27.8 C
Medan
Saturday, May 11, 2024

Berharap Ijazah SMP untuk Cari Kerja

Saifuddin tidak muda lagi. Dia berumur 46 tahun. Tapi, dia tetap semangat mengikuti Ujian Nasional (UN) Paket B untuk meraih ijazah SMP. Keberuntungan pun diandalkan agar bisa lulus.

Aula Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Jalan Pusara Penjuang Kota Tebingtinggi, Rabu (24/4) sekitar pukul 13.30 WIB tampak tenang. Sebelas warga binaan  Lapas terlihat serius memandang soal-soal ujian yang dibagikan Mereka serius layaknya peserta UN lainnya yang ujian di gedung sekolah.

SERIUS: Sebanyak 11 orang peserta ujian Paket B  Lapas Kelas II B Kota Tebingtinggi terlihat serius mengerjakan soal-soal ujian, Rabu (24/4).//sopian/SUMUT POS
SERIUS: Sebanyak 11 orang peserta ujian Paket B di Lapas Kelas II B Kota Tebingtinggi terlihat serius mengerjakan soal-soal ujian, Rabu (24/4).//sopian/SUMUT POS

Di sisi bagian belakang barisan kursi peserta ujian Saifuddin mulai membaca coal ujian. Lelaki plontos itu sesekali mengerutkan dahi. Sebagai lelaki yang sudag berumur 46 tahun, tentunya dia kerepotan menghadapi soal ujian tersebut. Apalagi, sebagai pesakitan dia tidak mengikuti pelajaran yang diujiankan secara teratur; tidak seperti anak sekolahan yang lain.

“Ya, kita berharap dari faktor keberuntungan saja, kalau lulus Alhamdulillah, kalau tidak lulus yang memang sudah nasib harus begini,” ungkap Saifuddin usai mengikuti UN, kemarin.

Mengikuti UN ketika umur sudah menginjak 46 tahun bisa dikatakan tak lazim. Namun, hal itu dibantah Saifuddin. “Mengejar ilmu tidak harus padang umur, di mana ada kemauan kita, pasti semua itu akan terkabul,” ungkap Saifuddin.
“Saya memang tak tamat SMP,” tambahnya.

Saifuddin mengaku, belum pernah mendapatkan pendidikan seperti yang diujikan dalam UN.  soal ujian kali ini. Kesulitan memang dialami Saifuddin ketika menjawab pertanyaan tersebut. “Terpenting kita harus mencoba, kalau tidak kapan lagi kita memiliki ijazah kelulusan setera dengan SMP. Mana tahu, setelah bebas nantinya ada orang menawarkan pekerjaan membutuhkan ijazah tamatan SMP, kita sudah punya,” kata Saifuddin sambil tersenyum.

Seperti dikatakan di awal tadi, di Lapas tersebut tidak hanya Saifuddin yang ikut UN. Masih ada sepuluh warga binaan yang lain. Namun, soal usia, Saifuddin memang paling tua. Peserta paling muda tercatat dengan nama Iwan Lumbantoruan (15) warga Desa Manggadua Kabupaten Serdang Bedagai.

Terkait dengan itu, Kalapas, Budi Argap Sutingkir SH mengucapkan terima kasih kepada warga binaan yang mau mengikuti pelaksanaan ujian Paket B yang digelar oleh pihak Lapas kerja sama dengan Pihak Dinas Pendidikan Kota Tebingtinggi. Budi berharap kepada pihak Disdik agar memberikan nilai kelulusan tersendiri kepada warga binaan tersebut.

“Ya, kita harus bisa memakluminya, warga binaan memang selama di sini banyak memikirkan nasib keluarga di luar, ditambah menghadapi ujian dengan soal-soal yang sulit. Kalau bisa standar nilai kelulusan bisa dibedakan dengan sekolah diluarlah,” pinta Budi.
Menurut Budi, warga binaan yang mengikuti ujian Paket B harus dibujuk lebih dulu agar mau mengikutinya. “Setelah keluar, para warga binaan bisa memperoleh ijazah setera dengan tamatan SMP, selain mendapat ilmu, nantinya nilai kelulusan itu bisa dipergunakan untuk mencari pekerjaan,” ungkap Budi.

