30.6 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Kambing Hutan Turun, Sinabung Berhenti Erupsi

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar pada Selasa (14/1) dini hari lalu. Foto diambil dari Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar pada Selasa (14/1) dini hari lalu. Foto diambil dari Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berhubungan atau tidak, tapi fenomena ini benar-benar nyata. Turunnya Kambing Sumatera ke pemukiman warga di Desa Berastepu, ternyata dibarengi oleh berhentinya erupsi Gunung Sinabung. Setidaknya kondisi ini terjadi dua hari belakangan ini.

Menurut anggota Tim Tanggap Darurat yang bertugas di Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Fery Rusmawan,  aktivitas gunung Sinabung setelah selama 2 hari belakangan tidak mengalami erupsi.

“Meskipun dua hari ini tidak ada erupsi yang terjadi namun, aktivitas kegempaan Sinabung masih tinggi. Pembentukan kubah lava di puncak gunung juga masih terus berlangsung, hal itu menyebabkan guguran lava masih terus terjadi,” ujarnya.

Dikatakannya, hingga saat ini gunung Sinabung belum memperlihatkan penurunan aktivitas, potensi untuk bererupsi masih tinggi. “Sampai saat ini jangkauan terjauh dari awan panas mencapai 4, 5 km mengarah ke Tenggara – Selatan. Sedangkan, guguran lava pijar dari kubah 1.000 – 2.500 m,” ucapnya.

Sementara itu, Kambing Hutan Sumatera (Capricornis Sumatraensis) yang sempat menghebohkan itu tewas karena kondisi fisiknya sudah lemah saat dibawa dari Tanah Karo ke Medan. Bahkan, mulut kambing langka itu terus mengeluarkan buih warna hitam ke abu-abuan. Hal ini dikatakan Drh Sucitrawan, selaku dokter hewan Medan Zoo (kebun binatang) di Taman Marga Sawata, Minggu (19/1) siang.

“Kematian kambing hutan itu diduga disebabkan kondisinya yang semakin lemah setiba di kebun binatang ini. Padahal kita sudah berupaya memberikannya air, agar kondisinya stabil. Namun belum ada 5 menit diturunkan dari mobil petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), kambing itu pun tewas,” ujar Sucitrawan yang diamnini Manejer Medan Zoo, Zainal A Nasution.

Saat ini bangkai kambing hutan itu telah diotopsi, dan dari paru-parunya ditemukan banyak abu vulkanik. “Namun saat ini penanganannya sama BBKSDA, karena mereka yang melakukan pengawetan, dan yang lainnya,” tandas dokter sepesialis hewan itu.

Terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Istanto mengatakan, setelah satwa tersebut mati, BKSDA melakukan otopsi. Hasilnya, di paru-parunya ditemukan banyak abu vulkanik. “Kondisinya memang sudah parah, karena paru-parunya banyak ditemukan abu vulkanik yang diperkirakan sudah cukup lama. Selanjutnya bangkai satwa endemik Pulau Sumatera ini rencananya akan diproses untuk diawetkan, sebagai bahan penelitian,” ujar Istanto.

 

KAMBING HUTAN MASIH ADA DI KARO

Selain banyak abu vulkanik di paru-paru, kematian kambing hutan yang menghebohkan pengungsi itu juga disebakan factor stres yang dialami. Hal ini diungkap Mananger Kebun Binatang Medan, Zainul kepad kru koran ini, Minggu (19/1) siang, saat ditemui ini di Kebun Binatang Medan Jl. Simalingkar B, Kec. Medan Tuntungan. Pasalnya, beber Zainul, faktor stres juga sangat mempengaruhi kondisi fisiknya.

“Selain paru-parunya dipenuhi abu vulkanik, kambing tersebut juga stres. Makanya dia lemah,” ucapnya.

Zainal mengatakan, seandainya saja kambing hutan tersebut dapat bertahan hidup, maka dipastikan pengunjung Kebun Binatang akan ramai. “Namun sayang, kambing itu sudah mati. Walaupun begitu, saat ini pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut akan mengawetkan kambing itu. Dan akan diletak di Kebun Binatang ini. Biar masyarakat dapat melihat kambing tersebut walaupun kambing itu tidak dapat bergerak,” ucapnya.

Namun, beber Zainal, pihaknya dan BBKSDA Sumut yakin kalau saat ini masih banyak kambing hutan yang berkeliaran di pemukiman warga. Maka itu, pihaknya akan mencari hewan langka tersebut supaya masyarakat dapat melihat langsung di Kebun Binatang Medan.

