BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Sepuluh kelompok tani (Poktan) di persawahan Pulo Godang, Sipente dan Aek Pahu, Kecamatan Batangtoru, melakukan panen raya pada hari ini Kamis (17/12) dan Sabtu (12/12) lalu.
Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan 10 Poktan tersebut, membuat demplot percontohan pengembangan padi unggul seluas 10 hektar. Demplot percontohan tersebut memperkenalkan cara penanaman padi dengan sistem jajar legowo dan SRI (system of rice intensification). Hasil pengubinan (pengukuran) yang dilakukan oleh staff dari Kantor BPS Kabupaten Tapanuli Selatan, diperoleh hasil tertinggi untuk metode jajar legowo sebesar 8,6 ton/ha dan metode SRI mencapai 9,3 ton/Ha. Hasil penen ini merupakan pencapaian tertinggi selama ini untuk wilayah Kecamatan Batangtoru.
Panen ini disaksikan oleh Kepala BPS Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) Intan Manggalawati Harahap, Perwakilan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan (Tapsel), Perwakilan Kepala BP2KP (Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan) Tapsel , Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Batangtoru Azhar Nasution, serta Manajer Pengembangan Masyarakat Tambang Emas Martabe Latif Supriadi.
Sistem penanaman padi di Persawahan ini menggunakan sistem jajar legowo dan SRI. Sistem jajar legowo ini merupakan sistem penanaman padi berjajar dua baris dengan jarak sekitar 20 cm antar baris dan 12, 5 cm antar tanaman. Setiap dua jajar berjarak 40 cm dengan jajaran padi lainnya dalam satu petak. Sistem penanaman jajar legowo ini memungkinkan tanaman padi mendapatkan penyinaran sinar matahari yang lebih baik dan tidak disukai hama tikus.
Sedangkan sistem SRI adalah cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses management system perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman, air dan penggunaan pupuk yang lebih ramah lingkungan. Dengan sistem pemupukan, pengairan, teknologi tanam, dan pengelolaan yang baik, sistem jajar legowo bisa meningkatkan populasi tanaman padi dan hasil produksi 30 persen lebih banyak dibandingkan sistem penanaman konvensional yang selama ini masih dilakukan petani.
BATANGTORU, SUMUTPOS.CO – Sepuluh kelompok tani (Poktan) di persawahan Pulo Godang, Sipente dan Aek Pahu, Kecamatan Batangtoru, melakukan panen raya pada hari ini Kamis (17/12) dan Sabtu (12/12) lalu.
Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan 10 Poktan tersebut, membuat demplot percontohan pengembangan padi unggul seluas 10 hektar. Demplot percontohan tersebut memperkenalkan cara penanaman padi dengan sistem jajar legowo dan SRI (system of rice intensification). Hasil pengubinan (pengukuran) yang dilakukan oleh staff dari Kantor BPS Kabupaten Tapanuli Selatan, diperoleh hasil tertinggi untuk metode jajar legowo sebesar 8,6 ton/ha dan metode SRI mencapai 9,3 ton/Ha. Hasil penen ini merupakan pencapaian tertinggi selama ini untuk wilayah Kecamatan Batangtoru.
Panen ini disaksikan oleh Kepala BPS Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) Intan Manggalawati Harahap, Perwakilan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tapanuli Selatan (Tapsel), Perwakilan Kepala BP2KP (Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan) Tapsel , Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Batangtoru Azhar Nasution, serta Manajer Pengembangan Masyarakat Tambang Emas Martabe Latif Supriadi.
Sistem penanaman padi di Persawahan ini menggunakan sistem jajar legowo dan SRI. Sistem jajar legowo ini merupakan sistem penanaman padi berjajar dua baris dengan jarak sekitar 20 cm antar baris dan 12, 5 cm antar tanaman. Setiap dua jajar berjarak 40 cm dengan jajaran padi lainnya dalam satu petak. Sistem penanaman jajar legowo ini memungkinkan tanaman padi mendapatkan penyinaran sinar matahari yang lebih baik dan tidak disukai hama tikus.
Sedangkan sistem SRI adalah cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses management system perakaran dengan berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman, air dan penggunaan pupuk yang lebih ramah lingkungan. Dengan sistem pemupukan, pengairan, teknologi tanam, dan pengelolaan yang baik, sistem jajar legowo bisa meningkatkan populasi tanaman padi dan hasil produksi 30 persen lebih banyak dibandingkan sistem penanaman konvensional yang selama ini masih dilakukan petani.