25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kedua Kaki Cahaya Harus Diamputasi

Foto: Parlindungan/Sumut Pos Korban awan panas Gunung Sinabung, Cahaya Br Tarigan, kritis dan masih dirawat di RSU Adam Maliuk Medan.
Foto: Parlindungan/Sumut Pos
Korban awan panas Gunung Sinabung, Cahaya Br Tarigan, kritis dan masih dirawat di RSU Adam Maliuk Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dokter ahli RSUP Adam Malik Medan, Nazaruddin Umar mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan kondisi dua korban kritis yang sama-sama bernama Cahaya br Tarigan. “Tim dokter terus memantau perkembangannya. Keduanya dalam keadaan sadar. Tetapi kondisinya sangat memprihatinkan akibat luka bakar di sekujur tubuh,” katanya.

Lanjut Nazaruddin, korban atas nama Cahaya Br Tarigan, ibu rumah tangga berusia 45 tahun, mengalami luka bakar mencapai 80 persen. Tim dokter berencana melakukan upaya penyelamatan dengan mengamputasi kaki korban akibat mengalami luka bakar hingga merusak otot. “Kita sudah minta persetujuan pihak keluarga. Jika keluarga mengizinkan, tim akan langsung melakukan operasi amputasi. Kita masih menunggu hasil rembuk keluarga,” sebut Nazaruddin.

Sementara korban Cayaha Sembiring (75) laki-laki, mengalami luka bakar mencapai 60 persen dan kini telah menjalani perawatan di ruang rawat inap.“Korban dalam keadaan sadar. Tetapi tiap dua jam sekali, tim dokter memeriksa perkembangan kesehatannya karena mengalami luka bakar serius,” tandas Nazaruddin.

Hal tersebut juga diakui Beruh Sitepu,keponakan Cahaya Br Tarigan yang berjaga di rumah sakit.”Iya, kata dokter kedua kaki bibi itu harus diamputasi. Karena tak ada lagi darah di kakinya. Sampai sekarang kami pun belum bisa memberi keputusan, karna keluarga kami belum kumpul semua. Sebagiannya lagi, masih di Berastagi untuk memakamkan suami bibi ini yang bernama Kasman Sembiring,” lirihnya pada kru koran ini.

Dikisahkan Beruh, saat awan panas menerjang, Karman Milala ingin menjemput istrinya dari rumah. “Tapi karna tak sempat, pamanku itu harus meninggal dunia diterjang awan panas. Karna pada saat itu pamanku itu masih berada di luar. Sedangkan bibiku, saat itu membuka pintu untuk ikut berlari sama suaminya. Makanya menurut dokter luka-luka yang ada di badan bibiku mencapai 80 persen,” terangnya dengan mata berkaca-kaca.

Saat menjenguk kedua korban pada Minggu siang, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Ir H Tengku Erry Nuradi MSi menginstruksikan Badang Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Sumut untuk memastikan seluruh warga tidak lagi mendiami zona merah. Dalam kesempatan itu, Erry menyatakan, BPBD Sumut telah mengeluarkan kebijakan zona merah yang tidak boleh dimasuki warga radius 5 kilometer dari Gunung Sinabung.

Erry juga menginstruksikan kepada BPBD Sumut untuk melakukan sweeping ke lokasi zona merah untuk memastikan tidak ada lagi masyarakat yang membangkang. “Kita minta kawasan zona merah untuk di sisir. Jika ada masyarakat yang masih bertahan di zona merah, bawa ke penampungan atau zona yang lebih aman. Keselamatan lebih kita utamakan,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Erry juga mengatakan, biaya perawatan kedua pasien akan ditanggung pemerintah. “Alokasi biaya perawatannya ditanggung pemerintah. Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi lagi. Warga kita harapkan patuh dengan aturan yang telah diberlakukan demi keselamatan,” tandas Erry. (mag-3/bal/deo)

