28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Menikmati Sunrise dan Sunset di Agrowisata Paloh Naga

batara/sumut pos
MENIKMATI: Sejumlah wisatawan lokal saat mengunjungi lokasi Agrowisata Paloh Naga di Dusun IV, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Deliserdang.

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Pagi-pagi buta, Faisal dan Fikri mengendarai sepeda motornya menuju lokasi Angrowisata Paloh Naga yang berada di Dusun IV, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Deliserdang. Kedua pria lajang itu berangkat dari rumahnya di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancurbatu, untuk mengambil kepentingan cover lagunya.

Rencananya, gambar susana Agrowisata Paloh Naga yang asri menjadi video klip lagu mereka yang berjudul ‘Zona Nyaman’ dari grup Fourtwnty.

Kami akan posting di Youtube dan Instagram,” ungkap keduanya dengan bersemangat.

Keduanya mengetahui Agrowisata Paloh Naga dari Facebook dan Instagram. “Kami taunya dari Instagram dan Facebook. Sama sekali belum pernah ke sini,” beber Faisal.

Tak sulit bagi keduanya, menuju lokasi destinasi wisata yang menawarkan pemandangan hamparan padi dan petak sawah. Cukup mengikuti petunjuk Google Map, keduanya tiba di sana sekira pukul 07.30 WIB. “Target harus sampai pukul 07.00 WIB. Biar suasana sunrise terlihat. Sebenarnya masih bisa sih ambil gambar tadi. Tapi kami dilarang masuk. Katanya mau ada peresmian. Terpaksa nunggu. Katanya Bupati Ashari Tambunan mau penguntingan pita,” kata Fasial lagi.

Tertahan tak bisa mengambil gambar. Keduanya mengarahkan sepeda motor ke destinasi wisata lainnya, Pantai Putra Deli. Pantai Putra Deli berada sebelah timur dari Agrowisata Paloh Naga.

Setelah sekian waktu berada di Pantai Putra Deli, keduanya kembali ke Agrowisata Paloh Naga. “Kami kembali ke sini sekira pukul 12.00 WIB. Padahal acara gunting pitanya pukul 14.00 WIB,” jelasnya.

Faisal dan Fikiri adalah 2 pemuda yang tertarik serta penasaran dengan keberadan Angrowisata Paloh Naga yang menawarkan pemandangan hamparan tanaman padi serta petak sawah. Luas areal persawahan disana ada 35 hektare. Kemudian di atas tanaman padi itu, disediakan spot tracking bamboo.

Tracking dengan lebar satu meter yang terbuat dari bahan bambu memanjang mengular berkelok-kelok, menambah sensasi bila berjalan di atasnya. Di sana juga disediakan tempat duduk terbuat dari bambu. Jarak antara tempat duduk itu, sekitar 10 meter.

Memang, sebelum memasuki lokasi tracking, pengunjung melintasi gapura terbuat dari bambu. Kemudian jalan yang sudah dibeton. Selanjutnya, menuju tracking ada pondok besar yang di kanan dan kirinya ada tempat duduk. Tujuannya, sebelum memasuki atau keluar dari tracking bamboo pengunjung dapat beristirahat.

Pengelola tidak mengutip biaya bagi pengunjung yang hendak berwisata ke sana. Pengunjung cukup membayar biaya parkir Rp5.000 untuk sepeda motor, dan Rp20.000 per kendaran roda empat. Di sana ada payung yang bisa disewa pengunjung. Per payung Rp5.000.

Umumnya pengunjung berwisata ke sana untuk menikmati suasana pertanian yang masih kental dengan suasana pedesaan. Terpaan angin akan menghampiri wajah setiap pengunjung yang melintas di tracking bamboo. Beberapa pangunjung rela mempercepat kedatangannya ke lokasi Agrowisata Paloh Naga untuk menikmasi sunrise, dan bertahan sampai Magrib untuk menyaksikan sunset.

“Sunrise dan sunset di sini beda dibanding tempat wisata lainnya. Kalau sunset kita seakan-akan jadi petani yang pulang dari sawah,” ungkap Wulan Sari, pengunjung lainnya yang datang bersama temannya.

Di sana juga berdiri beberapa warung yang siap melayani pengujung. Memang menu yang dijual masih sederhana. Tapi lumanyan untuk mengatasi kondisi lapar dan haus. “Ini masih 10 persen dari rencana. Nanti ada kolam renang. Kami buat kolam renang di tengah-tengah sawah, dan jalur tracking-nya diperpanjang. Kemudian buat aula besar, dapat digunakan untuk acara acara,” jelas Irfan, petugas pengelola Agrowisata Paloh Naga.

Irfan juga menerangkan, biaya pembuatan Agrowisata Paloh Naga berasal dari BUMDes serta bantuan Pemkab. Sejak dibukanya Agrowisata Paloh Naga, melibatkan pemuda setempat. Selama ini banyak yang nangur, kini mereka dilibatkan, mulai pembuatan sampai pengelolaan. “Tumbuh kesadaran di masyarakat sekitar Agrowisata Paloh Naga. Kebersihan serta ketertiban membawa keuntungan secara ekonomi. Bila lokasi Agrowisata Paloh Naga jorok, tentu membuat pengunjung malas datang,” pungkasnya. (btr/saz)

batara/sumut pos
MENIKMATI: Sejumlah wisatawan lokal saat mengunjungi lokasi Agrowisata Paloh Naga di Dusun IV, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Deliserdang.

