juga diminta akan lebih meningkatkan penonjolan wisata budaya.

Menurut Linus, beberapa minggu lalu merupakan libur panjang perayaan Idul Adha 1434 H. Dimana warga seharusnya dapat berlibur sejak Sabtu hingga Selasa atau empat hari. Namun kondisi pengunjung wisata berbeda dengan yang diharapkan. Wisatawan domestik merasa bosan dengan tidak adanya hal baru untuk dinikmati karena sebelumnya sudah pernah berkunjung. Harusnya pemerintah menggalakkan pertunjukkan atau pergelaran Budaya.

“Pemerintah seharusnya tidak menyerah dengan menyalahkan kondisi infrastruktur. Namun dibutuhkan inovasi-inovasi baru. Jika Di Parapat ini diselenggarakan pertunjukkan seperti acara musik, pertunjukan budaya dan lainnya, tentu akan lebih meriah. Parapat meupakan salah satu daerah penyumbang PAD Simalungun, namun sangat disayangkan pengembangan wisata dinilai jalan di tempat,” harapnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Simalungun Rijal EP Saragih mengatakan, untuk tahun 2013 jumlah anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Simalungun yang ditampung dalam APBD berkisar Rp3 miliar.

“Sejak saya menjabat Kadisbudpar, maka anggaran sudah terealisasi sekitar 80 persen. Adapun daerah unggulan pengembangan wisata di antaranya tujuan wisata Parapat, Huta Tinggi. Tahun 2013 misalnya, dianggarkan untuk program pengembangan destinasi pariwisata daerah Parapat sebasar Rp80 juta. Untuk anggaran 2014 belum bisa kita sebutkan karena saat ini masih R APBD. Artinya masih bisa berubah, namun tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya,” ujarnya. (rah)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/