26 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Limbah Domestik Bahayakan Kualitas Air Danau Toba

Kawasan pantai pasir putih di pinggiran Danau Toba, Desa Janji Maria dihiasi enceng gondok. (Foto: Jantro Naibaho)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Menteri Pariwisata Arief Yahya, tidak mau setengah-setengah dalam menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Upaya memoles danau kaldera terbesar di dunia itu, tidak hanya melalui perbaikan infrastruktur penunjangnya, tapi juga menjamin kelestarian lingkungannya.

“Prinsipnya, semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” tutur Arief, yang terus memantau perkembangan Danau Toba, satu dari 10 destinasi wisata prioritas.

Kementerian Koordinator Kemaritiman pada 10 Mei lalu, menggelar rapat untuk membahas kualitas air di Danau Toba. Rapat yang dipimpin Sekretaris Deputi Bidang Infrastruktur Kemenko Maritim Arif Rahman Hakim itu, meminta masukan dari berbagai pihak. Tujuannya demi menjaga kualitas air di danau yang menjadi satu dari 10 Bali Baru versi Kementerian Pariwisata tersebut.

Rapat itu dihadiri perwakilan Kementerian PUPR, Bank Dunia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara (Sumut), Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT), dan Deltares.

“Tujuan rapat ini adalah membahas laporan awal tentang kualitas air Danau Toba,” kata Kepala BOPDT Arie Prasetyo.

Arie menjelaskan, sejumlah usulan muncul dalam rapat itu. Misalnya, Dinas Lingkungan Sumut mengusulkan kajian tentang imbas pemukiman di sekitar Danau Toba, yang membuang limbah domestik. “Ada usulan untuk membuat buffer area di sekitar danau, dan green belt,” ungkapnya.

Usulan lain datang dari BPPT, yang menyarankan kajian tentang pemetaan land use di sekitar Danau Toba. Tujuannya untuk mengetahui sebaran daerah tangkapan air. “Usul BOPDT adalah memilih prioritas lokasi dalam pengambilan data,” jelas Arie.

Menurut Arie, Mei hingga September 2017 ini, akan ada kajian tentang kualitas air Danau Toba. BOPDT mengusulkan pengambilan sampel, termasuk untuk data batimetri atau pengukuran kedalaman, bisa difokuskan di titik-titik yang sangat tercemar.

Pemerintah juga melibatkan lembaga kondang asal Belanda, Deltares, untuk meneliti kualitas air Danau Toba. “Rencana penyusunan kajian kualitas air di Danau Toba akan dilakukan oleh Deltares,” pungkasnya. (jpg/saz)

Kawasan pantai pasir putih di pinggiran Danau Toba, Desa Janji Maria dihiasi enceng gondok. (Foto: Jantro Naibaho)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO -Menteri Pariwisata Arief Yahya, tidak mau setengah-setengah dalam menjadikan Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia. Upaya memoles danau kaldera terbesar di dunia itu, tidak hanya melalui perbaikan infrastruktur penunjangnya, tapi juga menjamin kelestarian lingkungannya.

“Prinsipnya, semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan,” tutur Arief, yang terus memantau perkembangan Danau Toba, satu dari 10 destinasi wisata prioritas.

Kementerian Koordinator Kemaritiman pada 10 Mei lalu, menggelar rapat untuk membahas kualitas air di Danau Toba. Rapat yang dipimpin Sekretaris Deputi Bidang Infrastruktur Kemenko Maritim Arif Rahman Hakim itu, meminta masukan dari berbagai pihak. Tujuannya demi menjaga kualitas air di danau yang menjadi satu dari 10 Bali Baru versi Kementerian Pariwisata tersebut.

Rapat itu dihadiri perwakilan Kementerian PUPR, Bank Dunia, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara (Sumut), Badan Otoritas Pariwisata Danau Toba (BOPDT), dan Deltares.

“Tujuan rapat ini adalah membahas laporan awal tentang kualitas air Danau Toba,” kata Kepala BOPDT Arie Prasetyo.

Arie menjelaskan, sejumlah usulan muncul dalam rapat itu. Misalnya, Dinas Lingkungan Sumut mengusulkan kajian tentang imbas pemukiman di sekitar Danau Toba, yang membuang limbah domestik. “Ada usulan untuk membuat buffer area di sekitar danau, dan green belt,” ungkapnya.

Usulan lain datang dari BPPT, yang menyarankan kajian tentang pemetaan land use di sekitar Danau Toba. Tujuannya untuk mengetahui sebaran daerah tangkapan air. “Usul BOPDT adalah memilih prioritas lokasi dalam pengambilan data,” jelas Arie.

Menurut Arie, Mei hingga September 2017 ini, akan ada kajian tentang kualitas air Danau Toba. BOPDT mengusulkan pengambilan sampel, termasuk untuk data batimetri atau pengukuran kedalaman, bisa difokuskan di titik-titik yang sangat tercemar.

Pemerintah juga melibatkan lembaga kondang asal Belanda, Deltares, untuk meneliti kualitas air Danau Toba. “Rencana penyusunan kajian kualitas air di Danau Toba akan dilakukan oleh Deltares,” pungkasnya. (jpg/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/