30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

AQUA Bersama Kelompok Tani Sehat Ingin Sejahterakan Petani di Langkat (2)

Bertekad Bangun Rumah Industri Kompos

SUMUTPOS.CO – Sebuah bangunan sederhana berukuran 4×8 meter, berdiri di atas lahan pertanian di Jalan Raya Binjai-Namu Ukur, Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Bangunan sederhana yang berdiri tahun 2021 itu, merupakan Rumah Kompos yang dikelola Kelompok Tani Sehat.

LAILA AZIZAH, Langkat

TAK ada yang istimewa dari bangunan itu. Dindingnya hanya terbuat dari nipah bambu. Namun, di balik bangunan Rumah Kompos inilah Kelompok Tani Sehat menggantungkan sejuta harapan besar mereka. Harapan yang cukup sederhana. Ingin mensejahterakan petani yang ada di desa itu.

Kompos, satu kata kunci untuk meraih kesuksesan dan kesejahteraan petani. Begitulah kata Kelompok Tani Sehat. Dari Rumah Kompos itu, mereka secara gotong-royong mengolah kompos untuk lahan pertanian mereka. Sejak mengenal kompos dengan menjalankan pertanian sistem organik, Kelompok Tani Sehat maupun para petani di Desa Pasar VI, Kwala Mencirim, tak lagi terlilit utang tengkulak atau agen.

Itu karena bertani dengan sistem organik ongkos produksinya lebih murah dibanding menggunakan kimia. Tingginya biaya produksi menggunakan pupuk kimia sering tak sebanding dengan hasil panen yang didapat. Ujung-ujungnya, petani terlilit utang yang terus menumpuk. Namun sekarang ‘badai’ utang sudah berlalu.

Akrabnya Kelompok Tani Sehat dengan kompos tak terlepas dari peran Perusahaan AQUA Langkat yang berada di desa itu. AQUA lah yang mengenalkan mereka dan para petani di sana bagaimana menanam dengan sistem pertanian ramah lingkungan, yakni organik, yang sudah barang tentu bahan utamanya adalah kompos.

“Pupuk kimia itu seperti manusia. Kalau manusia terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung zat kimia, tentu akan merusak kesehatan tubuh. Begitu juga pupuk kimia, sangat merusak pH tanah. Rata-rata, kalau sudah pakai pupuk kimia, maka pH tanah biasanya di ambang batas 4. Artinya, tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah,” ujar anggota Kelompok Tani Sehat, Supriyanto kepada wartawan Sumut Pos saat menyambangi lokasi lahan pertanian mereka. Supriyanto ditemani Kelompok Tani Sehat lainnya, Yono, Buaming, Yogi, Tejo, dan Jamil.

Seperti yang kita ketahui, pH tanah adalah tingkat keasaman dan kebasaan suatu tanah pertanian yang ditunjukkan dengan skala angka 0-14. Tanah dikatakan netral ketika berada pada angka 7, tanaman dapat tumbuh subur pada tanah dengan tingkat pH kisaran angka 6,5-7,5.

Sedangkan Kompos merupakan bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut.

Bahan organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak, serta bahan organik lainnya. Kompos tidak hanya berfungsi untuk menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dibandingkan pupuk dengan bahan anorganik, pupuk kompos jauh lebih memiliki manfaat.

Begitu berharga dan bermanfaatnya kompos untuk tanaman, para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim tersebut saat ini berebut kandang atau berebut kotoran hewan kandang. “Sekarang sudah pada berebut kandang. Satu muatan motor kecil kotoran kandang harganya sekarang sudah Rp130 ribu. Itu pun beratnya paling hanya 300 Kg,” ungkap Supriyanto lagi.

Dulu, sebelum petani di desa itu mengenal kompos, mereka menjual kotoran ternaknya ke luar daerah. Di desa itu memang 80 persen petani juga sebagai peternak. Truk-truk pengangkut kotoran ternak yang berasal dari Tanah Karo, datang ke desa mereka waktu itu. “Kita belum paham manfaat kotoran ternak waktu itu, makanya kita jual. Ada truk dari Tanah Karo yang datang membeli. Sekarang para petani sudah memanfaatkan kotoran ternak kandangnya masing-masing untuk pupuk kompos di tanaman mereka,” ujar Supriyanto.

Supriyanto, Yono, Buaming, Yogi, Tejo, dan Jamil serta anggota Kelompok Tani Sehat yang beranggotakan sekitar 30 orang, saat ini bercita-cita ingin membangun rumah industri kompos di lahan itu. Tujuan mereka agar semua petani di desa mereka hingga di Kabupaten Langkat tak lagi menggunakan pupuk kimia.

