BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kenaikan tarif jalan tol Medan-Binjai, tak mempengaruhi volume kendaraan yang melintas. Menurut Branch Menejer Tol Medan-Binjai, Hery Prasetyo, data kendaraan yang melintas setelah tarif baru, masih diangka 27 ribu kendaraan.
“Kurang lebih, masih sama total kendaraan yang melintas di Tol Medan-Binjai, dengan saat tarif yang lama,” kata Hery kepada wartawan, Senin (22/5).
Tarif Jalan Tol Medan-Binjai mengalami kenaikan pada Jumat (19/5/2023) pukul 00.00 WIB Kenaikan tarif ini, kata Hery, sejatinya terjadi pada tahun 2019 dan 2021 lalu. Namun terkendala beberapa hal. Seperti pandemi dan naiknya harga bahan bakar minyak.
Alhasil, kenaikan tarif tol ditunda. “Aturannya, tarif tol naik per dua tahun. Dari tahun 2017, tarif tol belum naik,” katanya.
Dia menambahkan, ruas tol Marelan-Tanjungmulia juga sempat gratis di tahun 2021. “Karena hal itu, sehingga nampak kenaikan tarif yang tinggi ketika melewati seksi tersebut,” ujar Hery.
Tarif semua jalan tol setiap dua tahun naik, kata dia, alasannya karena biaya operasi juga naik. Termasuk gaji yang standar UMR. Disoal tarif Jalan Tol Medan-Binjai menjadi salah satu tarif termahal di Indonesia, dia menepisnya. Kata dia, tarif jalan tol di Pulau Jawa lebih mahal.
Sebagai perbandingan jalan tol termahal di Indonesia (golongan I) berdasarkan laman resmi BPJT, tol Terbanggi Besar-Kayu Agung sepanjang 189,40 kilometer tarifnya Rp170.500 (hitungan perkilometernya sekitar Rp900). Tol Balikpapan-Samarinda 97,27 kilometer tarifnya Rp125.500 (Rp1.200 perkilometer-paling mahal). “Jalan tol Medan sampai Binjai rata-rata naik Rp1.500 perkilometernya,” ujar Hery.
Jalan Tol Medan-Binjai termasuk jalan bebas hambatan dalam kota, dengan penerangan jalan umum sepanjang jalannya. Jalan tol Medan-Binjai yang merupakan bagian dari ruas Jalan Tol Trans Sumatera diketahui sepanjang 16,72 kilometer yang terbagi menjadi 3 seksi, yaitu Seksi 1 ruas Tanjung Mulia-Helvetia sepanjang 6,72 kilometer. Kemudian Seksi 2 ruas Helvetia-Semayang sepanjang 6,18 kilometer. Dan Seksi 3 ruas Semayang-Binjai sepanjang 4,28 kilometer.
Terpisah, Sumardi (45) pengemudi truk asal Kota Medan sudah mengetahui adanya kenaikan tarif Jalan Tol Medan-Binjai. “Saya sudah tau kenaikan tarif jalan tol ini. Bagaimana tidak, hampir biasa dibilang dalam seminggu pasti ada melintas jalan tol,” ujar Sumardi.
Dia pun tetap harus melewati jalan tol, meski tarif sudah naik. Ini dilakukan guna menghindari jalan umum yang selalu macet pada sore hari. “Kalau jalan umum ini kadang sering terjadi keterlambatan saat kita ngantarkan barang pesanan konsumen. Sudah menjadi konsekuensi kita lah,” ujar Sumardi.
Zainul, pengemudi mobil pribadi pun demikian. Karena sudah sering melewati jalan tol untuk menghindari macet ketika ada pekerjaan mendadak, dia pun akhirnya tetap saja melintasi ruas jalan tol. “Kalau lagi santai biasanya gunakan jalan umum. Ini karena ada kerjaan makanya gunakan jalan tol,” ujar Zainul.
Soal tarif tol yang mengalami kenaikan, Zainul tak begitu mempersoalkannya. “Bagaimana lagi mau dibuat? Nyatanya kita memang membutuhkan jalan tol ini. Kalau kiranya mahal tarif tolnya, gunakan jalan umum sajalah. Kecuali kalau ada kerjaan yang mendadak, dan harus tepat waktu,” ujarnya.
Lain halnya dengan Sekar (37), yang merasa keberatan atas kenaikan tarif Jalan Tol Medan-Binjai. “Sebenarnya merasa kaget dan berat juga karena tarif tol ini naik. Tapi ya mau bagaimana lagi? Kalau lewat jalan umum, pasti mengalami kemacetan,” ujar Sekar.
Ia pun berharap kepada pemerintah, jika menaikan harga tarif tol ini hendaknya dikaji ulang. “Apalagi kami yang masih pas-pasan ini. Jaman sekarang pun nyari uang sulit,” tukasnya.
Sebelumnya, anggota DPRD Sumut Hendro Susanto meminta PT Hutama Karya (Persero) selaku operator Jalan Tol Medan-Binjai lebih peka terhadap kondisi perekonomian masyarakat Sumut saat ini. “Di mana kepekaan PT HK terhadap kondisi perekonomian masyarakat di Sumut? Jangan semaunya saja menaikkan tarif tol, karena sesungguhnya memberatkan sekali,” kata Hendro kepada wartawan, Minggu (21/5).
Menurutnya, perekonomian masyarakat di Sumut masih belum pulih setelah 2 tahun lebih covid 19 melanda. “Kalau kondisi ekonomi Sumut sudah sehat dan pendapatan masyarakat naik, silahkan saja. Tapi itupun harus disampaikan ke publik, rencana kenaikannya. Libatkan publik, karena masyarakat punya peran dalam pembangunan ini,” kata legislator PKS dari daerah pemilihan 12 meliputi Kota Binjai dan Kabupaten Langkat ini.
Hendro menilai, kenaikan tarif tol ini sangat memberatkan rakyat dan hanya menguntungkan para pengusaha jalan tol. “Cobalah PT HK tanya ke masyarakat, tanya ke pengguna jalan tol, libatkan masyarakat,” tandasnya. (ted/adz)