27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Listrik Sasar Kawasan Terpencil

Dengan adanya rencana membangun PLTS, apalagi di kawasan terpencil dan pelosok Sumut, Pemprov Sumut sangat mendukung hal itu dengan memfasilitasi kebutuhan perusahaan, seperti perizinan sebagai dasar hukum, serta mengkoordinasikan antara investor dengan PT PLN, sebagai pemilik otoritas industri listrik. “Karena ini mau membangun, tentu kita mau. Ini kan untuk kemaslahatan masyarakat juga. Nanti bisa berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan dinas lainnya,” jelas Nurhajizah.

Sementara perwakilan PT Electric Vine Industries, Febiola Ohei, bersama Hengki Monim, menjelaskan, perusahaan mereka telah membangun sejumlah PLTS, yakni untuk 47 kepala keluarga (rumah) di Provinsi Papua, dengan teknologi solar panel dan smart-meter. Sehingga dengan meteran otomatis, lanjutnya, pengguna listrik prabayar yang tinggal di pedalaman, cukup dengan mengisi pulsa tanpa harus pergi ke kota. “Ini sudah dibangun di Papua. Sebelumnya, untuk studi dilakukan di Afrika. Kalau sistemnya ini standar nasional dan Eropa. Jadi di mana yang grid PLN belum masuk, kami bisa hadir dan bekerja sama,” katanya.

Selain itu, pembagunan PLTS berkapasitas untuk penggunaan rumah tangga tersebut, sambungnya, tidak membutuhkan lahan yang luas, seperti pembangkit konvensional yang ada. Sebab satu solar panel (6 bagian) dipasang di atas tiang, seperti tiang listrik, sehingga bisa didirikan di depan rumah penduduk. “Semua panel itu terhubung. Jadi kalau ada daya listrik yang kurang, tetap akan terpenuhi melalui panel yang lain. Selain itu, meteran juga berada di tiang listrik, letaknya tinggi, jadi tidak bisa dicurangi atau dicuri,” ungkap Febiola.

Pihaknya juga menargetkan antara 25-500 kepala keluarga bisa terpasok listrik di kawasan pedalaman. Dengan kapasitas pemakaian rumah tangga, maka kekhawatiran akan krisis listrik bisa terjawab. Apalagi pembangkit tersebut bisa beroperasi hingga 20 tahun. “Intinya, setelah dipasang, harus ada maintenance-nya. Itu nanti disiapkan dengan melatih warga setempat, sehingga tidak perlu mendatangkan dari kota. Apalagi dalam beberapa tahun, diperkirakan energi fosil semakin habis. Maka ini adalah solusi yang mendapat dukungan dari Presiden RI Joko Widodo,” pungkas Febiola. (bal/saz)

Dengan adanya rencana membangun PLTS, apalagi di kawasan terpencil dan pelosok Sumut, Pemprov Sumut sangat mendukung hal itu dengan memfasilitasi kebutuhan perusahaan, seperti perizinan sebagai dasar hukum, serta mengkoordinasikan antara investor dengan PT PLN, sebagai pemilik otoritas industri listrik. “Karena ini mau membangun, tentu kita mau. Ini kan untuk kemaslahatan masyarakat juga. Nanti bisa berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan dinas lainnya,” jelas Nurhajizah.

Sementara perwakilan PT Electric Vine Industries, Febiola Ohei, bersama Hengki Monim, menjelaskan, perusahaan mereka telah membangun sejumlah PLTS, yakni untuk 47 kepala keluarga (rumah) di Provinsi Papua, dengan teknologi solar panel dan smart-meter. Sehingga dengan meteran otomatis, lanjutnya, pengguna listrik prabayar yang tinggal di pedalaman, cukup dengan mengisi pulsa tanpa harus pergi ke kota. “Ini sudah dibangun di Papua. Sebelumnya, untuk studi dilakukan di Afrika. Kalau sistemnya ini standar nasional dan Eropa. Jadi di mana yang grid PLN belum masuk, kami bisa hadir dan bekerja sama,” katanya.

Selain itu, pembagunan PLTS berkapasitas untuk penggunaan rumah tangga tersebut, sambungnya, tidak membutuhkan lahan yang luas, seperti pembangkit konvensional yang ada. Sebab satu solar panel (6 bagian) dipasang di atas tiang, seperti tiang listrik, sehingga bisa didirikan di depan rumah penduduk. “Semua panel itu terhubung. Jadi kalau ada daya listrik yang kurang, tetap akan terpenuhi melalui panel yang lain. Selain itu, meteran juga berada di tiang listrik, letaknya tinggi, jadi tidak bisa dicurangi atau dicuri,” ungkap Febiola.

Pihaknya juga menargetkan antara 25-500 kepala keluarga bisa terpasok listrik di kawasan pedalaman. Dengan kapasitas pemakaian rumah tangga, maka kekhawatiran akan krisis listrik bisa terjawab. Apalagi pembangkit tersebut bisa beroperasi hingga 20 tahun. “Intinya, setelah dipasang, harus ada maintenance-nya. Itu nanti disiapkan dengan melatih warga setempat, sehingga tidak perlu mendatangkan dari kota. Apalagi dalam beberapa tahun, diperkirakan energi fosil semakin habis. Maka ini adalah solusi yang mendapat dukungan dari Presiden RI Joko Widodo,” pungkas Febiola. (bal/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/