25.7 C
Medan
Sunday, January 19, 2025

Kalau Aku Nanti Kawin, Dikawal Polisilah, Kak…!

Foto: SMG Jenazah Elviana Ambarita saat disemayamkan di rumah duka.
Foto: SMG
Jenazah Elviana Ambarita saat disemayamkan di rumah duka.

“Nga gagal ho adek, ikkon au nama kuliah, au nama mangangkat derajatni halak oma dek. Ikkon jadi PNS kakak mon anggi, hulanjuthon pe cita-citami anggi. Lean hamaloan mi tu sipudan anggi, anggiat asa boi sipudan donganku martukar pikkiran anggi. (Udah gagal kau dek, harus kuliah lah aku. Tinggal Akulah yang akan mengangkat derajat keluarga kita. Harus jadi PNS kakak mu ini dek. Kulanjutkan pun cita-cita mu itu dek. Kasih lah kecerdasanmu itu sama adek kita yang paling kecil, biar bisa aku tukar pikiran sama dia),” ujar mahasiswi Sultan agung Pematangsiantar itu.
“Martua dohami ibaen ho hai anggi, dang tanda anakni na pogos hita anggi, alani hamaloanmi. Sadia luas kampus mi mananda hita sude alani hamaloanmi. Irippu jolma do hita anak ni Perwira, irippu jolma do hita anakni namora. Dang tanda hita namangallang gadong alani hamaloanmi anggiku”
(Berwibawanya kami kau buat dek. Ngak pernah orang menyangka kalau kita orang miskin karena kecerdasanmu. Sebegitu luas kampusmu, tapi semua mengenal kami karena kecerdasanmu. Dipikir orang kita anak perwira, dipikir orang kita anak orang kaya. Ngak tau orang kalau kita selalu makan ubi, itu semua karena kemampuanmu adikku),” ujar Renita sambil diiringi tangisan histeris sampai mempengaruhi suasana duka semakin mendalam.
Saat peti hendak ditutup, kakak korban tersebut sempat beda pendapat. Dia memaksa agar transkip nilai Elfiana ikut dimasukkan ke dalam peti dan akhirnya ikut dimasukkan.
Seusai acara penguburan, METRO mencoba mewawancarai ibu dan ayah Elfiana Amabarita. Namun mereka menolak untuk membahas hal tersebut dengan alasan masih dalam keadaan berduka. “Kami lagi dalam keadaan berduka, tolonglah, tidur aja belum ada dari hari minggu. Lihatlah, inilah baru bisa kami istirahat. Itupun karena semuanya masih berduka jadi ngertilah,” ujar M boru Sitorus ibu korban dan diaminkan A Ambarita ayah korban.
Ramah Wati Ambarita (16) adik kandung Elfi saat diwawancarai mengaku sangat sedih dan sangat terpukul atas peristiwa itu. Sangat banyak kenangan yang tak terlupakan olehnya. “Kami selalu kompak bang. banyak kenangan, ngak bisa disebutkan semuanya. Sering menasihati, tidur dipangkuan dia, kalau kegreja selalu sama. Lalu kemarin minggu malam jam 10 kami berangkat ke Medan menjemput jenazahnya,” terangnya.
“Terakhir kami sms an, kusms dia, selamat hari minggu ya kak, lagi ngapain? Trus dia jawab Selamat hari minggu juga dek, lagi duduk-duduk aja,” ujar Ramah menceritakan kisah terakhir mereka sambil menambahkan sebelumnya mereka telah satu minggu tidak ada komunikasi dan tidak seperti biasanya.(mri/smg/trg)

Foto: SMG Jenazah Elviana Ambarita saat disemayamkan di rumah duka.
Foto: SMG
Jenazah Elviana Ambarita saat disemayamkan di rumah duka.

“Nga gagal ho adek, ikkon au nama kuliah, au nama mangangkat derajatni halak oma dek. Ikkon jadi PNS kakak mon anggi, hulanjuthon pe cita-citami anggi. Lean hamaloan mi tu sipudan anggi, anggiat asa boi sipudan donganku martukar pikkiran anggi. (Udah gagal kau dek, harus kuliah lah aku. Tinggal Akulah yang akan mengangkat derajat keluarga kita. Harus jadi PNS kakak mu ini dek. Kulanjutkan pun cita-cita mu itu dek. Kasih lah kecerdasanmu itu sama adek kita yang paling kecil, biar bisa aku tukar pikiran sama dia),” ujar mahasiswi Sultan agung Pematangsiantar itu.
“Martua dohami ibaen ho hai anggi, dang tanda anakni na pogos hita anggi, alani hamaloanmi. Sadia luas kampus mi mananda hita sude alani hamaloanmi. Irippu jolma do hita anak ni Perwira, irippu jolma do hita anakni namora. Dang tanda hita namangallang gadong alani hamaloanmi anggiku”
(Berwibawanya kami kau buat dek. Ngak pernah orang menyangka kalau kita orang miskin karena kecerdasanmu. Sebegitu luas kampusmu, tapi semua mengenal kami karena kecerdasanmu. Dipikir orang kita anak perwira, dipikir orang kita anak orang kaya. Ngak tau orang kalau kita selalu makan ubi, itu semua karena kemampuanmu adikku),” ujar Renita sambil diiringi tangisan histeris sampai mempengaruhi suasana duka semakin mendalam.
Saat peti hendak ditutup, kakak korban tersebut sempat beda pendapat. Dia memaksa agar transkip nilai Elfiana ikut dimasukkan ke dalam peti dan akhirnya ikut dimasukkan.
Seusai acara penguburan, METRO mencoba mewawancarai ibu dan ayah Elfiana Amabarita. Namun mereka menolak untuk membahas hal tersebut dengan alasan masih dalam keadaan berduka. “Kami lagi dalam keadaan berduka, tolonglah, tidur aja belum ada dari hari minggu. Lihatlah, inilah baru bisa kami istirahat. Itupun karena semuanya masih berduka jadi ngertilah,” ujar M boru Sitorus ibu korban dan diaminkan A Ambarita ayah korban.
Ramah Wati Ambarita (16) adik kandung Elfi saat diwawancarai mengaku sangat sedih dan sangat terpukul atas peristiwa itu. Sangat banyak kenangan yang tak terlupakan olehnya. “Kami selalu kompak bang. banyak kenangan, ngak bisa disebutkan semuanya. Sering menasihati, tidur dipangkuan dia, kalau kegreja selalu sama. Lalu kemarin minggu malam jam 10 kami berangkat ke Medan menjemput jenazahnya,” terangnya.
“Terakhir kami sms an, kusms dia, selamat hari minggu ya kak, lagi ngapain? Trus dia jawab Selamat hari minggu juga dek, lagi duduk-duduk aja,” ujar Ramah menceritakan kisah terakhir mereka sambil menambahkan sebelumnya mereka telah satu minggu tidak ada komunikasi dan tidak seperti biasanya.(mri/smg/trg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/