Tapi, untuk mewujudkan rumah industri kompos itu, Kelompok Tani Sehat belum memiliki mesin pencacah kompos. “Kita belum memproduksi kompos untuk dijual karena belum punya alatnya. Harganya kalau tidak salah sekitar Rp50 juta satu unit. Kalau bahan bakunya seperti kotoran ternak kandang, sangat cukup kita dapatkan nanti. Kami bertekad ingin membangun rumah industri kompos,” kata Supriyanto penuh optimis.

Supriyanto bersama Kelompok Tani Sehat menyadari kalau membangun rumah industri kompos harus membentuk sebuah koperasi. Makanya ia bersama teman-teman petani tengah berupaya membentuk koperasi petani agar cita-cita mereka dapat terwujud. Memang, mendirikan sesuatu organisasi atau koperasi, menurut Supriyanto tidak mudah dan membutuhkan modal.

“Makanya kami berterima kasih kepada AQUA atas semua bantuan yang telah diberikan kepada petani. Saya bilang sama Pak Jimmi dari AQUA, tolong terus bimbing dan bantu kami. Kalau tidak ada pihak pendukung, nanti semangat kami bisa hilang. Jika kami nanti mampu menjadi distributor kompos dan bisa memenuhi kebutuhan petani, kami yakin petani di desa ini bahkan di Kabupaten Langkat akan sejahtera karena bisa bertani secara organik, dan pastinya AQUA akan bangga kepada kami nantinya,” pungkas Supriyanto bersemangat.

Ketua Kelompok Tani Sehat, Jamil menimpali, kalau saat ini Kelompok Tani Sehat sedang mengajukan bantuan kepada AQUA meminta alat pencacah kompos. Namun sebenarnya, kata Jamil, jauh dari lubuk hati para Kelompok Tani Sehat, mereka juga menginginkan peran pemerintah dengan melakukan pembinaan, pendampingan dan bantuan kepada petani di desanya.

“Kami tak mungkin terus bergantung sama AQUA. Kehadiran AQUA di kampung kami ini sungguh sangat bermanfaat kepada masyarakat dan petani. Tapi kami juga mohon kepada pemerintah untuk membina petani. Kami butuh dukungan dan bantuan pemerintah juga, tidak hanya pihak swasta. Kami siap membantu pemerintah untuk meningkatkan perekonomian di desa kami ini,” kata Jamil.

Keinginan Kelompok Tani Sehat sepertinya bak gayung bersambut. Pihak AQUA Langkat pun berkeinginan tetap terus merangkul Kelompok Tani Sehat demi kesejahteraan pertanian di desa itu.

Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Langkat Jimmi Simorangkir mengatakan, pihak AQUA berkeinginan agar Kelompok Tani Sehat menjadi distributor penjualan pupuk kompos. Bahkan, jika nantinya semua dokumen kelengkapan persyaratan sudah dipenuhi Kelompok Tani Sehat dalam tahun ini, maka tahun depan pihak AQUA Langkat akan merealisasikan bantuan mesin pencacah kompos.

Jimmi bilang, AQUA selalu komitmen mendukung industri hijau ramah lingkungan, salah satunya industri pengolahan pupuk kompos. Hal ini juga demi untuk berkesinambungan lingkungan. “Begitu seriusnya AQUA Langkat terhadap kompos yang diolah Kelompok Tani Sehat, kami waktu itu membawa kompos itu ke laboratorium untuk diteliti kandungannya, apakah sudah sesuai dengan yang dibutuhkan tanah dan tanaman,” pungkas Jimmi.

Bicara soal tanaman organik dan kompos, Kepala Sub Bidang Program Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, Fahri Perangin Angin mengatakan, negara-negara berkembang memang sudah harus berpikir ke arah lingkungan hijau dengan mengurangi bahan-bahan kimia. “Itu harapan kita, makanya yang kita lakukan adalah penyediaan pupuk yang sifatnya nabati sehingga kita secara perlahan-lahan mengurangi pupuk kimia tadi,” ujar Fahri saat ditemui wartawan Sumut Pos di ruang kerjanya, Rabu (11/10).

