SUMUTPOS.CO – Pemutaran Film “Selembar Itu Berarti” yang di selengarakan PT Mora Production bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupten Deiserdang kembali menimbulkan masalah, Jumat (22/9).
Hal tersebut disampaikan Ketua DPRD Deliserdang Ricky Pradana nasution saat sidang paripurna Pengesahan P APBD di gedung DPRD Deliserdang, Jumat (22/9). Pihaknya meminta dengan tegas pada Dinas Pendidikan Deliserdang agar menghentikan kegiatan nonton bareng film “Selembar Itu Berarti” bagi para pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menegah Pertama (SMP).
“Film tersebut sudah banyak menimbulkan keresahan dan sudah menyebabkan sejumlah pelajar jatuh pingsan karena sesak antrian. Selain itu, juga adanya tindakan berbau pungli oleh pihak sekolah dengan modus beli tiket,” tegas Ketua DPRD.
“Meski tidak dipaksakan, namun secara otomatis pihak Dinas Pendidikan menganjurkan tiap sekolah memberangkatkan siswanya untuk nonton bareng. Ini harus dihentikan sebelum ada korban,” tambah Ricky.
Lagi pula, kata Ricky nonton bareng dengan jumlah siswa ribuan orang itu tidak akan membawa manfaat. Selain itu, yang ditonton juga tak akan mungkin tercerna lagi oleh siswa yang sudah lelah antri dan kepanasan.
“Kalau mau buat yang baguslah. Untuk Dinas Pendidikan Deliserdang jangan asal saja menyetujui pihak ketiga membuat kegiatan. Apalagi ini menyangkut anak sekolah yang diduga dipungli dengan modus nonton bareng ini. Padahal Pemerintah Pusat dari Tim Saber Pungli telah mengintruksikan jangan ada lagi pungli disekolah apapun jenisnya,” tegas politisi Golkar tersebut.
Amatan Sumut Pos, pemutaran film tersebut yang digelar di Gedung Olah Raga Lubukpakam itu banyak menuai masalah. Panitia terlihat tidak siap dengan kehadiran ribuan siswa yang berdesakan untuk menonton film tersebut.
Kondisi ruangan yang panas dan siswa berjubel mengakibatkan sejumlah pelajar jatuh pingsan dan sesak napas. Alhasil, para korban terpaksa dikeluarkan dari gedung pertunjukan guna mendapat perawatan tim medis.
Hendra, salah satu orang tua siswa mengeluhkan pihak panitia. Ia kesal karena anaknya juga menjadi korban yang jatuh pingsan.
“Bagaimana tidak pingsan, panitia memaksakan siswa berdesakan di ruangan panas dan gelap,” keluh Hendra kepada kru koran ini.