31.7 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Ayah Katarak, Dua Putrinya Katarak, Eh Cucu Juga Katarak… Duh

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Hafifah Marito Harahap, balita berusia 3 tahun yang menderita katarak, bersama ibu, kakak, dan adik ibunya, usai pemeriksaan mata pada Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan ANV dan Kodam I BB, di RS Tentara Padangsidimpuan, Senin (23/10/2017).

Sudah bukan rahasia lagi jika orang yang berumur, lebih rentan menderita katarak. Tapi mengapa anak-anak bahkan bayi ada yang menderita katarak? Ternyata, katarak bisa turun secara genetik, karena kelainan kromosom pada saat pembentukan janin. Tak heran, ada kasus ayah, putri, dan cucunya turun temurun menderita katarak. Duh…

————————————————–
Dame Ambarita, Padangsidimpuan
—————————————————

Seorang balita berwajah mungil tampak digendong relawan Tambang Emas Martabe, menuju ibunya di tengah-tengah tenda pemeriksaan mata/visus di Rumah Sakit TNI AD Losung Batu Padangsidimpuan pada 23 Oktober 2017.

Si balita hanya melekatkan kepalanya di leher si relawan sembari terisak. Matanya terpejam.

Relawan A New Vision yang ikut mendampingi berkata, balita berusia 3 tahun bernama Hafifah Marito Harahap tersebut terbukti menderita katarak, sesuai hasil pemeriksaan dokter.

“Tapi karena dia masih balita, dia direkomendasikan untuk dioperasi di Medan.

Seluruh biaya akan ditanggung sponsor,” kata si relawan ANV, merujuk pada Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” ke-6 yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan.

Si bayi menangis. Hwaaa. huaaaaa…huaa….

“Ibunya mana? Mana ibunya..???” relawan yang menggendong celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan.

Walah… ternyata si ibu sedang menjalani pemeriksaan mata. Mata sang ibu juga kena katarak, meski belum parah.

Ibu dan anak sama-sama kena katarak? Ini menarik.

Sejak kapan putrinya kena katarak bu?
“Pastinya kami kurang tau. Tapi sejak dia bisa membuka mata, sekitar usia 8 bulan, matanya selalu menyipit dan ada bintik putih. Semakin bertambah usia, bintik putihnya semakin menyebar,” kata si ibu yang bernama Anita Septrina (31) tersebut.

Ibu rumah tangga yang tinggal di Sibuhuan, Kecamatan Sosa, Padang Lawas (Palas) itu
menduga, penyakit katarak yang diderita putrinya merupakan penyakit turunan, karena ayahnya –kakek Hafifah– menderita katarak. Dua dari tiga putri ayahnya juga menderita katarak, yakni Anita sendiri dan adik perempuannya.

“Cuma.. adik udah sembuh setelah ikut operasi yang digelar tambang yang di Batangtoru itu tahun 2013 lalu. Saat itu, saya nggak ikut operasi gratis, karena lagi hamil Hafifah,” kisah Anita.

Setelah adiknya sembuh, dan Hafifah diketahui juga menderita bintik putih di mata, adiknya menyarankan mereka ikut operasi katarak gratis yang rutin digelar Tambang Emas Martabe setiap tahun.

“Cuma ayah Hafifah menolak. Katanya Hafifah masih terlalu kecil. Ini saja….kami hanya disuruh ikut periksa mata untuk memastikan jenis penyakitnya. Bukan izin untuk ikut operasi. Begitupun, demi masa depan Hafifah… saya akan berusaha membujuk ayahnya untuk memberi izin ikut operasi,” cetusnya sambil mengusap rambut putrinya dengan lembut.

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Hafifah Marito Harahap, balita penderita katarak, menyipitkan mata melawan sinar matahari yang terasa menyilaukan matanya, dalam gendongan ibunya Anita, yang juga menderita katarak, di RS Tentara Psp, Senin (23/10/2017).

Tak lama, adik Anita yang sudah sembuh dari katarak, datang menemui kakaknya.

Namanya Tukma Putri (26). Ibu tiga anak yang tinggal di Simpang Silandit, Padangmatinggi, Tapsel ini, matanya terlihat bersih dari lapisan putih.

“Iya.. sudah sembuh. Kalau dulu selalu sakit kepala dan susah melihat sinar matahari, sekarang tak ada masalah lagi,” katanya dengan senyum manis.

Tahun 2013, dia mendapat info mengenai operasi katarak gratis ini dari teman. Tahun ini, infonya diperoleh dari koran.