Sementara peserta ujian Paket B termuda, Iwan Lumbantoruan mengaku sudah mengikuti pelaksanaan ujian dari tanggal 22 April lalu.. “Kita tetap berusaha untuk menjawab soal ujian itu, kalau tidak tahu, saya coba dengan tebak-tebak, mana tahu betul kan lumayan bertambah nilai,” ujar Iwan.

Di sisi lain, seluruh Lembar Jawaban Komputer (LJK) ujian nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) dari seluruh seluruh sekolah di 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut) sudah dikirimkan ke Universitas Negeri Medan (Unimed) untuk dilakukan pemindaian.

Hal ini disampaikan Tappil Rambe, Humas Unimed ketika dihubungi via telephon selulernya. Proses pemindaian dilakukan di Gedung Serba Guna milik Unimed, proses pemindaian sendiri berlangsung hingga 3 Mei mendatang, setelah itu seluruh LJK dikirimkan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),“Namun apabila tidak, Unimed akan memohon untuk diberikan perpanjangan waktu untuk proses pemindaian,” katanya.

Sedangkan Parluhutan Hasibuan, Kadis Pendidikan Kota Medan mengatakan pada hari ketiga pelaksanaan UN SMP berjalan lancar tanpa ada kendala. “Tadi saya sudah telepon Syahrial (Kabid PPD Disdik Medan), dan mendapatkan informasi pelaksanaan ujian hari ini berjalan aman, semoga pada hari terakhir ujian juga berjalan tanpa ada kendala,” katanya

Peristiwa kurang mendidik terjadi di Binjai. Diduga ada kecurangan yang terjadi dengan mata pelajaran matematika. Soalnya, siswa SMP Negeri 7 Binjai di Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Binjai Kota, diketahui kedapatan membawa sehelai kertas diduga bocoran jawaban UN.

Informasi dihimpun, hal ini terungkap saat beberapa orang pengawas dari Provinsi Sumatra Utara melakukan inspeksi mendadakdi setiap sekolah di Kota Binjai. Kunjungan pengawas tersebut, bertujuan untuk memastika UN di SMP berjalan lancar, tidak seperti tingkat SMA lalu. Sebab, distribusi soal dan lembar jawaban sempat molor dari jadwal yang ditentukan.

Di tengah berlangsungnya pelaksanaan UN sekitar pukul 09.30 WIB, pengawas dari Pemprovsu tadi tiba di SMP Negeri 7 Binjai. Mereka langsung melihat ke seluruh ruangan yang dijadikan lokasi UN, mulai dari lantai dasar hingga ke lantai dua sekolah tersebut.

Saat tiba di lantai dua tepatnya di ruang kelas 9-1, terlihat beberapa murid di sana kasak kusuk ketika mengetahui pengawas dari Pemprovsu datang. Melihat sejumlah murid yang terlihat panik, pengawas tadi mencoba mendekati beberapa siswa yang duduk di salah satu kursi belakang. Saat itulah, petugas menemukan sehelai kertas bertuliskan huruf A sampai D dari salah satu siswa yang ditemui tadi. Alhasil, kertas diduga kunci jawaban UN itu disita pengawas asal Pemprovsu.

Mendapati hal ini, Kepala Sekolah Hj Merry Yosefa, yang mendampingi pengawas mencoba mengambil inisiatif dan mencoba menenangkan situasi. Bahkan, agar permasalahan ini tidak menyebar ke luar, seluruh guru pengajar di sana dikumpulkan di sebuah ruangan guna tidak memberitahukan permasalahan ini. (ian/mag-8/ndi)

Saifuddin tidak muda lagi. Dia berumur 46 tahun. Tapi, dia tetap semangat mengikuti Ujian Nasional (UN) Paket B untuk meraih ijazah SMP. Keberuntungan pun diandalkan agar bisa lulus.