Foto: Parlindungan/Sumut Pos Korban awan panas Gunung Sinabung, Cahaya Br Tarigan, kritis dan masih dirawat di RSU Adam Maliuk Medan.
Foto: Parlindungan/Sumut Pos
Korban awan panas Gunung Sinabung, Cahaya Br Tarigan, kritis dan masih dirawat di RSU Adam Maliuk Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dokter ahli RSUP Adam Malik Medan, Nazaruddin Umar mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan kondisi dua korban kritis yang sama-sama bernama Cahaya br Tarigan. “Tim dokter terus memantau perkembangannya. Keduanya dalam keadaan sadar. Tetapi kondisinya sangat memprihatinkan akibat luka bakar di sekujur tubuh,” katanya.

Lanjut Nazaruddin, korban atas nama Cahaya Br Tarigan, ibu rumah tangga berusia 45 tahun, mengalami luka bakar mencapai 80 persen. Tim dokter berencana melakukan upaya penyelamatan dengan mengamputasi kaki korban akibat mengalami luka bakar hingga merusak otot. “Kita sudah minta persetujuan pihak keluarga. Jika keluarga mengizinkan, tim akan langsung melakukan operasi amputasi. Kita masih menunggu hasil rembuk keluarga,” sebut Nazaruddin.

Sementara korban Cayaha Sembiring (75) laki-laki, mengalami luka bakar mencapai 60 persen dan kini telah menjalani perawatan di ruang rawat inap.“Korban dalam keadaan sadar. Tetapi tiap dua jam sekali, tim dokter memeriksa perkembangan kesehatannya karena mengalami luka bakar serius,” tandas Nazaruddin.

Hal tersebut juga diakui Beruh Sitepu,keponakan Cahaya Br Tarigan yang berjaga di rumah sakit.”Iya, kata dokter kedua kaki bibi itu harus diamputasi. Karena tak ada lagi darah di kakinya. Sampai sekarang kami pun belum bisa memberi keputusan, karna keluarga kami belum kumpul semua. Sebagiannya lagi, masih di Berastagi untuk memakamkan suami bibi ini yang bernama Kasman Sembiring,” lirihnya pada kru koran ini.

Dikisahkan Beruh, saat awan panas menerjang, Karman Milala ingin menjemput istrinya dari rumah. “Tapi karna tak sempat, pamanku itu harus meninggal dunia diterjang awan panas. Karna pada saat itu pamanku itu masih berada di luar. Sedangkan bibiku, saat itu membuka pintu untuk ikut berlari sama suaminya. Makanya menurut dokter luka-luka yang ada di badan bibiku mencapai 80 persen,” terangnya dengan mata berkaca-kaca.

Saat menjenguk kedua korban pada Minggu siang, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Ir H Tengku Erry Nuradi MSi menginstruksikan Badang Pengendalian Bencana Daerah (BPBD) Sumut untuk memastikan seluruh warga tidak lagi mendiami zona merah. Dalam kesempatan itu, Erry menyatakan, BPBD Sumut telah mengeluarkan kebijakan zona merah yang tidak boleh dimasuki warga radius 5 kilometer dari Gunung Sinabung.

Erry juga menginstruksikan kepada BPBD Sumut untuk melakukan sweeping ke lokasi zona merah untuk memastikan tidak ada lagi masyarakat yang membangkang. “Kita minta kawasan zona merah untuk di sisir. Jika ada masyarakat yang masih bertahan di zona merah, bawa ke penampungan atau zona yang lebih aman. Keselamatan lebih kita utamakan,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Erry juga mengatakan, biaya perawatan kedua pasien akan ditanggung pemerintah. “Alokasi biaya perawatannya ditanggung pemerintah. Kejadian seperti ini tidak boleh terjadi lagi. Warga kita harapkan patuh dengan aturan yang telah diberlakukan demi keselamatan,” tandas Erry. (mag-3/bal/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/