“Sejak sembuh, saya sudah membawa 4 oang kerabat untuk ikut operasi gratis. Karena saya yang menjadi saksi nyata keberhasilan operasi katarak gratis, mereka percaya. Saya juga yang mengajak kakak dan ponakan saya kali ini untuk ikut operasi. Saya bilang pada mereka: dokternya bagus, obatnya bagus, dan hasilnya pun bagus. Saya buktinya” katanya percaya diri.

Lantas, mengapa ayah mereka nggak ikut juga diajak operasi padahal menderita katarak?
“Ayah tinggal di Aceh, agak jauh untuk datang kemari,” jawab keduanya dengan sedikit nada menyesal.

Tak lama, keduanya permisi mau pulang. Misinya satu: memberitahu ayah Hafifah mengenai hasil pemeriksaan mata. Sekaligus membujuk pria yang bekerja sebagai sopir bus antarkota itu untuk memberi izin Hafifah dioperasi katarak di Medan. Kalau memungkinkan, sekaligus dioperasi bareng dengan ibunya.

Okelah.. good luck ya bu. Semoga misinya sukses!
Menurut Kolonel Ckm dr Irsan, Sp.M ‘, salahsatu dokter yang melakukan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe, katarak merupakan timbulnya lapisan selaput yang terjadi pada lensa mata. Lensa mata yang berfungsi untuk menerima cahaya akhirnya tidak bisa bekerja dengan sempurna karena terhalang oleh lapisan selaput yang terbentuk, sehingga menyebabkan kaburnya penglihatan.

“Penyebabnya ada beberapa, antara lain penuaan jaringan lensa mata, paparan sinar ultra violet matahari yang terlalu kuat, benturan-benturan yang mengenai lensa mata, peradangan pada lensa mata, akibat diabetes, akibat genetik (bawaan sejak lahir), dan lain-lain,” kata dokter Irsan.

Dalam kasus Hafifah, ibunya, adik ibunya. dan kakeknya sama-sama kena katarak, diduga akibat genetik (bawaan sejak lahir).

Faktor genetik adalah faktor yang tidak dapat dihindari. Jika ada anggota keluarga yang menderita katarak, maka anaknya pun memiliki kemungkinan menderita katarak.

“Meski begitu, tak perlu patah semangat. Katarak karena faktor keturunan pun tetap berpeluang besar untuk disembuhkan lewat operasi,” kata dokter Irsan memberi semangat. (*)

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Hafifah Marito Harahap, balita berusia 3 tahun yang menderita katarak, bersama ibu, kakak, dan adik ibunya, usai pemeriksaan mata pada Operasi Katarak Gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan ANV dan Kodam I BB, di RS Tentara Padangsidimpuan, Senin (23/10/2017).

Sudah bukan rahasia lagi jika orang yang berumur, lebih rentan menderita katarak. Tapi mengapa anak-anak bahkan bayi ada yang menderita katarak? Ternyata, katarak bisa turun secara genetik, karena kelainan kromosom pada saat pembentukan janin. Tak heran, ada kasus ayah, putri, dan cucunya turun temurun menderita katarak. Duh…

————————————————–
Dame Ambarita, Padangsidimpuan
—————————————————

Seorang balita berwajah mungil tampak digendong relawan Tambang Emas Martabe, menuju ibunya di tengah-tengah tenda pemeriksaan mata/visus di Rumah Sakit TNI AD Losung Batu Padangsidimpuan pada 23 Oktober 2017.

Si balita hanya melekatkan kepalanya di leher si relawan sembari terisak. Matanya terpejam.

Relawan A New Vision yang ikut mendampingi berkata, balita berusia 3 tahun bernama Hafifah Marito Harahap tersebut terbukti menderita katarak, sesuai hasil pemeriksaan dokter.

“Tapi karena dia masih balita, dia direkomendasikan untuk dioperasi di Medan.

Seluruh biaya akan ditanggung sponsor,” kata si relawan ANV, merujuk pada Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” ke-6 yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan.

Si bayi menangis. Hwaaa. huaaaaa…huaa….

“Ibunya mana? Mana ibunya..???” relawan yang menggendong celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan.

Walah… ternyata si ibu sedang menjalani pemeriksaan mata. Mata sang ibu juga kena katarak, meski belum parah.

Ibu dan anak sama-sama kena katarak? Ini menarik.

Sejak kapan putrinya kena katarak bu?
“Pastinya kami kurang tau. Tapi sejak dia bisa membuka mata, sekitar usia 8 bulan, matanya selalu menyipit dan ada bintik putih. Semakin bertambah usia, bintik putihnya semakin menyebar,” kata si ibu yang bernama Anita Septrina (31) tersebut.