Wartawan Sumut Pos kemudian menceritakan kegiatan Kelompok Tani Sehat yang bertani secara organik, yang juga ingin membangun industri rumah kompos, serta ingin mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya bantuan mesin pencacah kompos. Fahri pun tertarik. Ia langsung menelepon Kepala Bidang Tanaman dan Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaten Langkat, Rosnani. Fahri sengaja membunyikan suara speaker ponselnya agar pembicaraan mereka terdengar wartawan Sumut Pos. Ternyata, Rosnani mengenal Kelompok Tani Sehat.

“Saya tahu itu Pak Fahri. Kelompok Tani Sehat itu binaan AQUA di sana. Hubungan mereka dengan AQUA sangat bagus, Pak. Mereka belum pernah kita beri bantuan. Nanti coba saya tinjau ke lapangan ya Pak,” ujar Rosnani yang kemudian mengakhiri sambungan teleponnya.

Usai menelepon, Fahri pun menyampaikan kepada wartawan Sumut Pos dengan berjanji nantinya dari Provinsi akan berkomunikasi dengan kabupaten, untuk melihat atau meninjau lapangan seperti apa aktivitas Kelompok Tani Sehat. “Saya ingin tahu Kelompok Tani Sehat, kalau memang cukup ideal, kita akan siapkan bantuan. Tapi untuk mendapat bantuan, Kelompok Tani Sehat harus terdaftar di kabupaten atau di Kementerian Pertanian. Ya, harus ikuti prosedurnya juga,” kata Fahri.

Fahri kemudian sangat mengapresiasikan AQUA, bahkan menyatakan rasa bangganya karena AQUA menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) ke pertanian, khususnya pertanian yang go green. Ia berharap perusahaan swasta lainnya ikut meniru apa yang dilakukan AQUA dengan pertanian hijau ke depan. Sebab menurut Fahri, jika pertanian sehat, lingkungan sehat, mengkonsumsinya juga aman.

“Kita apresiasi AQUA, kalau bisa diperbanyak manfaat AQUA untuk masyarakat karena kita tahu produk AQUA ada di seluruh nusantara. Terima kasih kepada AQUA yang sudah hadir membantu masyarakat, petani, dan pemerintah. Salam ya buat AQUA,” pungkas Fahri mengakhiri wawancara dengan wartawan Sumut Pos. (bersambung)

SUMUTPOS.CO – Sebuah bangunan sederhana berukuran 4×8 meter, berdiri di atas lahan pertanian di Jalan Raya Binjai-Namu Ukur, Desa Pasar VI Kwala Mencirim, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat. Bangunan sederhana yang berdiri tahun 2021 itu, merupakan Rumah Kompos yang dikelola Kelompok Tani Sehat.

LAILA AZIZAH, Langkat

TAK ada yang istimewa dari bangunan itu. Dindingnya hanya terbuat dari nipah bambu. Namun, di balik bangunan Rumah Kompos inilah Kelompok Tani Sehat menggantungkan sejuta harapan besar mereka. Harapan yang cukup sederhana. Ingin mensejahterakan petani yang ada di desa itu.

Kompos, satu kata kunci untuk meraih kesuksesan dan kesejahteraan petani. Begitulah kata Kelompok Tani Sehat. Dari Rumah Kompos itu, mereka secara gotong-royong mengolah kompos untuk lahan pertanian mereka. Sejak mengenal kompos dengan menjalankan pertanian sistem organik, Kelompok Tani Sehat maupun para petani di Desa Pasar VI, Kwala Mencirim, tak lagi terlilit utang tengkulak atau agen.

Itu karena bertani dengan sistem organik ongkos produksinya lebih murah dibanding menggunakan kimia. Tingginya biaya produksi menggunakan pupuk kimia sering tak sebanding dengan hasil panen yang didapat. Ujung-ujungnya, petani terlilit utang yang terus menumpuk. Namun sekarang ‘badai’ utang sudah berlalu.

Akrabnya Kelompok Tani Sehat dengan kompos tak terlepas dari peran Perusahaan AQUA Langkat yang berada di desa itu. AQUA lah yang mengenalkan mereka dan para petani di sana bagaimana menanam dengan sistem pertanian ramah lingkungan, yakni organik, yang sudah barang tentu bahan utamanya adalah kompos.

“Pupuk kimia itu seperti manusia. Kalau manusia terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung zat kimia, tentu akan merusak kesehatan tubuh. Begitu juga pupuk kimia, sangat merusak pH tanah. Rata-rata, kalau sudah pakai pupuk kimia, maka pH tanah biasanya di ambang batas 4. Artinya, tingkat kesuburan tanahnya sangat rendah,” ujar anggota Kelompok Tani Sehat, Supriyanto kepada wartawan Sumut Pos saat menyambangi lokasi lahan pertanian mereka. Supriyanto ditemani Kelompok Tani Sehat lainnya, Yono, Buaming, Yogi, Tejo, dan Jamil.