Aula Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Jalan Pusara Penjuang Kota Tebingtinggi, Rabu (24/4) sekitar pukul 13.30 WIB tampak tenang. Sebelas warga binaan  Lapas terlihat serius memandang soal-soal ujian yang dibagikan Mereka serius layaknya peserta UN lainnya yang ujian di gedung sekolah.

SERIUS: Sebanyak 11 orang peserta ujian Paket B  Lapas Kelas II B Kota Tebingtinggi terlihat serius mengerjakan soal-soal ujian, Rabu (24/4).//sopian/SUMUT POS
SERIUS: Sebanyak 11 orang peserta ujian Paket B di Lapas Kelas II B Kota Tebingtinggi terlihat serius mengerjakan soal-soal ujian, Rabu (24/4).//sopian/SUMUT POS

Di sisi bagian belakang barisan kursi peserta ujian Saifuddin mulai membaca coal ujian. Lelaki plontos itu sesekali mengerutkan dahi. Sebagai lelaki yang sudag berumur 46 tahun, tentunya dia kerepotan menghadapi soal ujian tersebut. Apalagi, sebagai pesakitan dia tidak mengikuti pelajaran yang diujiankan secara teratur; tidak seperti anak sekolahan yang lain.

“Ya, kita berharap dari faktor keberuntungan saja, kalau lulus Alhamdulillah, kalau tidak lulus yang memang sudah nasib harus begini,” ungkap Saifuddin usai mengikuti UN, kemarin.

Mengikuti UN ketika umur sudah menginjak 46 tahun bisa dikatakan tak lazim. Namun, hal itu dibantah Saifuddin. “Mengejar ilmu tidak harus padang umur, di mana ada kemauan kita, pasti semua itu akan terkabul,” ungkap Saifuddin.
“Saya memang tak tamat SMP,” tambahnya.

Saifuddin mengaku, belum pernah mendapatkan pendidikan seperti yang diujikan dalam UN.  soal ujian kali ini. Kesulitan memang dialami Saifuddin ketika menjawab pertanyaan tersebut. “Terpenting kita harus mencoba, kalau tidak kapan lagi kita memiliki ijazah kelulusan setera dengan SMP. Mana tahu, setelah bebas nantinya ada orang menawarkan pekerjaan membutuhkan ijazah tamatan SMP, kita sudah punya,” kata Saifuddin sambil tersenyum.

Seperti dikatakan di awal tadi, di Lapas tersebut tidak hanya Saifuddin yang ikut UN. Masih ada sepuluh warga binaan yang lain. Namun, soal usia, Saifuddin memang paling tua. Peserta paling muda tercatat dengan nama Iwan Lumbantoruan (15) warga Desa Manggadua Kabupaten Serdang Bedagai.

Terkait dengan itu, Kalapas, Budi Argap Sutingkir SH mengucapkan terima kasih kepada warga binaan yang mau mengikuti pelaksanaan ujian Paket B yang digelar oleh pihak Lapas kerja sama dengan Pihak Dinas Pendidikan Kota Tebingtinggi. Budi berharap kepada pihak Disdik agar memberikan nilai kelulusan tersendiri kepada warga binaan tersebut.

“Ya, kita harus bisa memakluminya, warga binaan memang selama di sini banyak memikirkan nasib keluarga di luar, ditambah menghadapi ujian dengan soal-soal yang sulit. Kalau bisa standar nilai kelulusan bisa dibedakan dengan sekolah diluarlah,” pinta Budi.
Menurut Budi, warga binaan yang mengikuti ujian Paket B harus dibujuk lebih dulu agar mau mengikutinya. “Setelah keluar, para warga binaan bisa memperoleh ijazah setera dengan tamatan SMP, selain mendapat ilmu, nantinya nilai kelulusan itu bisa dipergunakan untuk mencari pekerjaan,” ungkap Budi.

