Oleh: Marganas Nainggolan, COO Sumut Pos Grup
DULU, di tebing nan luas di atas lereng pebukitan Tomok, Samosir, terdapat hamparan hutan yang ditumbuhi pohon pinus. Lumayan luas hutan di sana hasil reboisasi sekitar tahun 1950-an.
Menjadi menarik hutan tersebut, karena dari rekayasa seni tanam bibit pohon itu, terangkai beberapa huruf yang bisa dibaca: ‘Rimba Ciptaan’. Apalagi bila posisi memandangnya di kawasan Prapat. Menatap ke seberang sana, tambah jelas terbaca huruf yang terangkai dari ribuan pohon tegak nan hijau itu.
‘Rimba Ciptaan’ hasil reboisasi yang dilakukan pasukan Tentara Siliwangi. Pasukan yang dijuluki tentara pusat itu berada bertahun-tahun di kawasan Toba (dulu masih Kabupaten Tapanuli Utara).
Di tengah misinya bertempur dengan tentara pemberontak (PRRI Permesta), mereka masih sempat-sempatnya melestarikan lingkungan, lalu berbakti mereboisasi hamparan luas yang gundul di sana. Hasil reboisasi yang menambah indah panorama kawasan itu berpadu dengan kemolekan Danau Toba yang sudah tersohor hingga mancanegara.
Hutan rimba berseni dan punyanilai tambah dari sekadar hutan, lalu menambah berbagai obyek wisata alam di sana. Begitu lama hutan rimba itu bertengger menakjubkan. Apalagi ketika rimba pohon pinus itu semakin besar dan menjulang ke langit. Semakin jelas terbaca huruf-huruf hutan alami itu.
Rimba Ciptaan, yang sebenarnya, bila bisa dipertahankan, bisa mengalahkan huruf-huruf ‘HOLLY WOOD’ yang terpampang di pebukitan(hill) Los Angeles, California. Huruf yang terangkai dari material non alami yang menjadi ikon pariwisawa dan pusat kawasan perfilman di negeri Paman Sam itu.
Tak kalah hebohnya ‘Rimba Ciptaan’ itu pada masa jaya kawasan wisata Sumut ini. Begitu banyak orang, baik yang di luar Sumut bila melewati jalan Prapat -Medan, berdecak kagum. Ya, itu fakta atau yang terjadi sekitar tahun tujuhpuluh sampai dengan delapanpuluhan.
Pada era itu, jalan lintas Prapat-Medan memang satu-satunya jalan lintas yang menghubungkan selatan dengan utara (Trans Sumatera). Dari Jakarta, Lampung, Pekanbaru, hingga Medan dan Aceh harus melewati jalan lintas satu-satunya dari Prapat. Para wisatawan mancanegara yang berkunjung ke kawasan ini juga tidak kalah kagum.