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Pagi-pagi buta, Faisal dan Fikri mengendarai sepeda motornya menuju lokasi Angrowisata Paloh Naga yang berada di Dusun IV, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan Deliserdang. Kedua pria lajang itu berangkat dari rumahnya di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancurbatu, untuk mengambil kepentingan cover lagunya.

Rencananya, gambar susana Agrowisata Paloh Naga yang asri menjadi video klip lagu mereka yang berjudul ‘Zona Nyaman’ dari grup Fourtwnty.

Kami akan posting di Youtube dan Instagram,” ungkap keduanya dengan bersemangat.

Keduanya mengetahui Agrowisata Paloh Naga dari Facebook dan Instagram. “Kami taunya dari Instagram dan Facebook. Sama sekali belum pernah ke sini,” beber Faisal.

Tak sulit bagi keduanya, menuju lokasi destinasi wisata yang menawarkan pemandangan hamparan padi dan petak sawah. Cukup mengikuti petunjuk Google Map, keduanya tiba di sana sekira pukul 07.30 WIB. “Target harus sampai pukul 07.00 WIB. Biar suasana sunrise terlihat. Sebenarnya masih bisa sih ambil gambar tadi. Tapi kami dilarang masuk. Katanya mau ada peresmian. Terpaksa nunggu. Katanya Bupati Ashari Tambunan mau penguntingan pita,” kata Fasial lagi.

Tertahan tak bisa mengambil gambar. Keduanya mengarahkan sepeda motor ke destinasi wisata lainnya, Pantai Putra Deli. Pantai Putra Deli berada sebelah timur dari Agrowisata Paloh Naga.

Setelah sekian waktu berada di Pantai Putra Deli, keduanya kembali ke Agrowisata Paloh Naga. “Kami kembali ke sini sekira pukul 12.00 WIB. Padahal acara gunting pitanya pukul 14.00 WIB,” jelasnya.

Faisal dan Fikiri adalah 2 pemuda yang tertarik serta penasaran dengan keberadan Angrowisata Paloh Naga yang menawarkan pemandangan hamparan tanaman padi serta petak sawah. Luas areal persawahan disana ada 35 hektare. Kemudian di atas tanaman padi itu, disediakan spot tracking bamboo.

Tracking dengan lebar satu meter yang terbuat dari bahan bambu memanjang mengular berkelok-kelok, menambah sensasi bila berjalan di atasnya. Di sana juga disediakan tempat duduk terbuat dari bambu. Jarak antara tempat duduk itu, sekitar 10 meter.

Memang, sebelum memasuki lokasi tracking, pengunjung melintasi gapura terbuat dari bambu. Kemudian jalan yang sudah dibeton. Selanjutnya, menuju tracking ada pondok besar yang di kanan dan kirinya ada tempat duduk. Tujuannya, sebelum memasuki atau keluar dari tracking bamboo pengunjung dapat beristirahat.

Pengelola tidak mengutip biaya bagi pengunjung yang hendak berwisata ke sana. Pengunjung cukup membayar biaya parkir Rp5.000 untuk sepeda motor, dan Rp20.000 per kendaran roda empat. Di sana ada payung yang bisa disewa pengunjung. Per payung Rp5.000.

Umumnya pengunjung berwisata ke sana untuk menikmati suasana pertanian yang masih kental dengan suasana pedesaan. Terpaan angin akan menghampiri wajah setiap pengunjung yang melintas di tracking bamboo. Beberapa pangunjung rela mempercepat kedatangannya ke lokasi Agrowisata Paloh Naga untuk menikmasi sunrise, dan bertahan sampai Magrib untuk menyaksikan sunset.

“Sunrise dan sunset di sini beda dibanding tempat wisata lainnya. Kalau sunset kita seakan-akan jadi petani yang pulang dari sawah,” ungkap Wulan Sari, pengunjung lainnya yang datang bersama temannya.

Di sana juga berdiri beberapa warung yang siap melayani pengujung. Memang menu yang dijual masih sederhana. Tapi lumanyan untuk mengatasi kondisi lapar dan haus. “Ini masih 10 persen dari rencana. Nanti ada kolam renang. Kami buat kolam renang di tengah-tengah sawah, dan jalur tracking-nya diperpanjang. Kemudian buat aula besar, dapat digunakan untuk acara acara,” jelas Irfan, petugas pengelola Agrowisata Paloh Naga.

Irfan juga menerangkan, biaya pembuatan Agrowisata Paloh Naga berasal dari BUMDes serta bantuan Pemkab. Sejak dibukanya Agrowisata Paloh Naga, melibatkan pemuda setempat. Selama ini banyak yang nangur, kini mereka dilibatkan, mulai pembuatan sampai pengelolaan. “Tumbuh kesadaran di masyarakat sekitar Agrowisata Paloh Naga. Kebersihan serta ketertiban membawa keuntungan secara ekonomi. Bila lokasi Agrowisata Paloh Naga jorok, tentu membuat pengunjung malas datang,” pungkasnya. (btr/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/