Seperti yang kita ketahui, pH tanah adalah tingkat keasaman dan kebasaan suatu tanah pertanian yang ditunjukkan dengan skala angka 0-14. Tanah dikatakan netral ketika berada pada angka 7, tanaman dapat tumbuh subur pada tanah dengan tingkat pH kisaran angka 6,5-7,5.

Sedangkan Kompos merupakan bahan-bahan organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena terjadi interaksi antara mikroorganisme atau bakteri pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut.

Bahan organik yang dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami, sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak, serta bahan organik lainnya. Kompos tidak hanya berfungsi untuk menambah unsur hara, tetapi juga menjaga fungsi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Dibandingkan pupuk dengan bahan anorganik, pupuk kompos jauh lebih memiliki manfaat.

Begitu berharga dan bermanfaatnya kompos untuk tanaman, para petani di Desa Pasar VI Kwala Mencirim tersebut saat ini berebut kandang atau berebut kotoran hewan kandang. “Sekarang sudah pada berebut kandang. Satu muatan motor kecil kotoran kandang harganya sekarang sudah Rp130 ribu. Itu pun beratnya paling hanya 300 Kg,” ungkap Supriyanto lagi.

Dulu, sebelum petani di desa itu mengenal kompos, mereka menjual kotoran ternaknya ke luar daerah. Di desa itu memang 80 persen petani juga sebagai peternak. Truk-truk pengangkut kotoran ternak yang berasal dari Tanah Karo, datang ke desa mereka waktu itu. “Kita belum paham manfaat kotoran ternak waktu itu, makanya kita jual. Ada truk dari Tanah Karo yang datang membeli. Sekarang para petani sudah memanfaatkan kotoran ternak kandangnya masing-masing untuk pupuk kompos di tanaman mereka,” ujar Supriyanto.

Supriyanto, Yono, Buaming, Yogi, Tejo, dan Jamil serta anggota Kelompok Tani Sehat yang beranggotakan sekitar 30 orang, saat ini bercita-cita ingin membangun rumah industri kompos di lahan itu. Tujuan mereka agar semua petani di desa mereka hingga di Kabupaten Langkat tak lagi menggunakan pupuk kimia.

Tapi, untuk mewujudkan rumah industri kompos itu, Kelompok Tani Sehat belum memiliki mesin pencacah kompos. “Kita belum memproduksi kompos untuk dijual karena belum punya alatnya. Harganya kalau tidak salah sekitar Rp50 juta satu unit. Kalau bahan bakunya seperti kotoran ternak kandang, sangat cukup kita dapatkan nanti. Kami bertekad ingin membangun rumah industri kompos,” kata Supriyanto penuh optimis.

Supriyanto bersama Kelompok Tani Sehat menyadari kalau membangun rumah industri kompos harus membentuk sebuah koperasi. Makanya ia bersama teman-teman petani tengah berupaya membentuk koperasi petani agar cita-cita mereka dapat terwujud. Memang, mendirikan sesuatu organisasi atau koperasi, menurut Supriyanto tidak mudah dan membutuhkan modal.

“Makanya kami berterima kasih kepada AQUA atas semua bantuan yang telah diberikan kepada petani. Saya bilang sama Pak Jimmi dari AQUA, tolong terus bimbing dan bantu kami. Kalau tidak ada pihak pendukung, nanti semangat kami bisa hilang. Jika kami nanti mampu menjadi distributor kompos dan bisa memenuhi kebutuhan petani, kami yakin petani di desa ini bahkan di Kabupaten Langkat akan sejahtera karena bisa bertani secara organik, dan pastinya AQUA akan bangga kepada kami nantinya,” pungkas Supriyanto bersemangat.

Ketua Kelompok Tani Sehat, Jamil menimpali, kalau saat ini Kelompok Tani Sehat sedang mengajukan bantuan kepada AQUA meminta alat pencacah kompos. Namun sebenarnya, kata Jamil, jauh dari lubuk hati para Kelompok Tani Sehat, mereka juga menginginkan peran pemerintah dengan melakukan pembinaan, pendampingan dan bantuan kepada petani di desanya.