“Yakin saya kalau kambing itu masih banyak berkeliaran di sana. Memang sulit untuk menangkapnya. Lantaran kambing ini sangat sensitif. Bukan apa, hanya mendengar suara gerakan sikit saja, kambing itu langsung bergerak cepat. CCTV saja sulit mendapatkan gambar kambing itu. Soalnya kambing itu sangat lincah. Jika nanti kambing tersebut dapat, kan masyarakat bisa melihat hewan langkah itu di Kebun Bintang ini,” pungkasnya. (roy/ind/deo)

FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar pada Selasa (14/1) dini hari lalu. Foto diambil dari Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.
FOTO: AMINOER RASYID/SUMUT POS
Gunung Sinabung mengeluarkan lava pijar pada Selasa (14/1) dini hari lalu. Foto diambil dari Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Berhubungan atau tidak, tapi fenomena ini benar-benar nyata. Turunnya Kambing Sumatera ke pemukiman warga di Desa Berastepu, ternyata dibarengi oleh berhentinya erupsi Gunung Sinabung. Setidaknya kondisi ini terjadi dua hari belakangan ini.

Menurut anggota Tim Tanggap Darurat yang bertugas di Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Fery Rusmawan,  aktivitas gunung Sinabung setelah selama 2 hari belakangan tidak mengalami erupsi.

“Meskipun dua hari ini tidak ada erupsi yang terjadi namun, aktivitas kegempaan Sinabung masih tinggi. Pembentukan kubah lava di puncak gunung juga masih terus berlangsung, hal itu menyebabkan guguran lava masih terus terjadi,” ujarnya.

Dikatakannya, hingga saat ini gunung Sinabung belum memperlihatkan penurunan aktivitas, potensi untuk bererupsi masih tinggi. “Sampai saat ini jangkauan terjauh dari awan panas mencapai 4, 5 km mengarah ke Tenggara – Selatan. Sedangkan, guguran lava pijar dari kubah 1.000 – 2.500 m,” ucapnya.

Sementara itu, Kambing Hutan Sumatera (Capricornis Sumatraensis) yang sempat menghebohkan itu tewas karena kondisi fisiknya sudah lemah saat dibawa dari Tanah Karo ke Medan. Bahkan, mulut kambing langka itu terus mengeluarkan buih warna hitam ke abu-abuan. Hal ini dikatakan Drh Sucitrawan, selaku dokter hewan Medan Zoo (kebun binatang) di Taman Marga Sawata, Minggu (19/1) siang.

“Kematian kambing hutan itu diduga disebabkan kondisinya yang semakin lemah setiba di kebun binatang ini. Padahal kita sudah berupaya memberikannya air, agar kondisinya stabil. Namun belum ada 5 menit diturunkan dari mobil petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), kambing itu pun tewas,” ujar Sucitrawan yang diamnini Manejer Medan Zoo, Zainal A Nasution.

Saat ini bangkai kambing hutan itu telah diotopsi, dan dari paru-parunya ditemukan banyak abu vulkanik. “Namun saat ini penanganannya sama BBKSDA, karena mereka yang melakukan pengawetan, dan yang lainnya,” tandas dokter sepesialis hewan itu.

Terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Istanto mengatakan, setelah satwa tersebut mati, BKSDA melakukan otopsi. Hasilnya, di paru-parunya ditemukan banyak abu vulkanik. “Kondisinya memang sudah parah, karena paru-parunya banyak ditemukan abu vulkanik yang diperkirakan sudah cukup lama. Selanjutnya bangkai satwa endemik Pulau Sumatera ini rencananya akan diproses untuk diawetkan, sebagai bahan penelitian,” ujar Istanto.

 

KAMBING HUTAN MASIH ADA DI KARO

Selain banyak abu vulkanik di paru-paru, kematian kambing hutan yang menghebohkan pengungsi itu juga disebakan factor stres yang dialami. Hal ini diungkap Mananger Kebun Binatang Medan, Zainul kepad kru koran ini, Minggu (19/1) siang, saat ditemui ini di Kebun Binatang Medan Jl. Simalingkar B, Kec. Medan Tuntungan. Pasalnya, beber Zainul, faktor stres juga sangat mempengaruhi kondisi fisiknya.

“Selain paru-parunya dipenuhi abu vulkanik, kambing tersebut juga stres. Makanya dia lemah,” ucapnya.

Zainal mengatakan, seandainya saja kambing hutan tersebut dapat bertahan hidup, maka dipastikan pengunjung Kebun Binatang akan ramai. “Namun sayang, kambing itu sudah mati. Walaupun begitu, saat ini pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut akan mengawetkan kambing itu. Dan akan diletak di Kebun Binatang ini. Biar masyarakat dapat melihat kambing tersebut walaupun kambing itu tidak dapat bergerak,” ucapnya.

Namun, beber Zainal, pihaknya dan BBKSDA Sumut yakin kalau saat ini masih banyak kambing hutan yang berkeliaran di pemukiman warga. Maka itu, pihaknya akan mencari hewan langka tersebut supaya masyarakat dapat melihat langsung di Kebun Binatang Medan.

“Yakin saya kalau kambing itu masih banyak berkeliaran di sana. Memang sulit untuk menangkapnya. Lantaran kambing ini sangat sensitif. Bukan apa, hanya mendengar suara gerakan sikit saja, kambing itu langsung bergerak cepat. CCTV saja sulit mendapatkan gambar kambing itu. Soalnya kambing itu sangat lincah. Jika nanti kambing tersebut dapat, kan masyarakat bisa melihat hewan langkah itu di Kebun Bintang ini,” pungkasnya. (roy/ind/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/