26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Djarot-Sihar Layani Masyarakat seperti Raja

Triadi Wibowo/Sumut Pos_
Paslon Djarot Saiful dengan Sihar Sitorus saat berkunjung ke Graha Pena, Kamis (18/1)

Ternyata kedatangannya ke Sumut, disambut baik masyarakat yang menurutnya memberikan respon luar biasa menerima dirinya sebagai sosok yang diidolakan warga. Tak ayal, hal ini juga menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi Djarot dengan adanya euforia di masyarakat terhadap dirinya yang diharap bisa membawa perubahan di masa depan.

“Bahkan setelah melihat foto-foto saya bersama masyarakat di Sumut, istri saya bilang, kalau sampai saya menolak mencalonkan diri di Sumut, saya akan berdosa. Karena begitu luar biasanya sambutan warga,” akunya.

Menjawab itu, Djarot pun mengakui dirinya bersama Sihar Sitorus membawa misi yang tidak mudah, kerana selain memenuhi ekspektasi masyarakat, juga harus mengubah pola pikir (mindset) yang selama ini seperti tertanam di pikiran banyak orang, Sumut itu identik dengan ‘semua urusan mesti uang tunai’ atau semua urusan sering dipersulit. Sehingga satu konsep yang mungkin akan menjadi ‘jualan’ kedua tokoh ini, mereka akan menjadikan ‘semua urusan itu mudah dan transparan’ yang juga bisa disingkat ‘Sumut’.

“Kita tahu karakter Sumut ini keras dan pekerja keras. Apalagi istilahnya, di Sumut ini banyak raja-raja kan. Jadi biarlah kami menjadi pelayannya. Karena prinsipnya menjadi pemimpin itu adalah melayani,” sebut Djarot sekaligus menekankan, konsep birokrasi juga harus bisa berubah menjadi benar-benar melayani.

Masih soal euforia tadi, Dajrot pun menceritakan bagaimana dirinya merasa seperti seorang artis yang mencuri perhatian orang selama berada di tempat umum di Sumut. Mulai dari para ibu-ibu pedagang, pekerja rumah makan, sampai katanya ada petugas di SPBU, meninggalkan pekerjaannya demi mendapatkan momen foto bersama mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Dan memang secara popularitas, namanya sudah santer diberitakan saat suhu politk di ibukota sedang hangat pada dua tahun terakhir.

Tetapi bukan politik namanya kalau tidak ada wacana saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal kontestasi di seluruh pemilihan, mulai Pileg, Pilpresm Pilgub, Pilkada hingga Pilkades. Hal itu pun sepertinya lumrah bagi Djarot yang menganggap persaingan adalah hal yang biasa. Dirinya pun tidak memungkiri bahwa identitas sebagai suku Jawa melekat dalam dirinya. Begitu juga masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan lain sebagaianya sebagai sebuah penanda.

Triadi Wibowo/Sumut Pos_
Paslon Djarot Saiful dengan Sihar Sitorus saat berkunjung ke Graha Pena, Kamis (18/1)

Ternyata kedatangannya ke Sumut, disambut baik masyarakat yang menurutnya memberikan respon luar biasa menerima dirinya sebagai sosok yang diidolakan warga. Tak ayal, hal ini juga menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi Djarot dengan adanya euforia di masyarakat terhadap dirinya yang diharap bisa membawa perubahan di masa depan.

“Bahkan setelah melihat foto-foto saya bersama masyarakat di Sumut, istri saya bilang, kalau sampai saya menolak mencalonkan diri di Sumut, saya akan berdosa. Karena begitu luar biasanya sambutan warga,” akunya.

Menjawab itu, Djarot pun mengakui dirinya bersama Sihar Sitorus membawa misi yang tidak mudah, kerana selain memenuhi ekspektasi masyarakat, juga harus mengubah pola pikir (mindset) yang selama ini seperti tertanam di pikiran banyak orang, Sumut itu identik dengan ‘semua urusan mesti uang tunai’ atau semua urusan sering dipersulit. Sehingga satu konsep yang mungkin akan menjadi ‘jualan’ kedua tokoh ini, mereka akan menjadikan ‘semua urusan itu mudah dan transparan’ yang juga bisa disingkat ‘Sumut’.

“Kita tahu karakter Sumut ini keras dan pekerja keras. Apalagi istilahnya, di Sumut ini banyak raja-raja kan. Jadi biarlah kami menjadi pelayannya. Karena prinsipnya menjadi pemimpin itu adalah melayani,” sebut Djarot sekaligus menekankan, konsep birokrasi juga harus bisa berubah menjadi benar-benar melayani.

Masih soal euforia tadi, Dajrot pun menceritakan bagaimana dirinya merasa seperti seorang artis yang mencuri perhatian orang selama berada di tempat umum di Sumut. Mulai dari para ibu-ibu pedagang, pekerja rumah makan, sampai katanya ada petugas di SPBU, meninggalkan pekerjaannya demi mendapatkan momen foto bersama mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Dan memang secara popularitas, namanya sudah santer diberitakan saat suhu politk di ibukota sedang hangat pada dua tahun terakhir.

Tetapi bukan politik namanya kalau tidak ada wacana saling menjatuhkan satu sama lain dalam hal kontestasi di seluruh pemilihan, mulai Pileg, Pilpresm Pilgub, Pilkada hingga Pilkades. Hal itu pun sepertinya lumrah bagi Djarot yang menganggap persaingan adalah hal yang biasa. Dirinya pun tidak memungkiri bahwa identitas sebagai suku Jawa melekat dalam dirinya. Begitu juga masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat dan lain sebagaianya sebagai sebuah penanda.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/