“Kami tak mungkin terus bergantung sama AQUA. Kehadiran AQUA di kampung kami ini sungguh sangat bermanfaat kepada masyarakat dan petani. Tapi kami juga mohon kepada pemerintah untuk membina petani. Kami butuh dukungan dan bantuan pemerintah juga, tidak hanya pihak swasta. Kami siap membantu pemerintah untuk meningkatkan perekonomian di desa kami ini,” kata Jamil.

Keinginan Kelompok Tani Sehat sepertinya bak gayung bersambut. Pihak AQUA Langkat pun berkeinginan tetap terus merangkul Kelompok Tani Sehat demi kesejahteraan pertanian di desa itu.

Stakeholder Relations Manager Pabrik AQUA Langkat Jimmi Simorangkir mengatakan, pihak AQUA berkeinginan agar Kelompok Tani Sehat menjadi distributor penjualan pupuk kompos. Bahkan, jika nantinya semua dokumen kelengkapan persyaratan sudah dipenuhi Kelompok Tani Sehat dalam tahun ini, maka tahun depan pihak AQUA Langkat akan merealisasikan bantuan mesin pencacah kompos.

Jimmi bilang, AQUA selalu komitmen mendukung industri hijau ramah lingkungan, salah satunya industri pengolahan pupuk kompos. Hal ini juga demi untuk berkesinambungan lingkungan. “Begitu seriusnya AQUA Langkat terhadap kompos yang diolah Kelompok Tani Sehat, kami waktu itu membawa kompos itu ke laboratorium untuk diteliti kandungannya, apakah sudah sesuai dengan yang dibutuhkan tanah dan tanaman,” pungkas Jimmi.

Bicara soal tanaman organik dan kompos, Kepala Sub Bidang Program Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, Fahri Perangin Angin mengatakan, negara-negara berkembang memang sudah harus berpikir ke arah lingkungan hijau dengan mengurangi bahan-bahan kimia. “Itu harapan kita, makanya yang kita lakukan adalah penyediaan pupuk yang sifatnya nabati sehingga kita secara perlahan-lahan mengurangi pupuk kimia tadi,” ujar Fahri saat ditemui wartawan Sumut Pos di ruang kerjanya, Rabu (11/10).

Wartawan Sumut Pos kemudian menceritakan kegiatan Kelompok Tani Sehat yang bertani secara organik, yang juga ingin membangun industri rumah kompos, serta ingin mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya bantuan mesin pencacah kompos. Fahri pun tertarik. Ia langsung menelepon Kepala Bidang Tanaman dan Holtikultura Dinas Pertanian Kabupaten Langkat, Rosnani. Fahri sengaja membunyikan suara speaker ponselnya agar pembicaraan mereka terdengar wartawan Sumut Pos. Ternyata, Rosnani mengenal Kelompok Tani Sehat.

“Saya tahu itu Pak Fahri. Kelompok Tani Sehat itu binaan AQUA di sana. Hubungan mereka dengan AQUA sangat bagus, Pak. Mereka belum pernah kita beri bantuan. Nanti coba saya tinjau ke lapangan ya Pak,” ujar Rosnani yang kemudian mengakhiri sambungan teleponnya.

Usai menelepon, Fahri pun menyampaikan kepada wartawan Sumut Pos dengan berjanji nantinya dari Provinsi akan berkomunikasi dengan kabupaten, untuk melihat atau meninjau lapangan seperti apa aktivitas Kelompok Tani Sehat. “Saya ingin tahu Kelompok Tani Sehat, kalau memang cukup ideal, kita akan siapkan bantuan. Tapi untuk mendapat bantuan, Kelompok Tani Sehat harus terdaftar di kabupaten atau di Kementerian Pertanian. Ya, harus ikuti prosedurnya juga,” kata Fahri.

Fahri kemudian sangat mengapresiasikan AQUA, bahkan menyatakan rasa bangganya karena AQUA menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) ke pertanian, khususnya pertanian yang go green. Ia berharap perusahaan swasta lainnya ikut meniru apa yang dilakukan AQUA dengan pertanian hijau ke depan. Sebab menurut Fahri, jika pertanian sehat, lingkungan sehat, mengkonsumsinya juga aman.

“Kita apresiasi AQUA, kalau bisa diperbanyak manfaat AQUA untuk masyarakat karena kita tahu produk AQUA ada di seluruh nusantara. Terima kasih kepada AQUA yang sudah hadir membantu masyarakat, petani, dan pemerintah. Salam ya buat AQUA,” pungkas Fahri mengakhiri wawancara dengan wartawan Sumut Pos. (bersambung)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/