Ibu rumah tangga yang tinggal di Sibuhuan, Kecamatan Sosa, Padang Lawas (Palas) itu
menduga, penyakit katarak yang diderita putrinya merupakan penyakit turunan, karena ayahnya –kakek Hafifah– menderita katarak. Dua dari tiga putri ayahnya juga menderita katarak, yakni Anita sendiri dan adik perempuannya.

“Cuma.. adik udah sembuh setelah ikut operasi yang digelar tambang yang di Batangtoru itu tahun 2013 lalu. Saat itu, saya nggak ikut operasi gratis, karena lagi hamil Hafifah,” kisah Anita.

Setelah adiknya sembuh, dan Hafifah diketahui juga menderita bintik putih di mata, adiknya menyarankan mereka ikut operasi katarak gratis yang rutin digelar Tambang Emas Martabe setiap tahun.

“Cuma ayah Hafifah menolak. Katanya Hafifah masih terlalu kecil. Ini saja….kami hanya disuruh ikut periksa mata untuk memastikan jenis penyakitnya. Bukan izin untuk ikut operasi. Begitupun, demi masa depan Hafifah… saya akan berusaha membujuk ayahnya untuk memberi izin ikut operasi,” cetusnya sambil mengusap rambut putrinya dengan lembut.

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Hafifah Marito Harahap, balita penderita katarak, menyipitkan mata melawan sinar matahari yang terasa menyilaukan matanya, dalam gendongan ibunya Anita, yang juga menderita katarak, di RS Tentara Psp, Senin (23/10/2017).

Tak lama, adik Anita yang sudah sembuh dari katarak, datang menemui kakaknya.

Namanya Tukma Putri (26). Ibu tiga anak yang tinggal di Simpang Silandit, Padangmatinggi, Tapsel ini, matanya terlihat bersih dari lapisan putih.

“Iya.. sudah sembuh. Kalau dulu selalu sakit kepala dan susah melihat sinar matahari, sekarang tak ada masalah lagi,” katanya dengan senyum manis.

Tahun 2013, dia mendapat info mengenai operasi katarak gratis ini dari teman. Tahun ini, infonya diperoleh dari koran.

“Sejak sembuh, saya sudah membawa 4 oang kerabat untuk ikut operasi gratis. Karena saya yang menjadi saksi nyata keberhasilan operasi katarak gratis, mereka percaya. Saya juga yang mengajak kakak dan ponakan saya kali ini untuk ikut operasi. Saya bilang pada mereka: dokternya bagus, obatnya bagus, dan hasilnya pun bagus. Saya buktinya” katanya percaya diri.

Lantas, mengapa ayah mereka nggak ikut juga diajak operasi padahal menderita katarak?
“Ayah tinggal di Aceh, agak jauh untuk datang kemari,” jawab keduanya dengan sedikit nada menyesal.

Tak lama, keduanya permisi mau pulang. Misinya satu: memberitahu ayah Hafifah mengenai hasil pemeriksaan mata. Sekaligus membujuk pria yang bekerja sebagai sopir bus antarkota itu untuk memberi izin Hafifah dioperasi katarak di Medan. Kalau memungkinkan, sekaligus dioperasi bareng dengan ibunya.

Okelah.. good luck ya bu. Semoga misinya sukses!
Menurut Kolonel Ckm dr Irsan, Sp.M ‘, salahsatu dokter yang melakukan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe, katarak merupakan timbulnya lapisan selaput yang terjadi pada lensa mata. Lensa mata yang berfungsi untuk menerima cahaya akhirnya tidak bisa bekerja dengan sempurna karena terhalang oleh lapisan selaput yang terbentuk, sehingga menyebabkan kaburnya penglihatan.

“Penyebabnya ada beberapa, antara lain penuaan jaringan lensa mata, paparan sinar ultra violet matahari yang terlalu kuat, benturan-benturan yang mengenai lensa mata, peradangan pada lensa mata, akibat diabetes, akibat genetik (bawaan sejak lahir), dan lain-lain,” kata dokter Irsan.

Dalam kasus Hafifah, ibunya, adik ibunya. dan kakeknya sama-sama kena katarak, diduga akibat genetik (bawaan sejak lahir).

Faktor genetik adalah faktor yang tidak dapat dihindari. Jika ada anggota keluarga yang menderita katarak, maka anaknya pun memiliki kemungkinan menderita katarak.

“Meski begitu, tak perlu patah semangat. Katarak karena faktor keturunan pun tetap berpeluang besar untuk disembuhkan lewat operasi,” kata dokter Irsan memberi semangat. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/