25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Djarot-Sihar Layani Masyarakat seperti Raja

Sementara sebagai pengurus partai, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut, Soetarto menyakini hadirnya sosok Djarot-Sihar membawa gairah tersendiri bagi masyarakat. Di luar topik pembicaraan politik rasional, ia melihat penerimaan warga terhadap jagoannya itu sama sekali bukan direkayasa atau dipolarisasi, tapi mengalir begitu saja dengan kesahajaan seorang Djarot.

Karena itu pula, Soetarto optimis dengan soliditas seluruh kader partai di Sumut, maka perjuangan untuk membawa Djarot-Sihar meraih suara terbanyak di Pilgub Sumut, 27 Juni 2018 mendatang, juga akan semakin terbuka peluangnya.

Pengamat politik dan pemerintahan dari UMSU, Rio Affandi Siregar mengatakan, potensi kehadiran sosok Djarot-Sihar di Pilgub Sumut masih 50:50. Menurutnya ada plus minus keduanya yang kemudian bisa dimanfaatkan sekaligus juga diantisipasi.

Pertama adalah pengalaman memimpin dari daerah hingga ke ibukota (DKI Jakarta), yang membuat namanya diperhitungkan di mata para pemilih rasional yang lebih mengedepankan sisi objektif dalam mempertimbangkan sesuatu. “Pengalamannya memimpin DKI Jakarta itu sangat luar biasa. Apalagi kita tahu untuk pencalonannya di Sumut, Djarot diusung PDI Perjuangan yang basisnya cukup besar di Sumut. Jika mesin partai berjalan efektif, maka bukan tidka mungkin akan bisa membawa kemenangan seperti Pilgub lalu, calon PDIP meraih suara nomor dua terbanyak,” sebut Rio.

Sedangkan sisi minusnya kata Rio, tidak bisa dipungkiri bahwa di masyarakat masih ada pola pikir yang mengedepankan identitas kesukuan atau istilahnya ‘putra daerah’. Wacana ini kemudian bisa menjadi bahan kampanye negatif bagi pesaingnya untuk disampaikan kepada publik. Karea tentu alasan utama menolak kehadiran Djarot di Sumut adalah pengenalan daerah dengan segala dinamika yang ada. Ditambah lagi, sosok tersebut punya hubungan dengan nama Gubernur DKI Jakarta sebelumnya yang memicu kontroversi di Indonesia.

“Mereka juga harus memperhitungkan pasangan dengan Sihar Sitorus dengan mengusung calon pelangi. Sehingga mesin partai PDI Perjuangan menjadi kunci, apakah Djarot-Sihar bisa mengakar di Sumut atau tidak,” katanya. (bal/adz)

Sementara sebagai pengurus partai, Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sumut, Soetarto menyakini hadirnya sosok Djarot-Sihar membawa gairah tersendiri bagi masyarakat. Di luar topik pembicaraan politik rasional, ia melihat penerimaan warga terhadap jagoannya itu sama sekali bukan direkayasa atau dipolarisasi, tapi mengalir begitu saja dengan kesahajaan seorang Djarot.

Karena itu pula, Soetarto optimis dengan soliditas seluruh kader partai di Sumut, maka perjuangan untuk membawa Djarot-Sihar meraih suara terbanyak di Pilgub Sumut, 27 Juni 2018 mendatang, juga akan semakin terbuka peluangnya.

Pengamat politik dan pemerintahan dari UMSU, Rio Affandi Siregar mengatakan, potensi kehadiran sosok Djarot-Sihar di Pilgub Sumut masih 50:50. Menurutnya ada plus minus keduanya yang kemudian bisa dimanfaatkan sekaligus juga diantisipasi.

Pertama adalah pengalaman memimpin dari daerah hingga ke ibukota (DKI Jakarta), yang membuat namanya diperhitungkan di mata para pemilih rasional yang lebih mengedepankan sisi objektif dalam mempertimbangkan sesuatu. “Pengalamannya memimpin DKI Jakarta itu sangat luar biasa. Apalagi kita tahu untuk pencalonannya di Sumut, Djarot diusung PDI Perjuangan yang basisnya cukup besar di Sumut. Jika mesin partai berjalan efektif, maka bukan tidka mungkin akan bisa membawa kemenangan seperti Pilgub lalu, calon PDIP meraih suara nomor dua terbanyak,” sebut Rio.

Sedangkan sisi minusnya kata Rio, tidak bisa dipungkiri bahwa di masyarakat masih ada pola pikir yang mengedepankan identitas kesukuan atau istilahnya ‘putra daerah’. Wacana ini kemudian bisa menjadi bahan kampanye negatif bagi pesaingnya untuk disampaikan kepada publik. Karea tentu alasan utama menolak kehadiran Djarot di Sumut adalah pengenalan daerah dengan segala dinamika yang ada. Ditambah lagi, sosok tersebut punya hubungan dengan nama Gubernur DKI Jakarta sebelumnya yang memicu kontroversi di Indonesia.

“Mereka juga harus memperhitungkan pasangan dengan Sihar Sitorus dengan mengusung calon pelangi. Sehingga mesin partai PDI Perjuangan menjadi kunci, apakah Djarot-Sihar bisa mengakar di Sumut atau tidak,” katanya. (bal/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/