Untuk mewujudkan desa organik, dibutuhkan pendampingan yang intensif dari berbagai pihak terkait, termasuk didalamnya pemerintah melalui para penyuluh pertanian di lapangan dan pemerhati bidang pertanian seperti Yayasan BITRA Indonesia yang tujuan keberadaannya di masyarakat dalam mengembangkan sumber daya alam sumber daya manusia untuk meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan sosial dan martabatnya.
Oleh karena itu Tengku Erry mengharapkan SKPD lingkup pertanian baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten Kota agar terus menerus mendorong pengembangan budidaya pertanian organik sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang sudah mulai mengarah kepada produk-produk yang bebas bahan kimia dan ramah lingkungan.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut luas bahan baku sawah tahun 2016 seluas 435.814 hektar. Sedangkan luas lahan kering yang memiliki potensi untuk diusahakan tanaman pangan dan hortikultura seluas 1.215.840 hektar yang tersebar di 33 Kabupaten Kota se Sumatera Utara.
Saat ini kontribusi Provsu dalam penyediaan pangan nasional khususnya padi cukup besar mencapai 5,82%, jagung 6,71%, cabai merah 13,40% dan bawang merah 1,11%. Sedangkan komoditi hortikultura lainnya cukup prospektif untuk dikembangkan.
Produksi padi Provsu pada tahun 2016 mencapai 4.609.791 ton atau terjadi peningkatan 13,97% dari tahun 2015. dan untuk tahun 2017 produksi padi Sumut ditargetkan 5,2 ton. Hal ini merupakan pencapain prestasi yang luar biasa dan tertinggi yang dicapai Provsu dalam kurun waktu 11 tahun terakhir.
Selama 2016 peningkatan produksi juga terjadi pada komoditi tanaman pangan lainnya yaitu jagung mencapai 1.557.463 ton atau meningkat 2,5% dari tahun 2015. Semua peningkatan produksi tersebut baik padi maupun jagung hampir seluruhnya dihasilkan dengan sistem budidaya yang konvesional (an-organik).
Sebelumnya Presiden Indonesia Organic Alliance (AOI) Wahyudi menyampaikan bahwa 1.000 Desa Organik adalah salah satu program andalan pemerintahan saat ini sebagai wujud dari Nawacita Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Program ini menargetkan terbangunnya 650 desa organik dengan basis utamanya sektor tanaman pangan, 250 desa dengan basis hortikultura dan 150 desa dengan basis tanaman perkebunan di tahun 2019. (rel/mea)