25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

Rimba Ciptaan: Cerita Usang dari Kejayaan Pariwisata Toba

Kini, hutan itu benar-benar hanya bisa dilihat pada sebuah catatan usang, setidaknya bagi mereka yang pernah menyaksikannya. Catatan usang bila berkilas balik tentang kejayaan pariwisata Toba, khususnya Prapat dan Tomok dua titik destinasi wisata yang berseberangan.

Catatan usang karena aspek kebakaran hutan plus keserakahan para ‘perampok’ lingkungan hijau. ‘Perampok’ karena, dulu, mereka tidak menerapkan wajib tebang-tanam. Mereka merampok karena tidak melestarikan hutan itu kembali. Tidak merangkai ulang huruf-huruf dari pohon pinus itu

Negeri Toba adalah satu berkat dari karunia Tuhan yang maha luar biasa. Diberi alam yang tiada tara di jagat. Setiap orang selalu mengaguminya. Pada saat wisatawan manca negara berduyun ke sini, sempat membuat ekonomi di kawasan ini cukup bagus. Saking banyaknya peredaran uang dari kocek pelancong, beberapa bank berskala nasional membuka kantor di Prapat. Ada BNI, BRI dan yang lainnya. Beberapa tempat penukaran uang asing (dolar) alias money changer menggeliat di Prapat.

Satu hal yang sangat dibanggakan itu adalah panorama alam yang menakjubkan itu. Sekarang kawasan wisata di sini sedang mati suri. Tapi sesungguhnya, asa masih membentang di hadapan. Karena potensi kawasan alam di sini sangat menjanjikan. Alamnya ramah dan sangat bersahabat. Itu hampir pasti mampu mengundang kembali para wisatawan, khususnya manca negara. Selagi dikembangkan dan dikelola dengan baik.

Alamnya bersahabat, mudah-mudahan masyarakatnya bisa berubah menjadi masyarakat wisata yang bisa juga ramah bersahabat kepada pendatang dan alam. Masih banyak waktu dan belum terlambat untuk sebuah perubahan. Mari kita berubah menyambut kebangkitan baru dunia pariwisata Toba yang digerakkan Presiden Jokowi.

Jangan kita serakah merusak alam karena ini lah kekayaan sejati kawasan ini. Jangan sampai alam ini, satu saat, akan bosan melihat  tingkah laku kita semua, seperti syair lagu Ebiet G Ade itu. Jangan sampai… (*)

Kini, hutan itu benar-benar hanya bisa dilihat pada sebuah catatan usang, setidaknya bagi mereka yang pernah menyaksikannya. Catatan usang bila berkilas balik tentang kejayaan pariwisata Toba, khususnya Prapat dan Tomok dua titik destinasi wisata yang berseberangan.

Catatan usang karena aspek kebakaran hutan plus keserakahan para ‘perampok’ lingkungan hijau. ‘Perampok’ karena, dulu, mereka tidak menerapkan wajib tebang-tanam. Mereka merampok karena tidak melestarikan hutan itu kembali. Tidak merangkai ulang huruf-huruf dari pohon pinus itu

Negeri Toba adalah satu berkat dari karunia Tuhan yang maha luar biasa. Diberi alam yang tiada tara di jagat. Setiap orang selalu mengaguminya. Pada saat wisatawan manca negara berduyun ke sini, sempat membuat ekonomi di kawasan ini cukup bagus. Saking banyaknya peredaran uang dari kocek pelancong, beberapa bank berskala nasional membuka kantor di Prapat. Ada BNI, BRI dan yang lainnya. Beberapa tempat penukaran uang asing (dolar) alias money changer menggeliat di Prapat.

Satu hal yang sangat dibanggakan itu adalah panorama alam yang menakjubkan itu. Sekarang kawasan wisata di sini sedang mati suri. Tapi sesungguhnya, asa masih membentang di hadapan. Karena potensi kawasan alam di sini sangat menjanjikan. Alamnya ramah dan sangat bersahabat. Itu hampir pasti mampu mengundang kembali para wisatawan, khususnya manca negara. Selagi dikembangkan dan dikelola dengan baik.

Alamnya bersahabat, mudah-mudahan masyarakatnya bisa berubah menjadi masyarakat wisata yang bisa juga ramah bersahabat kepada pendatang dan alam. Masih banyak waktu dan belum terlambat untuk sebuah perubahan. Mari kita berubah menyambut kebangkitan baru dunia pariwisata Toba yang digerakkan Presiden Jokowi.

Jangan kita serakah merusak alam karena ini lah kekayaan sejati kawasan ini. Jangan sampai alam ini, satu saat, akan bosan melihat  tingkah laku kita semua, seperti syair lagu Ebiet G Ade itu. Jangan sampai… (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/