Sementara peserta ujian Paket B termuda, Iwan Lumbantoruan mengaku sudah mengikuti pelaksanaan ujian dari tanggal 22 April lalu.. “Kita tetap berusaha untuk menjawab soal ujian itu, kalau tidak tahu, saya coba dengan tebak-tebak, mana tahu betul kan lumayan bertambah nilai,” ujar Iwan.

Di sisi lain, seluruh Lembar Jawaban Komputer (LJK) ujian nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) dari seluruh seluruh sekolah di 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut) sudah dikirimkan ke Universitas Negeri Medan (Unimed) untuk dilakukan pemindaian.

Hal ini disampaikan Tappil Rambe, Humas Unimed ketika dihubungi via telephon selulernya. Proses pemindaian dilakukan di Gedung Serba Guna milik Unimed, proses pemindaian sendiri berlangsung hingga 3 Mei mendatang, setelah itu seluruh LJK dikirimkan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),“Namun apabila tidak, Unimed akan memohon untuk diberikan perpanjangan waktu untuk proses pemindaian,” katanya.

Sedangkan Parluhutan Hasibuan, Kadis Pendidikan Kota Medan mengatakan pada hari ketiga pelaksanaan UN SMP berjalan lancar tanpa ada kendala. “Tadi saya sudah telepon Syahrial (Kabid PPD Disdik Medan), dan mendapatkan informasi pelaksanaan ujian hari ini berjalan aman, semoga pada hari terakhir ujian juga berjalan tanpa ada kendala,” katanya

Peristiwa kurang mendidik terjadi di Binjai. Diduga ada kecurangan yang terjadi dengan mata pelajaran matematika. Soalnya, siswa SMP Negeri 7 Binjai di Jalan Sultan Hasanuddin, Kecamatan Binjai Kota, diketahui kedapatan membawa sehelai kertas diduga bocoran jawaban UN.

Informasi dihimpun, hal ini terungkap saat beberapa orang pengawas dari Provinsi Sumatra Utara melakukan inspeksi mendadakdi setiap sekolah di Kota Binjai. Kunjungan pengawas tersebut, bertujuan untuk memastika UN di SMP berjalan lancar, tidak seperti tingkat SMA lalu. Sebab, distribusi soal dan lembar jawaban sempat molor dari jadwal yang ditentukan.

Di tengah berlangsungnya pelaksanaan UN sekitar pukul 09.30 WIB, pengawas dari Pemprovsu tadi tiba di SMP Negeri 7 Binjai. Mereka langsung melihat ke seluruh ruangan yang dijadikan lokasi UN, mulai dari lantai dasar hingga ke lantai dua sekolah tersebut.

Saat tiba di lantai dua tepatnya di ruang kelas 9-1, terlihat beberapa murid di sana kasak kusuk ketika mengetahui pengawas dari Pemprovsu datang. Melihat sejumlah murid yang terlihat panik, pengawas tadi mencoba mendekati beberapa siswa yang duduk di salah satu kursi belakang. Saat itulah, petugas menemukan sehelai kertas bertuliskan huruf A sampai D dari salah satu siswa yang ditemui tadi. Alhasil, kertas diduga kunci jawaban UN itu disita pengawas asal Pemprovsu.

Mendapati hal ini, Kepala Sekolah Hj Merry Yosefa, yang mendampingi pengawas mencoba mengambil inisiatif dan mencoba menenangkan situasi. Bahkan, agar permasalahan ini tidak menyebar ke luar, seluruh guru pengajar di sana dikumpulkan di sebuah ruangan guna tidak memberitahukan permasalahan ini. (ian/mag-8/ndi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/